Jika Usiaku Tak Sampai Tua
Bismillahirrahmanirrahim
Dua hari yang lalu, setelah mendengar kabar wafatnya salah seorang public figur berusia 21 tahun, aku bisa turut merasakan kesedihan yang dirasakan istrinya. Bagaimana tidak? Mereka baru menikah enam bulan lamanya. Masa satu tahun pertama pernikahan adalah masa-masa yang penuh keindahan, aku berasumsi selama enam bulan ini, mereka sedang membangun bonding sebagai pasangan suami istri.
Berita ini cukup mengagetkan bagiku karena sebelumnya public figur tersebut terlihat sehat-sehat saja. Qadarullah wa Masyaa Fa'ala.
Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kematian tidak harus menunggu tua. Perihal kedatangannya kapan, kita tidak pernah tahu. Kita diberi waktu di dunia untuk beramal sebaik mungkin sebagai bekal perjalanan panjang di akhirat nanti.
Berbekallah sebelum datang kematian dan sebaik-baik bekal adalah takwa |
---
Aku menatap diriku sendiri, bagaimana jika hal itu terjadi kepadaku...
Lebih tepatnya, bagaimana jika usiaku tak sampai menginjak masa tua.
Suamiku sering berpesan kepadaku bahwa tiap-tiap individu hanya bagian dari dunia yang hanya dititipkan sementara waktu. Karena merupakan bagian dari dunia, tentu kita tidak abadi. Sebagaimana hakikat dunia yang cepat usang dan habis, kita pun pada akhirnya akan meninggalkan dunia ini.
Aku adalah bagian dari dunia yang dititipkan menjadi anak bagi kedua orang tuaku. Aku adalah bagian dari dunia yang dititipkan menjadi adik bagi kakakku. Dan aku adalah bagian dari dunia yang dititipkan menjadi istri bagi suamiku. Ya, aku hanyalah bagian dari dunia yang fana. Aku tidak abadi. Aku pasti mati. Aku pasti meninggalkan dunia ini.
---
Kesadaran ini membuat aku bercermin bahwa waktu di dunia sangat berarti. Perpisahan yang kita tidak tahu kapan datangnya pasti akan terjadi. Berada di alam kubur tanpa keluarga pasti akan kita lalui.
Karena begitu misterinya usia manusia, aku ingin memastikan apakah kewajibanku sudah aku penuhi. Apakah suamiku sudah merasa terlayani? Apakah orang tuaku sudah merasa bahwa aku berbakti? Apakah kakak dan keluargaku haknya sudah aku penuhi? Apakah orang-orang yang bermuamalah dengabku tak merasa terdzalimi?
Aku pun secara jujur sering berpesan kepada suamiku agar jika aku meninggal duluan, aku berharap ia ridha kepadaku agar aku masuk Surga.
“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161)
Suamiku seringkali tidak suka aku berpesan seperti itu karena dia tidak ingin aku berandai-andai meninggal terlebih dahulu. Namun, bagiku sendiri, aku tidak tahu apakah esok hari aku masih bisa melihat wajahnya. Apakah esok hari aku masih bisa bangun untuk menyapanya. Apakah esok hari aku masih bisa berdiskusi dan menghabiskan waktu dengannya. Maka selagi bisa, aku ingin berpesan hal yang sangat penting kepadanya.
Sungguh perpisahan dan menjalani perjalanan panjang seorang diri pasti sangat berat. Maka selama diberi kesempatan hidup, aku hanya ingin sering mengucapkan 'terima kasih' kepada suamiku atas setiap kebaikannya. Pun aku ingin selalu bersegera mengatakan 'maaf' atas perbuatan dan ucapanku yang menyakitinya.
Waktu hidup yang sungguh singkat |
---
Jika usiaku tak sampai tua, aku yakin ketetapan Allah adalah yang terbaik. Semisal sampai meninggal pun aku tak diamanahi anak, aku yakin takdir-Nya adalah yang terbaik. Betul, mungkin aku kehilangan kesempatan amal jariyah dari doa anak shalih yang mendoakan orang tuanya, tetapi, bukankah rahmat Allah itu luas? Bukankah amal jariyah tidak terbatas pada doa anak shalih saja? Bukankah menanam tumbuhan, menyebarkan ilmu, menggali sumur, dll. juga merupakan amal jariyah?
Jika usiaku tak sampai tua, aku berharap Allah mewafatkanku dalam kondisi tak punya satu pun masalah dengan orang lain di muka bumi ini. Aku ingin menghadap-Nya tanpa memiliki musuh. Maka, siapapun yang merasa aku dzalimi dan belum menghalalkannya, tolong sampaikan kepadaku agar aku selesaikan di dunia.
Jika usiaku tak sampai tua, semoga singkatnya masa hidupku di dunia memberi bekas berarti yang melahirkan kebaikan sepanjang masa.
Jika usiaku tak sampai tua, Yaa Allah, tolong jaga keluargaku dan izinkan kami kembali berkumpul di Surga, Aaamiin.
---
Ditulis di Surabaya, 26 Rabi'ul Akhir 1443H
Comments
Post a Comment