Langkah Kecil yang Berdampak Baik untuk Bumi

Bismillahirrahmanirrahim

Wahai diri, ketika Engkau membaca surat ini, mungkin kau tengah duduk di teras rumah menikmati udara segar di pagi hari. 

Kau sedang duduk mengamati sekitar sambil menyeduh teh hangat dan mendengarkan kicauan burung. 

Saat itu Insyaa Allah kau telah berumur 75 tahun. Kau tak lagi memiliki kewajiban yang menyebabkanmu sibuk atau terburu-buru di pagi hari. 

Kau tengah menikmati sisa hidupmu dengan perasaan bangga. 

Bangga bahwa kau pernah memberi kontribusi yang berarti bagi bumi ini.

Teras rumah


Apakah kau ingat? Ketika usiamu menginjak 20-an tahun, hatimu tergerak untuk peduli pada bumi. 

Saat itu kau mulai menyadari betapa tak indahnya bumi yang kau tempati. 

Polusi udara di mana-mana, sampah berserakkan tak terkendali, kerusakan hutan yang tak ada ujungnya, ya, semua itu pernah kau saksikan kejadiannya. 


Pantai Kuta, Januari 2021


Kau terusik. Kau terganggu. 

Kau pun juga menyadari bahwa bukan hanya manusia yang lelah dengan kondisi ini. Hewan dan tumbuhan pun tak lagi nyaman untuk tinggal di bumi.

Kau yang saat itu minim ilmu terkait lingkungan, mencoba melakukan satu dua hal kecil untuk menekan kerusakan alam. 

Kau mulai memilah sampah, mengevaluasi sampah yang kau hasilkan tiap harinya, membuat kompos, menanam tumbuhan, membawa kantong belanja sendiri, semua itu kau lakukan untuk menjaga kelestarian bumi. 

Menimbang sampah untuk evaluasi

Menanam kangkung di talang air

Persiapan membuat Ecobrick


Kau kemudian tergerak untuk maju bersama dengan orang-orang yang satu visi. Kau menemukan support system yang meyakinkanmu bahwa langkah kecilmu akan berdampak positif pada kelestarian bumi di masa depan. 

Kau mulai mengkampanyekan untuk peduli pada bumi. Kau mengajak orang-orang untuk memilah sampahnya, menjadikan sampah organiknya menjadi kompos, dan menggunakan kompos tersebut untuk tanaman yang mereka miliki. 

Ah, ya! Tentunya sebelum itu kau juga mengajak mereka menanam tanaman untuk mengurangi emisi CO2 yang tak baik untuk kesehatan.


Membuat starter kompos


Saat mendengarkan kampanye dan ajakanmu, banyak orang memiliki keresahan yang sama tentang bumi. 

Namun, mereka sulit untuk memulai. Mereka pesimis. 

Akankah langkah kecil mereka akan memberi dampak pada kelestarian bumi? Toh nyatanya jauh lebih banyak orang yang tak peduli pada isu lingkungan. 

Kebakaran hutan tiap tahun menjadi fenomena yang biasa mereka saksikan. 

Membuang sampah sembarangan tak lagi menjadi hal yang asing dan memalukan. 

Hampir semua orang serasa acuh pada bumi. 

Akankah langkah segelintir orang dapat mengalahkan ketidakpedulian mayoritas manusia?

---

Kau pun menyadari bahwa perbaikan bumi tak bisa kau lakukan sendiri. 

Perlu kontribusi dan kolaborasi dari semua pihak. 

Maka, untuk menjawab keraguan itu, kau tak lelah mengajak semakin banyak orang untuk ikut 'terusik' dengan kondisi lingkungan.

Satu dua kali memang kau tidak dipedulikan. Namun, seiring berjalannya waktu, satu per satu orang menjadi sadar dan mulai mengikuti langkahmu.

Membuat bibit tanaman


Usahamu perlahan membuahkan hasil. Ketika menginjak usia 30-an, komunitas cinta lingkunganmu semakin besar, pertanda semakin banyak orang melakukan kebaikan pada bumi. 

Melihat semangat teman-teman seperjuanganmu, kau seakan tak lelah untuk mengajak semakin banyak orang agar peduli pada nasib bumi. 

Bersama mereka, kau perjuangkan kembali hutan-hutan yang pernah terbakar atau ditebang secara ilegal. 

Bersama mereka pula kau mengedukasi berbagai lapisan masyarakat untuk ikut dalam langkah mulia ini. Semua ini kau lakukan untuk mewujudkan Alam Sehat Lestari.  

Rindang di perkotaan


Tahun demi tahun berlalu. Kondisi lingkungan lambat laun semakin membaik. 

Perlahan jumlah sampah dapat dikendalikan. Konsumi masyarakat yang menghasilkan sampah tak sebesar dulu lagi. Masyarakat juga semakin sadar untuk memilah sampah, membuat kompos dari sampah organik, dan mendaur ulang sampah non-organik yang bisa didaur ulang. 

Masyarakat juga turun tangan untuk membersihkan tepi pantai, sungai, atau kawasan lain yang tercemar sampah. 

Masyarakat yang dulu acuh itu, kini bahu membahu  'menyelesaikan' masalah bumi agar bumi menjadi tempat yang nyaman untuk kita tinggali.

Pantai bebas sampah

Jalan raya yang bersih nan asri

Bunga bermekaran

Usiamu semakin bertambah, tetapi semangatmu seakan tak pernah padam. Kau tetap mengajak orang untuk peduli. Kau ajak mereka mengadopsi bibit pohon, menanam di kawasan mereka masing-masing agar tiap sudut bumi memiliki tanaman yang memperbaiki kualitas udara sekitar.

Pohon-pohon menjulang tinggi


Bumi yang kau saksikan di usiamu yang ke-75 itu adalah hasil jerih payahmu mulai saat ini. 

Ya, ketika aku menuliskan surat ini untukmu, wahai diriku, aku baru mulai melangkah untuk memperbaiki bumi. 

Aku tahu tak mudah memang untuk mewujudkan itu semua. Namun, dengan niat yang tulus dan jiwa yang pantang menyerah, Insyaa Allah semua akan terwujud.

---

Ditulis dengan penuh rasa optimis,
Denpasar, 10 April 2021.

NB: Semua foto pada postingan ini adalah dokumen pribadi.

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!