Manhaj Salaf Akhir Pencarianku
Bismillahirrahmanirrahim
Saya lahir dan tumbuh dari keluarga NU, menghabiskan waktu remaja di lingkungan tarbiyah, dan Alhamdulillah sejak kuliah di STAN, Allah tunjukkan hati saya untuk menerima dakwah salaf (semoga saya istiqomah sampai wafat).
Dulu ketika SMA, saya begitu membenci dakwah salaf karena hasutan salah seorang kakak kelas.
Saya pernah berkata dengan begitu sinis kepada salah seorang teman sekelas saya (yang saat ini menjadi suami saya), kurang lebih begini:
"Harus ya celananya cingkrang gitu?"
Ya, itulah saya yang dulu. Keras terhadap sesama muslim. Bahkan mencela sunnah Nabi saya sendiri 💧💧
Teman saya yang saya cela celananya ini suatu hari pernah berkata kepada saya, "Jika bukan pemahaman para sahabat dan tabi'in yang kita tiru, lalu kita harus meniru siapa?"
Deg. Saya terdiam tidak bisa menjawab.
Dalam hati, saya membenarkan perkataannya. Namun, saya tidak mau mengakui kebenaran dakwah salaf karena saya terlalu sombong dan mementingkan kepentingan kelompok yang saya ikuti saat itu.
Ketika awal masuk STAN, kakak saya memasukkan saya ke grup mahasiswa NU di STAN.
Jujur, saya tidak nyaman berada di grup itu.
Saya yang waktu itu belum tahu apa hukum tahlilan, yasinan, dll sudah merasa tidak nyaman dengan acara-acara tersebut karena saya tahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya.
Saya berpikir, "Apa iya Islam yang murni itu seperti ini?"
Hati saya begitu bergejolak dan mengatakan bahwa Islam yang sesungguhnya bukan seperti itu.
---
Suatu hari di kamar kos, saya tiba-tiba ingin mendengarkan radio rodja. Ya, begitu aneh memang. Saya sudah tahu bahwa radio rodja itu milik Salafi, tetapi ada dorongan kuat dalam hati saya untuk mendengarkannya.
Apa yang saya rasakan waktu itu?
Ketenangan.
Setelah saya mendengar satu kajian di radio tersebut, saya menyimpulkan bahwa kajian Salafi dilandasi oleh dalil. Semua begitu ilmiah dan bisa dijelaskan dengan dalil.
Saya pun ketagihan.
Di lain hari saya kembali mendengarkan radio rodja dan tanpa sadar saya pun mendengarkannya hampir setiap hari.
Saya jadi semakin jatuh cinta pada dakwah salaf.
Inilah Islam yang sesungguhnya. "Kemana saja saya selama ini?" Gumam saya dalam hati.
Hari demi hari berlalu, Alhamdulillah Allah tunjukkan saya kepada Masjid As Sunnah Bintaro. Di sanalah saya pertama kali mendengar kajian sunnah secara offline.
Saya saat itu masih berpenampilan layaknya akhwat tarbiyah, yang mana kerudungnya tidak sepanjang akhwat salafiyyah, tetapi tidak sedikit pun ummahat di sana mencela saya atau melihat aneh kepada saya.
Satu hal yang saya dapat dari berbagai kajian sunnah yang saya dengarkan: Semua hal yang dikatakan dilandasi oleh dalil.
Inilah yang membuat saya yakin pada dakwah salaf.
Tidak memberontak atau berdemo kepada pemerintah ada dalilnya.
Tidak merokok ada dalilnya.
Tidak yasinan, tahlilan, dan sejenisnya pun juga ada dalilnya.
Di kajian sunnah saya diajarakan aqidah yang lurus. Karena memang dakwah utama dari kajian sunnah adalah dakwah tauhid.
Dakwah tauhid adalah inti dakwah pada Nabi.
Para Nabi tidaklah memulai dakwah dari politik, ekonomi, atau hal lain. Para Nabi memulai dakwah dengan dakwah tauhid terlebih dahulu.
Banyak orang mencela manhaj salaf, saya pun ikut kena imbasnya. Di kampus, karena saya tidak lagi mentoring, saya dikucilkan banyak teman, bahkan ada yang tidak suka pada saya sampai sekarang wkwkwk.
Mereka yang mencela mengatakan "Hari gini masih kajian tentang tauhid, cara shalat dan wudhu?"
Ya, biarlah. Mereka tidak tahu pentingnya membahas hal ini. Toh pada kenyataannya di masyarakat masih banyak yang tauhidnya belum lurus, masih banyak yang cara wudhu dan shalatnya salah.
Jika landasan paling mendasar saja kita masih salah dalam melaksanakannya, masa iya urusan pemerintahan kita akan benar? Jika hal paling mendasar saja masih salah dan kita tidak peduli dengan hal itu, apakah mungkin Allah akan menolong kita pada aspek kehidupan yang lain?
Lalu mengapa namanya harus "Salafi"? Mengapa tidak "Islam" saja?
Tahukah engkau bahwa kelompok Islam di muka bumi ini sangatlah banyak. Nama "Salafi" hanyalah untuk membedakan dari kelompok lain yang menyimpang. Adapun pada hakikatnya, Salafi adalah agama Islam itu sendiri.
Mungkin ada yang berpikir, mengapa sih Islam ini ngga satu golongan aja? Mengapa begitu banyak golongan?
Karena, jika Islam hanya satu golongan, berarti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdusta. Lho kok bisa?
Ingat hadits bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 golongan?
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Kalau hari ini Islam hanya satu golongan, berarti hadits ini tidak terbukti dong? Padahal sungguh kita tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mungkin berdusta.
---
Salah seorang teman kuliah saya yang merupakan salah seorang pentolan mentoring pernah berkata kurang lebih begini, "Kalau mau jujur, sebenernya dakwah yang benar itu dakwah Salafi."
Ya, dia pun tahu. Namun sayang, dia masih berat meninggalkan kepentingan kelompoknya. Dia takut kehilangan teman-teman mentoringnya atau takut dikucilkan seperti saya, hehe.
Mungkin, teman-teman SMA atau kakak kelas SMA saya mbatin, "Kasihan ya Rahma, di STAN bukannya jadi bener, malah ikut kajian salafi."
Haha, tidak apa-apa. Semua orang boleh menilai saya. Semua orang boleh mengatakan saya sesat. Asalkan di hadapan Allah saya tidak sesat.
Manhaj salaflah yang mengantarkan saya untuk belajar bahasa Arab. Manhaj salaflah yang membuat saya belajar agama Islam secara terstruktur dan tidak taqlid buta kepada guru karena semua yang dijelaskan berdasarkan dalil.
---
Ya, memilih dakwah ini bagai memegang bara api. Akan ada selalu celaaan, hinaan, dan makian dari manusia.
Disebut wahabi lah, teroris lah, dll.
Sabar aja. Toh hidup juga ga lama. Kalau kita meninggal di atas ketaatan, Insyaa Allah Surga menanti kita.
Andai hidayah bisa dibeli, saya ingin memberikannya kepada siapapun yang saya kenal.
Namun, siapalah saya? Hanya seorang hamba yang lemah.
Alhamdulillah di antara jutaan manusia yang hidup di dunia, Allah pilih saya sebagai seorang muslim. Dan di antara semua muslim di muka bumi ini, Allah tunjukkan saya kepada manhaj yang lurus dan aqidah yang benar.
Jadi, apa yang membuatmu masih berat menerima dakwah salaf?
Feel free to discuss with me.
Saya menerima diskusi, tetapi tidak menerima perdebatan.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
19 Sya'ban 1442H
Hidayah itu dijemput bukan ditunggu |
Baarakallaahu fiik rahmaa 🌼
ReplyDelete