Never Ending Learning
Bismillahirrahmanirrahim
Membuka postingan kali ini, sebelumnya, aku ingin mengapresiasi diriku sendiri atas usaha untuk sehat yang telah aku lakukan beberapa hari ini.
Baik, saat setelah kontrol terkait PCOS di RSIA Puri Bunda tanggal 14 April yang lalu, aku jadi semangat buat hidup lebih sehat.
Iya, aku yakin ini semua untuk kebaikanku sendiri, walau berat dan ngga mudah, ini semua harus aku lewati.
Tubuh adalah amanah bukan? dan sudahkah aku menjaga amanah berupa tubuh ini?
Terimakasih rahma!
Sudah semangat lari, semangat makan buah, semangat makan nasi merah.
Insyaa Allah ngga ada yang sia-sia.
Semua perjuangan ini pasti akan ada hasilnya, pasti!
Oke, cukup apresiasi dirinya, kembali ke topik utama.
Hari ini, lagi pulang ke Surabaya,
Sebagaimana orang pulang kampung yang begitu bahagia, tak terkecuali aku.
Bandara Ngurah Rai rame banget!
Liburan panjang gini banyak orang datang liburan ke Bali,
sedangkan aku?
Meninggalkan Bali 👋
hehe
Beberapa hari ini emang lagi suka banget sama lari. Hal yang aku benci sekaligus aku cintai, yaitu lari.
Benci karena aku benci banget untuk memulai lari, tapi ketika udah mulai lari, aku cinta banget!
Dan beberapa hari ini lagi pakai aplikasi samsung health.
Bagus juga aplikasinya! Bisa mencatat aktivitas kesehatan yang kita lakukan sehari-hari.
Judul postingan kali ini terinspirasi dari kejadian pagi ini yang mana aku ikut ibuk mengantarkan jualan makanan.
yes, my mother is bussiness women.
Ibuk sudah merintis jualan apapun sejak lama. Maka, ngga heran kalau orang yang percaya buat bertransaksi sama ibuk ngga sedikit. Jualan ibuk paling hits nominalnya beberapa akhir ini adalah jualan benih. Yang mana keuntungannya bisa jutaan.
*ketika uwe menulis ini, ibuk uwe lagi telpon-telponan bertransaksi nyebut jumlah "3 ton benih" yang siap dijual
Pagi ini aku ikut mengantar jualan dari satu rumah ke rumah lain. Dari situ aku mengamati cara ibuk bekerja dan memaknai sesuatu.
Apa sih yang ibuk jual pagi ini?
Sederhana kok. Otak-otak dan bandeng asap.
Berapa sih keuntungan ibuk untuk tiap item yang terjual?
Ngga banyak kok
*kalau dibanding gaji PNS ya emang ngga banyak
Untuk tiap otak-otak yang terjual, ibuk dapat laba Rp500 dan untuk tiap bandeng asap yang terjual, labanya Rp5.000
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Kerasa banget kan, jomplangnya nominal uang yang didapat dari jualan beginian dan gaji PNS.
Tapi, ibuk uwe mikirnya ngga gitu.
Laba berapa pun, walalu kecil, tetap diperjuangkan buat dijual, tetap disyukuri.
Dulu waktu aku masih kecil dan ibuk jualan ini itu di kantor, ibukku mikrnya
"Seenggaknya laba itu bisa ibuk gunakan buat makan siang."
Dan see? Dari hasil perjuangan jualan kecil-kecillan bertahun-tahun itu, customer ibuk semakin banyak.
Sekarang, sekalinya ibuk masarin sesuatu, contoh kemarin habis dari Bali ngunjungin uwe dan ibuk dengan ajaibnya ketemu tukang sprei motif Bali, pesenan orang-orang di Surabaya pun banyak.
Iya, yang ada di mindset ibuk bukan tentang seberapa labanya, tapi tentang gimana membangun kepercayaan orang untuk bermuamalah.
Dan kepercayaan itulah sebenernya kunci utama pelanggan.
Dan kepercayaan ngga dibangun sehari dua hari, tapi dibangun dengan gimana muamalah muamalah sebelumnya yang telah terjadi.
Never Ending Learning of My Life.
Benar, aku ngga lagi berkutat dengan buku-buku kuliah,
tapi kehidupan belajarku tidak akan pernah selesai, tidak akan pernah.
Aku akan terus belajar dan belajar hal baru untuk hal yang lebih jauh menantang ketimbang mencapai IP yang bagus, yaitu tentang kehidupan.
About How to Survive.
See? Perjalanan hidup yang kita ngga tau di usia berapa akan berakhirnya ini, begitu sempit untuk diterjemahkan oleh buku-buku sekolah atau buku-buku kuliah.
Ada banyak banget hal di luar sana yang harus dipelajari.
Dalam sebuah kajian, aku pernah mendengar bahwa seseorang tidak diwajibkan untuk mempelajari semua cabang ilmu,
tetapi seseorang diwajibkan untuk mempelajari ilmu yang berkaitan dengan dirinya.
Terkait tauhid, tentang kepercayaan, wajib kita pelajari,
Terkait shalat, puasa, zakat, dan ibadah lain yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari, wajib untuk kita pelajari.
Jika kita adalah pedagang atau ingin jadi pedagang, maka kita wajib belajar tentang muamalah.
Dan untuk perempuan, dia wajib belajar hal yang paling mungkin terjadi kepadanya, yaitu being a wife and being a mother.
anyway, berbicara soal learning, hari ini aku menemukan banyak rekam jejakku tentang belajar.
Selesai ditulis di dalam kereta Ambarawa Express, 13 Sya'ban 1440H // 19 April 2019
Membuka postingan kali ini, sebelumnya, aku ingin mengapresiasi diriku sendiri atas usaha untuk sehat yang telah aku lakukan beberapa hari ini.
Diambil tanggal 17 April 2019, saat setelah akhirnya menyerah tidak bisa ikut berpartisipasi |
Baik, saat setelah kontrol terkait PCOS di RSIA Puri Bunda tanggal 14 April yang lalu, aku jadi semangat buat hidup lebih sehat.
Iya, aku yakin ini semua untuk kebaikanku sendiri, walau berat dan ngga mudah, ini semua harus aku lewati.
Tubuh adalah amanah bukan? dan sudahkah aku menjaga amanah berupa tubuh ini?
Menu Makan Malam |
Menu Makan Pagi sehabis lari *akibat malas masak dan malas beli makan |
Punya rute lari baru, yaitu depan mess |
Terimakasih rahma!
Sudah semangat lari, semangat makan buah, semangat makan nasi merah.
Insyaa Allah ngga ada yang sia-sia.
Semua perjuangan ini pasti akan ada hasilnya, pasti!
Oke, cukup apresiasi dirinya, kembali ke topik utama.
Hari ini, lagi pulang ke Surabaya,
Sebagaimana orang pulang kampung yang begitu bahagia, tak terkecuali aku.
Bandara Ngurah Rai rame banget!
Liburan panjang gini banyak orang datang liburan ke Bali,
sedangkan aku?
Meninggalkan Bali 👋
hehe
Touchdown bandara Juanda. Surabaya is my super beloved city |
Masjid Al-Akbar Surabaya pagi ini |
well done rahma! |
Beberapa hari ini emang lagi suka banget sama lari. Hal yang aku benci sekaligus aku cintai, yaitu lari.
Benci karena aku benci banget untuk memulai lari, tapi ketika udah mulai lari, aku cinta banget!
Dan beberapa hari ini lagi pakai aplikasi samsung health.
Bagus juga aplikasinya! Bisa mencatat aktivitas kesehatan yang kita lakukan sehari-hari.
Judul postingan kali ini terinspirasi dari kejadian pagi ini yang mana aku ikut ibuk mengantarkan jualan makanan.
yes, my mother is bussiness women.
Ibuk sudah merintis jualan apapun sejak lama. Maka, ngga heran kalau orang yang percaya buat bertransaksi sama ibuk ngga sedikit. Jualan ibuk paling hits nominalnya beberapa akhir ini adalah jualan benih. Yang mana keuntungannya bisa jutaan.
*ketika uwe menulis ini, ibuk uwe lagi telpon-telponan bertransaksi nyebut jumlah "3 ton benih" yang siap dijual
Pagi ini aku ikut mengantar jualan dari satu rumah ke rumah lain. Dari situ aku mengamati cara ibuk bekerja dan memaknai sesuatu.
Apa sih yang ibuk jual pagi ini?
Sederhana kok. Otak-otak dan bandeng asap.
Berapa sih keuntungan ibuk untuk tiap item yang terjual?
Ngga banyak kok
*kalau dibanding gaji PNS ya emang ngga banyak
Untuk tiap otak-otak yang terjual, ibuk dapat laba Rp500 dan untuk tiap bandeng asap yang terjual, labanya Rp5.000
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Kerasa banget kan, jomplangnya nominal uang yang didapat dari jualan beginian dan gaji PNS.
Tapi, ibuk uwe mikirnya ngga gitu.
Laba berapa pun, walalu kecil, tetap diperjuangkan buat dijual, tetap disyukuri.
Dulu waktu aku masih kecil dan ibuk jualan ini itu di kantor, ibukku mikrnya
"Seenggaknya laba itu bisa ibuk gunakan buat makan siang."
Dan see? Dari hasil perjuangan jualan kecil-kecillan bertahun-tahun itu, customer ibuk semakin banyak.
Sekarang, sekalinya ibuk masarin sesuatu, contoh kemarin habis dari Bali ngunjungin uwe dan ibuk dengan ajaibnya ketemu tukang sprei motif Bali, pesenan orang-orang di Surabaya pun banyak.
Iya, yang ada di mindset ibuk bukan tentang seberapa labanya, tapi tentang gimana membangun kepercayaan orang untuk bermuamalah.
Dan kepercayaan itulah sebenernya kunci utama pelanggan.
Dan kepercayaan ngga dibangun sehari dua hari, tapi dibangun dengan gimana muamalah muamalah sebelumnya yang telah terjadi.
Never Ending Learning of My Life.
Benar, aku ngga lagi berkutat dengan buku-buku kuliah,
tapi kehidupan belajarku tidak akan pernah selesai, tidak akan pernah.
Aku akan terus belajar dan belajar hal baru untuk hal yang lebih jauh menantang ketimbang mencapai IP yang bagus, yaitu tentang kehidupan.
About How to Survive.
See? Perjalanan hidup yang kita ngga tau di usia berapa akan berakhirnya ini, begitu sempit untuk diterjemahkan oleh buku-buku sekolah atau buku-buku kuliah.
Ada banyak banget hal di luar sana yang harus dipelajari.
Dalam sebuah kajian, aku pernah mendengar bahwa seseorang tidak diwajibkan untuk mempelajari semua cabang ilmu,
tetapi seseorang diwajibkan untuk mempelajari ilmu yang berkaitan dengan dirinya.
Terkait tauhid, tentang kepercayaan, wajib kita pelajari,
Terkait shalat, puasa, zakat, dan ibadah lain yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari, wajib untuk kita pelajari.
Jika kita adalah pedagang atau ingin jadi pedagang, maka kita wajib belajar tentang muamalah.
Dan untuk perempuan, dia wajib belajar hal yang paling mungkin terjadi kepadanya, yaitu being a wife and being a mother.
izin comot dari buku Islamic Montessori Jilid 1 |
too exited to read this! |
Hope that someday will be the lucky one yang bisa belajar di Sekolah Muamalah Indonesia, Aamiiin |
anyway, berbicara soal learning, hari ini aku menemukan banyak rekam jejakku tentang belajar.
Buku sakti catatan Kimiaku yang ku bawa kemana-mana saat olimpiade |
dalemnya kek gini kira-kira |
Halaman awal Buku Agenda Perisai |
Ambis banget sii --" |
Selesai ditulis di dalam kereta Ambarawa Express, 13 Sya'ban 1440H // 19 April 2019
Comments
Post a Comment