Tumbuh
Bismillahirrahmanirrahim
Tadinya, ingin rasanya melanjutkan postingan sebelumnya...
tetapi, sepertinya postingan ini perlu untuk dituliskan untuk direkam.
Semoga anak cucuku yang mungkin akan membaca cerita kami di kemudian hari bisa bangga...
bahwa kami, sebagai leluhur mereka, mengawali kisah ini tanpa hubungan tak halal sebelumnya.
---
Jum'at lalu, aku begitu menanti datangnya waktu pulang kantor.
Tak salah sesungguhnya, karena aku ingin segera bertemu dengan mereka yang aku cintai di tanah kelahiranku, Surabaya.
Dan sesungguhnya, aku sudah sangat ingin bertemu dengan dia.
Entah mengapa, perjalanan Denpasar-Surabaya yang biasanya melelahkan tak lagi kurasakan sebagai hal yang menyebalkan.
Mungkin, keinginan kuat untuk bertemu dengannya telah mengalahkan rasa lelah itu.
Pukul 03.30 WIB,
aku melihat dia dibalik jaket abu-abu yang dia kenakan.
Aku begitu ingin memeluknya disana saat itu,
tetapi rasa malu dilihat banyak orang telah menyelimuti perasaanku.
Aku begitu bersyukur bisa melihatnya kembali,
melihat senyumnya yang menenangkan,
melihat wajahnya yang begitu teduh.
Apakah ini yang dinamakan cinta?
Entahlah, aku tidak mengerti.
Dulu, kupikir, cinta adalah perasaan berdebar terus menerus ketika bertemu dengan seseorang yang dicintai.
Tetapi,
mungkin aku salah.
Setelah menikah, aku tidak lagi mendefinisikan cinta sebagaimana definisi tersebut.
Bagiku kini,
cinta adalah perasaan yang tumbuh dari hari ke hari dalam waktu perjalanan membersamai dia,
baik dengan melihat kelebihannya,
maupun mengetahui kekurangannya.
Karena memang benar adanya,
tidak ada manusia yang sempurna,
tiap-tiap insan pasti memiliki kekurangan.
Tetapi, justru di situlah letak kebermanfaatannya.
Karena aku adalah pakaian baginya,
dan dia adalah pakaian bagiku.
Maka pasti, kami harus saling menutup aib pasangan,
berusaha saling mengingatkan tanpa perlu saling menyakiti,
dan berusaha bersama-sama memperbaiki.
Aku bersykur bahwa perasaan ini tidak tumbuh sebelum saatnya.
Tidak ada pacaran untuk mengawalinya.
Perasaan ini menjadi tumbuh begitu lezat ketika memang telah saatnya.
Aku mulai paham,
bahwa cinta adalah perasaan tenteram ketika bersamanya,
perasaan selalu ingin menjaga dan membersamainya
baik dalam suka maupun duka.
Ada banyak ibrah yang bisa kuambil dari kejadian sakit yang menimpanya kemarin.
Salah satunya adalah perasan cinta yang semakin tumbuh.
Rasa yang sulit didefinisikan untuk ingin melihat seseorang yang disayangi agar terus dalam keadaan baik-baik saja.
---
Dear Mas, selamat empat pekan!
Semoga cinta kita terus tumbuh di atas ketaatan kepada-Nya.
Aamiin.
---
Di tulis di Bandara Juanda,
menunggu pesawat yang delayed.
17 Rabi'ul Akhir 1441H.
Tadinya, ingin rasanya melanjutkan postingan sebelumnya...
tetapi, sepertinya postingan ini perlu untuk dituliskan untuk direkam.
Semoga anak cucuku yang mungkin akan membaca cerita kami di kemudian hari bisa bangga...
bahwa kami, sebagai leluhur mereka, mengawali kisah ini tanpa hubungan tak halal sebelumnya.
---
Jum'at lalu, aku begitu menanti datangnya waktu pulang kantor.
Tak salah sesungguhnya, karena aku ingin segera bertemu dengan mereka yang aku cintai di tanah kelahiranku, Surabaya.
Dan sesungguhnya, aku sudah sangat ingin bertemu dengan dia.
Entah mengapa, perjalanan Denpasar-Surabaya yang biasanya melelahkan tak lagi kurasakan sebagai hal yang menyebalkan.
Mungkin, keinginan kuat untuk bertemu dengannya telah mengalahkan rasa lelah itu.
Pukul 03.30 WIB,
aku melihat dia dibalik jaket abu-abu yang dia kenakan.
Aku begitu ingin memeluknya disana saat itu,
tetapi rasa malu dilihat banyak orang telah menyelimuti perasaanku.
Aku begitu bersyukur bisa melihatnya kembali,
melihat senyumnya yang menenangkan,
melihat wajahnya yang begitu teduh.
Apakah ini yang dinamakan cinta?
Entahlah, aku tidak mengerti.
Edisi tukeran jaket dulu |
Dulu, kupikir, cinta adalah perasaan berdebar terus menerus ketika bertemu dengan seseorang yang dicintai.
Tetapi,
mungkin aku salah.
Setelah menikah, aku tidak lagi mendefinisikan cinta sebagaimana definisi tersebut.
Bagiku kini,
cinta adalah perasaan yang tumbuh dari hari ke hari dalam waktu perjalanan membersamai dia,
baik dengan melihat kelebihannya,
maupun mengetahui kekurangannya.
Karena memang benar adanya,
tidak ada manusia yang sempurna,
tiap-tiap insan pasti memiliki kekurangan.
Tetapi, justru di situlah letak kebermanfaatannya.
Karena aku adalah pakaian baginya,
dan dia adalah pakaian bagiku.
Maka pasti, kami harus saling menutup aib pasangan,
berusaha saling mengingatkan tanpa perlu saling menyakiti,
dan berusaha bersama-sama memperbaiki.
Aku bersykur bahwa perasaan ini tidak tumbuh sebelum saatnya.
Tidak ada pacaran untuk mengawalinya.
Perasaan ini menjadi tumbuh begitu lezat ketika memang telah saatnya.
Aku mulai paham,
bahwa cinta adalah perasaan tenteram ketika bersamanya,
perasaan selalu ingin menjaga dan membersamainya
baik dalam suka maupun duka.
Ada banyak ibrah yang bisa kuambil dari kejadian sakit yang menimpanya kemarin.
Salah satunya adalah perasan cinta yang semakin tumbuh.
Rasa yang sulit didefinisikan untuk ingin melihat seseorang yang disayangi agar terus dalam keadaan baik-baik saja.
---
Dear Mas, selamat empat pekan!
Semoga cinta kita terus tumbuh di atas ketaatan kepada-Nya.
Aamiin.
Sudah mulai sehat |
Sudah sehat |
Sudah berani minum es -____- |
Insyaa Allah kita ketemu lagi |
---
Di tulis di Bandara Juanda,
menunggu pesawat yang delayed.
17 Rabi'ul Akhir 1441H.
Comments
Post a Comment