My PCOS Diary: Menerima Kegagalan

Bismillahirrahmanirrahim

Orang yang paling menderita di muka bumi adalah mereka yang tidak bisa menerima kenyataan. 
Mereka akan tenggelam dalam kegundahan dan kegelisahan yang tiada akhirnya.
Mereka akan terjerumus dalam asumsi-asumsi buruk akan kehidupan mereka.
Seolah tak ada jalan keluar, seolah dia adalah orang yang paling sengsara.

Banyak permasalahan yang sejatinya bukan masalah besar tetapi dibesar-besarkan. 
Banyak permasalahan yang sejatinya bisa diselesaikan menjadi rumit bagi sebagian orang.
Betapa banyak orang yang karena tidak mampu mengelola emosinya, hidupnya jadi tidak produktif karena memikirkan masalah yang sedang menimpanya.

---

أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَحْكَمِ ٱلْحَٰكِمِينَ

Mungkin itulah yang ingin aku ucapkan malam ini.
Malam ini, kali ke-19 aku datang ke Klinik Ananta Farma Denpasar.
Setelah sebelumnya di klinik lain, dokter angkat tangan dan menyarankan aku ke Klinik Ananta Farma.
Aku harus bisa menerima kenyataan bahwa sel telurku tidak ada yang besar, setelah berkali kali percobaan pengobatan.
Bayi tabung adalah saran yang dianjurkan oleh dokter malam ini.

Kecewa? Bohong jika aku mengatakan tidak. Bahkan aku sempat menangis.

Memang ada rasa sedih bahwa seakan usaha dan biaya yang aku keluarkan selama ini belum ada hasilnya, 
memang ada rasa kecewa mengingat teman-temanku yang lain telah Allah percayai untuk mengandung janin dan aku belum.

Tetapi...


أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَحْكَمِ ٱلْحَٰكِمِينَ

Bukankah Allah adalah hakim yang paling adil?

---

Setelah selesai menangis pun, aku jadi bingung sendiri, sebenarnya apa yang aku tangisi?
Apa yang harus aku kecewakan dari takdir yang telah dituliskan ini?

Apakah vonis dokter malam ini adalah akhir dari segalanya?
Apakah dengan belum mengandung berarti aku lebih hina dari yang lain?
Apakah hanya karena aku harus bolak-balik ke dokter kandungan maka aku harus merasa rendah?

I've been surviving for more than 10 years!
Ya, aku sudah melewati pengobatan demi pengobatan selama 12 tahun.
Dan dalam setiap episode kesulitan yang aku hadapi, selalu ada pertolongan Allah untukku.
Dan pada episode kali ini, aku bersyukur memiliki suami yang tidak menyalahkan aku karena tidak kunjung hamil, yang mana belum tentu laki-laki lain bisa menerima seperti dia. Belum tentu laki-laki lain bisa tegar dan sabar seperti dia.

---

Beriman kepada takdir baik dan takdir yang buruk adalah hal yang setiap muslim harus lakukan.
Semakin dewasa, mau tidak mau, kita akan 'dipaksa' untuk dapat menerima kenyataan.
Karena tak bisa dipungkiri, semakin dewasa, semakin banyak hal tak menyenangkan yang kita lalui.
Lantas akankah kita bisa bertahan jika tanpa penerimaan diri?

Tidak ada yang bisa menolong untuk keluar dari segala kesedihan selain Allah Ta'ala.
Dia-lah pemilik hati tiap insan, Dia-lah yang mampu membolak-balikkan keadaan.

Maka, Yaa Rabb, terima kasih telah mengangkat rasa kecewaku malam ini.
Sebagai manusia biasa, mungkin aku memang belum bisa sabar pada hentakan yang pertama, tetapi, aku yakin Engkau masih memberiku kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri.

---

Satu hal yang perlu aku ingat:
Aku tidak akan ditanya tentang hal-hal yang tidak aku miliki
Aku tidak akan ditanya tentang mengapa aku tak kunjung hamil atau semisalnya
Tetapi pasti aku akan ditanya tentang penyikapanku akan masalah ini.

Kisah ini aku tulis untuk aku kenang di kemudian hari
Bahwasanya aku pernah mengalami episode pahit ini dan aku bisa mengatasi rasa kecewaku
Tidak mudah memang menjadi orang yang dapat menerima, tetapi that's life, life must go on, right?

Ditulis di bawah rintikan hujan
18 Rabi'ul Tsani 1442H



Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!