Ibuku dan Salafi
Bismillahirrahmanirrahim
"Alhamdulillah nduk, ibuk ini ngga tinggal di desa. Coba kalau ibuk tinggal di desa, pasti akan susah meninggalkan tradisi. Pasti ibuk akan dikucilkan jika ngga mau ikut tradisi."
Secuil perbincangan dengan ibuku malam ini.
Entah sejak kapan tepatnya, telponan dengan ibuk adalah hal wajib yang harus aku lakukan tiap habis maghrib.
Walau kami berjauhan, kami tetap merasa dekat karena setiap hari saling berkabar.
Entahlah, aku hanya berpikir, selama aku masih tinggal jauh dari ibuku, hal yang bisa membuat beliau senang adalah dengan meneleponnya.
Ya, dengan meneleponnya beliau tidak akan merasa kesepian.
---
Aku pernah dimarahi habis-habisan oleh ibuku sampai aku ditampar pada lebaran tahun 2016.
Penyebabnya adalah karena aku tidak mau berdoa dan membaca Al-Qur'an di kuburan.
Ibuku saat itu marah besar. Merasa anaknya masuk golongan sesat karena menyelisihi tradisi nyekar di kuburan.
Perih. Perih sekali rasanya saat itu.
Saat itu baru tahun kedua aku hijrah ke manhaj salaf. Memang telah banyak yang memusuhiku sejak aku tidak lagi mentoring dan mengikuti kajian sunnah, tetapi sungguh, dimusuhi keluarga sendiri karena keyakinan yang diyakini jauh berkali lipat sakitnya.
---
Dalam doa-doaku aku meminta kepada Allah agar memberi hidayah sunnah kepada keluargaku.
Ketika ibuku mengunjungiku ke Bintaro, selalu aku sempatkan untuk mengajak beliau menghadiri kajian sunnah.
Aku berharap dengan demikian beliau akan melihat sendiri bahwa anaknya tidak masuk golongan sesat.
Aku berharap dengan demikian beliau akan mendengar sendiri bahwa yang disampaikan di kajian sunnah adalah Al-Qur'an dan Hadits.
Walau pada kenyataannya ibuku seringkali tertidur di kajian karena lelah di perjalanan.
Tak mengapa. Yang penting aku sudah berusaha.
Kerap kali aku merasa iri dengan mereka yang ibunya juga sudah mengenal sunnah dan berangkat kajian bersama ibunya.
Saat itu aku berharap, semoga suatu hari nanti aku bisa berangkat ke kajian sunnah bersama-sama dengan ibuku, dengan hati yang ringan, bukan karena ajakan.
---
Allah Maha Baik.
Di akhir tahun 2017, masjid di dekat rumahku mengadakan kajian sunnah secara rutin.
Ibuku sering menghadiri kajian di sana karena butuh asupan iman.
Sekali dua kali ibuku kesana dan Alhamdulillah kemudian ketagihan.
Lambat laun ibuku akhirnya mengerti apa itu salafi, apa itu kajian sunnah, apa itu sunnah apa itu bid'ah.
Dan yang paling penting adalah ibuku mengerti mana yang tauhid dan mana yang syirik.
---
Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku dengan cara yang tidak aku sangka-sangka.
Alhamdulillah sampai saat ini ibuku masih istiqomah berada di jalan yang lurus dan tidak mau mengikuti tradisi.
Ibuku juga berwasiat jika meninggal tidak mau ada yasinan, tahlilan, dan sejenisnya.
Ibuku yang aku sayangi, Alhamdulillah telah terbuka hatinya untuk menerima dakwah yang haq ini.
---
Siapapun di luar sana yang masih berusaha mendakwahkan manhaj salaf kepada keluarganya, tetap semangat dan teruslah berusaha.
Bisa jadi seseorang berubah bukan karena perkataan kita atau akhlak kita, tetapi karena doa-doa kita.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
21 Sya'ban 1442H
Comments
Post a Comment