Daurah Syaikhah dari Madinah - Day 3
Bismillahirrahmanirrahim
Hari terakhir daurah ini dibuka dengan kajian dari Ustadzah Imroatul Azizah hafidzahallah tentang rezeki termahal.
Akhirnyaaaa, ada sesi dimana aku bisa memahami isi kajiannya 100% (ya iyalah, pakai bhs Indo soalnya hehe).
Ustadzah Azizah hadir di hari terakhir dengan meng-cancel banyak agenda mengajar beliau.
Kajian ini dilaksanakan ba'da subuh di ruang daurah. Tidak semua peserta hadir, tetapi bagiku sendiri kajian ini sangat menyentuh hati.
Ustadzah mengingatkan kami bahwa ilmu adalah rezeki terbaik. Karena ilmu akan menjaga kita. Adapun harta, kitalah yang harus menjaganya. Bahkan Nabi pun berdoa meminta tambahan ilmu, bukan meminta harta.
Pesan ustadzah kepada kami kurang lebih begini,
"Healing seorang penuntut ilmu adalah dengan belajar dan mengajar. Murajaah paling efektif adalah dengan mengajar. Karena mengajar adalah kebutuhan kita. Karena dengan mengajar, Allah akan memberi guru yang lebih baik Insyaa Allah."
Yaa Allah...
Aku sangat setuju. Mengajar adalah kebutuhanku. Aku mengajar harusnya bukan karena aku yang diminta oleh orang lain, tetapi karena aku membutuhkan mengajar orang lain.
---
Setelah daurah kami pun kembali ke kamar untuk packing. Tak terasa, inilah hari terakhir kami menimba ilmu di tempat ini.
Sesi daurah hari ini tetap saja tidak bisa aku pahami 100%. Namun, hal yang menarik dari sesi daurah ini adalah karena adanya perlombaan untuk menjawab pertanyaan dari syaikhah dan memperdengarkan hafalan bait.
Syaima Bamuallim, Sumayyah Bamuallim, Ustadzah Yasaroh, Alimah, Yasilah, dan Afifah adalah orang-orang yang berani mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan syaikhah. Masyaa Allah, Barakallahu Fiikunna.
Berada di ruangan itu membuat aku menyadari bahwa seperti itulah hendaknya seorang penuntut ilmu sejati. Mengerahkan segala upaya untuk menjadi yang terbaik dalam hal ilmu. Berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam hal ilmu.
Di tempat ini, aku melihat sendiri ada orang yang tetap mengikuti jadwal kelas onlinenya walau sibuk dengan agenda daurah. Masyaa Allah.
---
Setelah sesi daurah berakhir, banyak di antara kami maju ke depan dan minta tanda datangan syaikhah. Ada di antara kami yang berbincang langsung dengan syaikhah. Acara pun ditutup dengan pesan-pesan dari syaikhah dan pembagian souvenir dari panitia.
Pertemuan ini singkat tetapi begitu bermakna. Aku sangat bersyukur diizinkan Allah hadir di tempat ini. Aku bisa masuk ke circle dunia pondok dan pesantren yang tidak pernah aku enyam selama ini.
Selesai shalat dhuhur, beberapa di antara kami dipindahkan ke villa. Aku, Fatimah, Fuziah, Mbak Khusnul, dan Bu Aminah ada di villa yang sama. Aku menunggu jemputan suami yang baru bisa datang malam hari setelah bekerja. Betapa baiknya Allah yang menggerakkan hati suamiku untuk meu mengantar jemput istrinya. Betapa baiknya Allah yang melembutkan hati suamiku untuk mengizinkan istrinya mewujudkan salah satu cita-citanya.
Pada akhirnya, setelah memuji Allah, tentu aku berterima kasih kepada suamiku. Di tengah kesibukannya mengurus pekerjaan ini dan itu, ia tetap menuaikan kewajibannya sebagai seorang suami yang mengantar dan menjemputku agar aku tidak safar tanpa mahram.
---
Semua kisah ini aku tulis untuk aku kenang kembali.
Sebagai sebuah pengingat bahwa Allah telah memberi begitu banyak nikmat kepada diri ini.
Semoga Allah mengizinkan aku ikut kembali dalam kondisi yang lebih baik.
---
Ditulis di Surabaya
14 Muharram 1444H
Comments
Post a Comment