Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak (Muqaddimah Bagian 2)
Bismillahirrahmanirrahim
Jika kamu sampai disini, aku harap kamu telah membaca ini terlebih dahulu karena postingan ini adalah lanjutan dari link tersebut.
Setelah sebelumnya kita belajar terkait makna dalam Bahasa Arab yang ada pada muqaddimah, kali ini kita akan membahas paragraf-paragraf yang ditulis oleh penulis pada bagian muqaddimah.
---
---
Selesai diringkas di Monang-maning,
Denpasar, Bali.
Dibantu oleh suami
21 Sya'ban 1441H.
Jika kamu sampai disini, aku harap kamu telah membaca ini terlebih dahulu karena postingan ini adalah lanjutan dari link tersebut.
![]() |
Salah satu penginapan di Batu, Malang. |
Setelah sebelumnya kita belajar terkait makna dalam Bahasa Arab yang ada pada muqaddimah, kali ini kita akan membahas paragraf-paragraf yang ditulis oleh penulis pada bagian muqaddimah.
---
Disebutkan dalam muqaddimah,
“Ada perkataan yang sering dan berulang-ulang diucapkan manusia, yaitu : apabila suatu negara adalah negara yang kuat dan bangsanya adalah bangsa yang perkasa lagi tangguh, maka tidak ada seorangpun yang berpikir untuk memerangi dan menguasai negara tersebut, lantaran kekuatan dan kedidagyaannya.”
Maksud dari paragraf tersebut adalah jika kita ingin menguasai suatu negara yang kuat, yang penduduknya tangguh, maka kita akan berpikir ulang untuk melakukan hal tersebut.
Mengapa?
Karena negaranya kuat, penduduknya tangguh. Sulit bagi kita untuk menaklukan negara tersebut.
---
“Sesungguhnya, unsur kekuatan itu ada pada kekuatan fisik (material), pemikiran, militer dan kebudayaan (pendidikan). Namun yang paling penting dari semua kekuatan ini adalah kekuatan manusia, dimana manusia itu sendiri adalah asas (pondasi) yang menjadi pusat unsur kekuatan lainnya.
Suatu hal yang tidak bisa dibayangkan, jika ada suatu senjata meski begitu canggihnya, namun tidak ada seorangpun yang mampu menggunakannya dan bisa mengaplikasikannya dengan baik.
Demikian pula harta, takkan bermanfaat meski banyak jumlahnya, apabila tidak ada seorangpun yang mampu mengaturnya dan mempergunakannya untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat dan demikianlah seterusnya.
Bertolak dari sinilah kita dapati bahwa banyak bangsa menaruh perhatian untuk membina individu, mengembangkan sumber daya manusianya dan mempersiapkan warga negaranya dengan persiapan khusus agar bisa menjadi agen penggerak bagi bangsanya dan untuk berkhidmat bagi negaranya.”
Maksud dari paragraf-paragraf tersebut adalah manusia merupakan sumber daya paling penting yang harus dibangun terlebuh dahulu ketimbang membangun yang lain.
Coba kita lihat sejarah Tembok Besar China.
Pemimpin China saat itu berpikir bahwa untuk mengalahkan musuh, perlu dibangun benteng yang kuat dan kokoh agar tidak ada musuh yang dapat masuk.
Tetapi kenyataannya, musuh dapat masuk dengan menyogok para penjaga gerbang di Tembok Besar China.
Artinya apa?
Sehebat apapun senjata, teknologi, atau strategi, jika manusianya tidak dibangun dengan baik, maka akan hancur.
---
Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) ini telah dipahami oleh Barat.
Seorang orientalis berkata,
"Apabila engkau ingin menghancurkan peradaban, maka
1) hancurkan keluarga
2) hancurkan pola pendidikan mereka
3) hancurkan kehormatan panutan-panutan mereka."
---
🌻🌻🌻
Menghancurkan keluarga
Keluarga adalah poros utama terbangunnya sebuah peradaban.
Ia ibarat bata dalam sebuah bangunan yang kokoh.
Apabila bata itu keropos, bagunan itu akan mudah untuk dijebol.
---
🌻🌻🌻
Menghancurkan pola pendidikan
Di Indonesia, kita mengikuti pendidikan yang diterapkan oleh penjajahan.
Pola pendidikan kita (mohon maaf) disiapkan untuk menjadi jongos.
Merasa bangga ketika menjadi pelayan orang lain.
Pendidikan di negeri kita terlambat 1/2 abad dibanding negara-negara lain, kata salah seorang mantan Menteri Pendidikan.
Pendidikan kita mubazir. Segala hal dipelajari.
Matematika, IPA, IPS, bahasa...
di negara lain, anak-anak sudah diarahkan sesuai dengan potensinya.
Perhatikan metode pendidikan Rasulullah.
Rasulullah begitu memahami potensi dari para sahabatnya.
Contohnya, Zaid bin Tsabit yang memiliki potensi menjadi seorang poliglot.
Oleh karena itu, Rasulullah mempercayai Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan untuk berkirim surat dengan bangsa-bangsa lain.
Zaid bin Tsabit mampu menguasai bahasa lain hanya dalam waktu dua pekan.
---
🌻🌻🌻
Menghancurkan kehormatan para panutan
Maksudnya adalah menghancurkan kredibilitas para 'ulama, kerdilkan peran 'ulama,
menghancurkan kredibilitas para guru,
mengahancurkan kredibiltas ibu dan ayah
agar tidak ada yang dapat dijadikan panutan.
Agar bisa menghancurkan keluarga, maka hilangkanlah peran ibu. Jauhkanlah ibu dari peran aslinya.
Jadikan perempuan-perempuan merasa malu disebut sebagai "Ibu Rumah Tangga."
Jadikan ia merasa bangga untuk bekerja di luar rumah.
Apabila peran ibu hilang, maka hancur keluarganya.
Apa yang bisa diharapkan dari anak-anaknya jika peran ibu hilang? Karena ibu adalah sekolah pertama.
Ketika ibu dijauhkan dengan anak-anaknya, maka anak-anaknya akan dirawat oleh orang yang tidak bisa mendidik dengan baik.
Akhirnya anak kehilangan cinta kasih lalu mencari perhatian di luar keluarga.
Oleh karena itu, jangan heran dengan kejadian yang menghebohkan dunia di Manchaster.
Pemerkosaan sesama jenis oleh seorang pelajar Indonesia.
Padahal orangnya pintar, akademisnya bagus,
mungkin menurut orang tuanya, dengan dicukupi kebutuhan duniawinya saja, maka hal tersebut sudah cukup.
Dalam islam, ketika sudah akil baligh, terutama laki-laki, sudah diwajibkan untuk mandiri,
tetapi pendidikan kita tidak.
Ketika 'ulama, pengajar, ayah dan ibu tidak lagi diikuti, mereka akan mengikuti siapa?
Mereka akan mengikuti orang-orang fasik.
Hal ini dipahami oleh orang-orang kafir.
Kondisi kita saat ini sudah sama seperti yang dikatakan oleh Nabi صلى الله عليه و سلم
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.”
Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” [HR. Muslim no. 2669]
Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” [HR. Muslim no. 2669]
---
“Sudah sepantasnya umat islam pun juga turut memberi perhatian terhadap pendidikan individu-individunya agar bisa meraih kebaikan (al-Khoiriyah) sebagaimana yang Allah sifatkan di dalam firmannya:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah**. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Ali Imraan: 110]
** Syarat disebut umat terbaik:
🍃 amar ma'ruf
🍃 nahi munkar
🍃 beriman kepada Allah.
Tujuannya agar umat ini dapat terangkat dari dalamnya jurang yang mana kaum muslimin saat ini terperosok masuk ke dalamnya, sehingga kondisi mereka saat ini di hadapan bangsa-bangsa lain sebagaimana yang Nabi صلى الله عليه و سلم beritakan:
'Nyaris saja bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam) sebagaimana memperebutkan makanan di mangkuknya.'
Lalu seseorang berkata, 'Apakah saat itu kita kaum minoritas?'
Rasulullah menjawab, '(Tidak) bahkan kalian saat itu berjumlah sangat banyak, hanya saja kalian bagaikan buih yang terhempas (di lautan). Allah mengeluarkan dari hati musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian, dan Allah akan melempar kelemahan (al-Wahn) di dalam hati kalian.'
Lalu orang yang bertanya tadi kembali bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah kelemahan (al-Wahn) itu?'
Beliau menjawab, 'Cinta dunia dan takut mati.’
[HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam shahih Abu Dawud].
Salah satu metode Rasulullah adalah dengan memberi perumpamaan.
Coba perhatikan buih.
Buih biasanya muncul di tempat yang kotor.
Buih di laut banyak, tetapi mudah di ombang-ambingkan, mudah hancur, rapuh.
---
🌿🌿🌿
Oleh karena itulah buku tersebut ditulis sebagai bentuk andil dalam menyiapkan pendidikan bagi anak-anak sesuai dengan konsep islam.
---
Selesai diringkas di Monang-maning,
Denpasar, Bali.
Dibantu oleh suami
21 Sya'ban 1441H.
Comments
Post a Comment