Tentang Menjadi Penulis

Bismillahirrahmanirrahim

Postingan pertama di tahun 2021 ini aku dedikasikan untuk siapapun di luar sana yang ingin menjadi penulis. 

Semoga sedikit pemikiran ini bisa bermanfaat bagi yang lain.

---

Dahulu, para 'ulama seperti Imam Nawawi bersusah payah menulis buku untuk kepentingan kaum muslimin. 

Menulis adalah bagian dari hidup mereka. Gila baca mereka, kegigihan mereka dalam menuntut ilmu mengantar mereka untuk mengabadikan ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan.

Tidak pernah muncul keinginan menulis buku untuk menjadi terkenal atau mendapat penghasilan dari royalti.

Tetapi kenyataannya?

Sampai hari ini, buku Imam Nawawi, Riyadush Shalihin, menjadi buku kedua yang paling populer di kalangan kaum muslimin setelah Al-Qur'an.

Ya, buku beliau kalah satu peringkat dari Kitabullah. Dan tentu kita tahu bahwa Kitabullah tidak akan pernah ada yang menyainginya.

Tidak terbesit di hati Imam Nawawi untuk dikenal masyarakat sebagai penulis. Pun juga tidak ada tendensi duniawi berupa harta yang beliau kejar.

Dan hasil dari keikhlasan itu adalah abadinya karya beliau hingga hari ini, berabad-abad setelah beliau meninggalkan dunia ini.

Salah satu toko kitab di Surabaya



---

Siapa pun hari ini tahu bahwa menjadi penulis atau menerbitkan buku bukan hal yang langka lagi.

Begitu banyak penerbit mayor ataupun indie yang memfasilitasi penerbitan sebuah buku.

Begitu banyak buku yang terbit tiap tahunnya, tetapi, adakah buku-buku itu tetap awet di pasaran?

Betapa banyak buku yang baru dua puluh tahun lalu bahkan lima tahun lalu diterbitkan dan kini tidak lagi kita dapati di toko-toko buku?

Apa faktor yang melatarbelakanginya?

---

Sebelum menjadi penulis atau sebelum menerbitkan sebuah buku, coba tanyakan pada diri masing-masing

Apa tujuan kita menulis buku?

Apakah karena popularitas?

Apakah karena ingin membuktikan bahwa kita hebat?

Apakah karena tendensi harta?

Atau sekadar mencari follower semata?

---

Coba tanyakan...coba tanyakan

Adakah karya kita bermanfaat untuk kaum muslimin?

Ataukah sesungguhnya kita memang belum pantas menyandang gelar 'penulis'?

Barangkali kita harus kembali intropeksi diri bahwa kita perlu memupuk ilmu dan belajar menata hati sebelum menjadi penulis.

Dan barangkali kita perlu bertanya kembali, adakah kapabilitas keilmuan kita sudah layak untuk mengisi rak-rak toko buku.

---

Ditulis di Surabaya, 25 Jumadil 'Ula 1442H

 


Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!