Lahir dengan Privilege

Bismillahirrahmanirrahim

Pernah ngga terlibat obrolan seperti ini? πŸ‘‡πŸ»πŸ‘‡πŸ»

"Bro, tau ngga? Si Dodi yang nikah bulan lalu udah beli rumah di Pondok Indah"

"Wah kok bisa? Emang dia kerja di mana?"

"Ga heran lah Bro, bapaknya kan tajir melintir, kaya tujuh turunan, gampang lah buat beli rumah di sana"

"Ohh..."

Atau obrolan seperti ini πŸ‘‡πŸ»

"Si Joni sekarang bisnisnya oke banget lho, keren ya, baru lulus kuliah padahal"

"Wah iya, kok bisa?"

"Bapaknya dia penguasa, keluarga dia juga mayoritas pengusaha, ya gampang dong buat dia nyari modal dan mentor buat bangun usahanya. Dia udah mulai usaha sejak awal kuliah Bro"

"Oh iya, bener juga"

Atau seperti ini πŸ‘‡πŸ»

"Eh Rani sekarang kuliah S2 di Jepang lho"

"Kok bisa? Mohon maaf nih perasaan dulu dia di sekolah ga pinter-pinter amat, masuk PTN juga lewat jalur mandiri"

"Bapak ibunya dosen sis, jaringan dan informasinya banyak. Beasiswa yang ga sampai ke kuping kita atau masyarakat luas ya pasti deh nyampe ke Rani"

"Hmm...bisa gitu ya"

---

Baiklah obrolan di atas memang fiktif, tapi aku menulisnya berdasar pengalaman di lapangan yang terjadi.

Ngga bisa dipungkiri, di antara teman-teman kita pastilah ada yang terlahir dengan berbagai macam privilege, entah karena orang tuanya kaya, pengusaha, atau orang yang berpengaruh.

Akibatnya apa? Akibatnya adalah kita harus menyadari bahwa garis start kita dengan mereka berbeda.

Terasa ngga adil memang dan sejujurnya aku sudah mengetahui hal ini sejak 8 tahun yang lalu, ketika aku gagal SNMPTN dan gagal mendapat pilihan pertama di SBMPTN.

Saat itu salah seorang sahabatku tidak lolos SBMPTN. Sedih sekali rasanya, aku pun ikut sedih karena dia anak pertama. Tanggung jawabnya sungguh besar di mata adik-adiknya.

Saat itu dia bercerita kurang lebih begini,

"Orang tuaku sampai minta maaf ke aku Ma. Bapak ibuku bilang

'Nduk, maaf ya Bapak sama Ibu ngga bisa masukin kamu ke PTN lewat jalur mandiri seperti teman-temanmu. Bapak sama Ibu ngga punya uang Nduk.'"

Jleb. Hatiku serasa teriris mendengarnya. 

Sungguh aku sangat merasa iba. Ketika memang banyak juga teman-temanku yang tidak lolos SBMPTN tetapi dengan mudah masuk PTN bergengsi lewat jalur mandiri, sahabatku yang satu ini harus rela menerima kenyataan pahit bahwa dia tidak punya privilege yang sama.

---

Baiklah, postingan ini ngga bermaksud mengajak teman-teman sedih atas kondisi teman-teman saat ini.

Karena apa?

Karena kalau dipikir-pikir...

Kita juga terlahir dengan privilege.

---

Mungkin kita ngga sadar, lahir dari keluarga muslim adalah sebuah privilege luar biasa bagi kita.

Coba pikirkan nih, menjadi muslim adalah modal utama keselamatan kita di akhirat nanti.

Dan Alhamdulillah Allah mudahkan kita memeluk agama Islam karena keluarga kita muslim.

Bayangkan banyak banget di luar sana orang-orang yang lahir dari keluarga tajir melintir dan mau memeluk Islam tapi takut dengan keluarganya.

Kalau mau ubek-ubek instagram, sampai ada lho rumah singgah bagi para mualaf di daerah Jakarta yang diusir dari keluarganya karena memeluk Islam.

Dan see? Kita ngga perlu menghadapi itu semua.

Kita ngga perlu cari-cari agama yang benar karena kita sudah berada di atasnya.

Privilege apa lagi yang lebih utama ketimbang itu?

Born as a moslem is privilege.

Karena hakikat kehidupan yang sesungguhnya ada di akhirat nanti. 

Alhamdulillah kita sudah memegang kuncinya. Kita tinggal berusaha istiqomah hingga wafat.

---

Mungkin benar bahwa dalam urusan dunia kita ngga seberuntung orang lain.

Kita berjuang pakai dengkul kita sendiri.

Kita jungkir balik cari uang karena ngga bisa mengandalkan warisan atau bahkan kita saat ini berstatus sebagai sandwich generation.

Namun, itu semua bukan masalah besar.

Biarlah hidup terseok-seok di dunia.

Biarlah tak punya apa-apa.

Asal kita bisa selamat di akhirat nanti.

Toh juga semakin banyak harta hisabnya semakin panjang.

Belum tentu juga kalau kita dikasih banyak privilege dalam urusan dunia maka kita akan selamat dari berbagai larangan Allah.

Jadi, ya! Alhamdulillah.

Allah Maha Mengetahui. Kadar rezeki kita sudah diatur oleh-Nya. Kita hanya perlu berhusnudzon bahwasannya Allah pasti mencukupkan rezeki kita.

---

Masih merasa lahir tanpa privilege?

Yuk bersyukur lahir sebagai seorang muslim 🌸🌸

---

Ditulis di Denpasar, Bali

21 Sya'ban 1442H







Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!