Mahabbah Pekan ke-2: Al-Fashaahah (Kefasihan Berbahasa)
Bismillahirrahmanirrahim
Masih dalam kelas Mahabbah dari Yayasan BISA yang diisi oleh Ustadz Nur Fajri Ramadhan hafidzahullah.
Penting bagi kita untuk ber-fashaahah dulu sebelum berbalaghah. Apa itu fashaahah?
🌿 Secara bahasa fashaahah bermakna kejelasan (الظهور و البيان)
🌿 Secara istilah adalah lafal-lafal yang jelas, nampak, mudah dipahami, yang akrab digunakan di antara para penulis dan pujangga karena keindahannya
Mengapa kita perlu fasih dulu? Karena suatu ucapan dinilai baliigh jika memenuhi dua poin, yaitu:
🌺 Fasih
🌺 Sesuai dgn kondisi
Fashahah hanyalah terkait dgn lafal, tidak menyinggung makna, sementara balaghah adalah fashahah yg juga memperhatikan makna dan kondisi lawan bicara.
Yang disifati sebagai fashiih adalah mufrad (kata), murakkab (kalimat), dan pembicara.
Sedangankan yang disifati sbg baliigh hanyalah murakkab dan pembicara.
🌱🌱🌱
Sebelum kita lanjutkan, agar tidak tersesat lebih jauh, perhatikan istilah berikut ini.
🍃 Fashiih (org yg ketika menulis atau berbicara memenuhi aspek fashahah), jamaknya adalah Fushahaa' (فصحاء)
🍃 Baliigh (org yg ketika menulis atau berbicara memenuhi aspek kebalaghahan), jamaknya adalah Bulaghaa' (بلغاء)
🍃 Pakar ilmu balaghah disebut balaaghiyy (بلاغيّ) yang jamaknya adalah balaaghiyyun (بلاغيون)
🍃 Seorang baliigh belum tentu merupakan balaaghiyy begitu pula sebaliknya
Bagaimana agar tulisan kita memenuhi aspek fashahah? Hindari saja aib-aib fashahah.
Pembahasan di bawah ini adalah tentang aib-aib fashahah ('Uyubul Fashahah) yang jumlahnya ada tiga, yaitu:
- 'Uyubu Fashahatil Mufrad/Kalimah (kata)
- 'Uyubu Fashahatil Murakkab/Kalam (kalimat)
- 'Uyubu Fashahatil Mutakallim (Kefasihan Pembicara)
🌷 'Uyubu Fashahatil Mufrad/Kalimah (kata)
❄ Tanafurul Huruf (تنافر الحروف)
Secara bahasa artinya "ketidaksinkronan", yakni antar huruf-huruf di suatu kata.
Yang dimaksud dgn aib ini adalah
كون الكلمة تثقيلة على السمع صعبة في أظاء اللسان
"Kondisi kata yang sulit didengar dan sulit diucapkan lisan"
Contohnya kata musytasyziraatun مستشزرات yang bermakna "tinggi". Dijumpai pada bait-bait sya'ir Imru-ul Qais berikut
غدائره مستشزرات إلى العلا...تضل المدارى في مثنى و مرسل
"Rambutnya tinggi ke atas...sisir pun tersesar di rambut yang terikat dan terurai"
Dimana letak aibnya? Huruf ش (hams & rakhawah) terletak setelah ت (hams & rakhawah) dan diikuti oleh ز (jahr & rakhawah).
Kata ini susah didengar.
Makna bait ini adalah rambut kekasihnya saking banyaknya ada yang tinggi ke atas, ada yang terikat, dan ada yang terurai, sampai-sampai sisir pun 'tersesat'.
Contoh lain orang badui menggunakan kata هُعْكُعٌ yg merupakan sejenis tumbuhan kesukaan unta.
Kata ini sangat sulit diucapkan. Seluruh makhrajnya di halq dan pengucapan huruf 'ain (wasatul halq) dua kali setelag huruf ha' (aqshal halq) dan kha' (adnal halq) menjadikan kata ini memiliku aib jenis ini.
Contoh lain
🌾 ظِشٌْ -> tempat kasar
🌾 صَلْصَلِقٌ -> keras
🌾 طَسَاسِيْجٌ -> jamak dari طَسُّجٌ yang berarti "1/24 dirham"
🌾 اطْرَغَشَّ -> sembuh
Kata-kata ini berat didengar dan susah diucapkan.
Dapat kita katakan bahwa tanafurul huruf terjadi karena sangat jauhnya makhraj huruf atau sangat dekatnya. Hal inilah yang dominan. Patokan tanafurul huruf adalah seperti yang dikatakan Ahmad Al Hasyimi (w. 1362 H):
"Tidak ada standar baku untuk mengetahui kata yang berat dan sulit diucapkan melainkan selera yang murni dan cita rasa yang benar yang lahir dari terus-menerus memikirkan ucapan orang-orang yang ucapannya baligh dan seringnya berlatih menggunakan ungkapan-ungkapan nereka."
❄ Gharabah (الغرابة)
Secara bahasa artinya "asingnya sesuatu."
Aib ini maksudnya adalah
كون الكلمة غير ظاهر المعنى
"Kondisi suatu kata tidak jelas maknanya"
Yaitu suatu kata begitu asing penggunaannya bahkan di kalangan para pujangga, fushaha', dan bulagha' sehingga kita sampai membuka kamus Arab atau ulasan tokih pakar bahasa Arab untuk mengenali maknanya.
Hal ini terjadi karena:
🌿 Sangat langkanya penggunaan kata tsb oleh orang Arab
🌿 Untuk memahami kata tsb butuh usaha keras semisal membuka kamus induk
Contoh kata musarrajan مُسَرَّجًا di bait sya'ir Al-'Ajjaj (w. 96 H)
Ibnu Duraid (w. 321 H) seorang pakar bahasa Arab mengatakan maksudnya "Laksana pedang Suraiji dalam ketajamannya."
Ibnu Sidah (w. 458 H) pakar bahasa Arab lainnya mengatakan "Laksana lentera (siraaj) dalam kebercahayaan."
Contoh lain ketika seorang pakar Nahwu, Isa bin Umar (w. 149 H) terjatuh dari keledainya. Orang-orang mengerumuninya lalu ia berkata,
ما اكم تكأكأتم علي تكأكوكم على ذي جنة؟ افرنقعوا عني
"Mengapa kalian berkumpul mengerumuniku seperti mengurumuni orang gila? Menjauhlah dariku"
Gharabah di sini terjadi pada kata تَكَأْكَأَ "berkumpul" dan fi'il افْرَنْقَعَ "menjauh". Kedua diksi ini sangat mengandung gharabah.
Contoh lain
🌾 مُسْحَنْفِرَةٌ -> Luas
🌾 بُعَاقٌ -> Hujan
🌾 جَرْدَحْلٌ -> Lembah
🌾 جَحْمَرِشٌ -> Wanita Lansia
🌾 اطْلَخَمَّ -> Mengeras
Ada kata yang lebih familiar dari pada kosakata-kosakata ini.
❄ Mukhalafatul Qiyas (مخالفة القياس)
Secara bahasa artinya "penyelisihan terhadap kaidah umum"
Maksud aib ini adalah
كون الكلمة شاذة خارجية مخالفة لقواعد النحو أو الصرف
"Kondisi ketika suatu kata menyimpang keluar dari menyelisihi kaidah Nahwu dan/atau Sharaf"
Contohnya adalah kata Al-Ajlali pada bait sya'ir Abu An Najm Al 'Ijli (w. 130 H) berikut:
الحمد لله العلي الأَجْلَلِ...أعطى فلم يبخل و لم يُبَخِّلِ
"Segala puji bagi Allah yang Maha Tinggi dan Maha Mulia...Dia memberi, tak kikir juga tak membuat orang lain kikir."
Secara sharaf seharusnya الأَجَلِّ bukan الأَجْلَلِ sebab ia berasal dari wazan أفعل dari fi'il جَلَّ. Karenanya kata ini dianggap memiliki aib fashahah, yaitu Mukhalafatul Qiyas.
Contoh lain kata بُوْقَاتٌ yang dipilih sbg jamak dari بُوْقٌ (terompet) dalam bait sya'ir Al Mutanabbi (w. 354 H). Padahal semestinya jamak dari kata ini adalah أَبْوَاقٌ.
Contoh lain kata مَوْدِدَةٌ. Harusnya مَوَدَّةٌ.
🌷 'Uyubu Fashahatil Murakkab/Kalam (kalimat)
❄ Tanafurul Kalimaat (تنافر الكلمات)
Secara bahasa artinya "kebermusuhan" atau "ketidaksinkronan", yakni antar kata-kata di suatu kalimat (jumlah/kalam).
Yang dimaksud dgn aib ini adalag
وصف في الكلام يوجب ثقله على اللسان و عسر النطق به
"Karakter suatu ucapan yang membuatnya berar di lisan dan sulit diucapkan"
Contohnya adalah apa yang disebutkab Al-Jahidzh (w. 255 H) berupa sebuah bait sya'ir berikut yang konon diucapkan oleh sekelompok jin kala mereka membunuh Harb bin Umayyah sebagai balas dendam atas dibunuhnya seekor ular yang merupakan jelmaan jin.
وقبرُ حربٍ بمكارٍ قَفْرِ...و ليس قُرْبَ قَرْبِ حَرْبٍ قَبْرُ
"Makam Harb berada di tanah sepi...Tidak ada di dekat makamnya Harb satu makam pun."
Kalimat ini sulit diucapkan.
Contoh lain sebuah bait sya'ir yang diucapkan Abu Tammam (w. 231 H) untuk meminta maaf kepada walikota Damaskus, Abul Mughits Ar-Rafiqi serata memujinya:
كريمٌ متى أَمْدَحْهُ و الوَرَى...و متى ما لُمْتُهُ وَحْدِيْ
"Dia adalah seorang yang mulia hingga kala aku memujinya, maka aku memujinya begitu pula semua makhluk...Tetapu kala aku mencelanya maka aku sendirian saja yang mencelanya."
Kalimat ini sulit diucapkan.
❄Dha'fut Ta'lif (ضعف التأليف)
Secara bahasa artinya "lemahnya penyusunan".
Yang dimaksud dengan aib ini adalah
كونُ الكلامِ عيرَ جارٍ على القانون النحويِّ المشهورِ
"Kondisi dimana suatu ucapan tidak mengikuti aturan populer Nahwu."
Contoh:
ضرب غلامُه زيدًا
Maksudnya: "Budaknya Zaid telah memukul Zaid."
Yang membuat salah dhamir ه mau kembali ke mana? Masa kembali ke kata زيد di belakangnya?
Harusnya begini
ضرب زيدا غلامُه
Contoh lain aib ini adalag bait sya'ir
جزى بنُوه أبا الغيلان عن كبر
"Anak-anaknya telah membalas kebaikan Abul Ghailan saat usia beliau tua."
❄ Ta'qid (التعقيد)
Secara bahasa maknanya "merumitkan sesuatu".
Aib ini maksudnya adalah
كون الكلام خفيّ الدلالة على المعنى المراد بحيث تكون الألفاظ غيرَ مرتبة وفق ترتيب المعاني
" Kondisi dimana suatu ucapan maknanya samar karena lafal-lafalnya tidak berurut sesuai urutan makna."
Contohnya ungkapan seorang Arab yang ingin mengatakan bahwa raja telah menyebarkan para jaasusnya (spion) di dalam kota. Akan tetapi yang ia katakan adalah:
نَشَرَ المَلِكُ أَلْسِنَتَهُ فِيْ المدينةُ
"Sang raha menyebarkan lisan-lisannya di seantreo kota."
Pemilihan kata alsinah dalam jumlah ini keliru jika yang dinaksud para spion. Alsinah tepat digunakan jika yang dimaksud adalah "para orator". Adapun "para spion" maka yang tepat adalah 'uyuun (mata-mata).
Contoh lain adalah bait sya'ir Al-Farazdaq (w. 114 H) ketika memuju Ibrahim bin Hisyam (w. 125 H), paman dari Khalifah Hisyam bin 'Abdulmalik (w. 125 H), salah seorang pemimpin Khilafah Umawiyah:
و ما مثله في الناس - إلا مماكا...أبو أمِه-حيٌّ-أبوه-يقاربه
"Tidaklah orang seperti beliau kecuali seorang yang dijadikan raja...ayah dari ibunya masih hidup, ayahnya mirip dengannya."
Maksudnya "Tidaklah ada yang sepertinya (Ibrahim) dari seluruh manusia yang masih hidup dan mendekati kehebatannya kecuali seorang yang dijadikan raja, yakni Hisyam ayah dari ibunya merupakan ayah Ibrahim."
Urutan normal jumlah ini sebenarnya:
و ما مثله في الناس حي يقاربه إلا مملك، أبوه أمه أبوه
Contoh lain adalah sya'ir Al-Mutanabbi (w. 354 H) berikut:
جفختْ - و هم لا يجفخون بها - بهم...شيم على الحسب الأغر دلائل
"Bangga -sedangkan mereka sendiri tak bangga terhadapnya- terhadap mereka...akhlak-akhlak yang menjadi bukti atas kedudukan yang mulia."
Al-Mutanabbi mengubah-ubah urutan kalimay sehingga malah merumitkan maknanya. Urutan yang sebenernya adalah:
جَفَخَتْ بِهِمْ شِيَمٌ دَلَائِلُ على الحَسَبِ الأَغَرِّ، و هم يَجْفَخُوْنَ بِهَا
"Akhlak-akhlak yang menjadi bukti atas kedudukan yang mulia bangga terhadap mereka, sementara mereka sendiri tidak bangga atasnya."
🌱🌱🌱
Mengapa contoh-contohnya tidak ada yang dari Al-Qur'an dan Hadits? Karena kita sedang membahas aib. Al-Qur'an dan Hadits tidak mungkin ada aib bahasa di dalamnya.
Meringkas pembahasan 'Uyub Fashahah, baik mufrad/kalimah maupun yang murakkab/kalam, 'Abdurrahman Al-Akhdhari mengatakan dalam mandzhumah Al-Jawhar Al-Maknun:
فَصَاحَةُ المُفْرَدِ أَنْ يَخْلُصُ مِنْ...تَنَافُرٍ غَرَابَةٍ حُلْفٍ زُكِنْ
وَ فِيْ الكَلَامِ مِنْ تَنَافُرِ الكَلِمْ...وَ ضَعْفِ تَأْلِيْفٍ وَ تَعْقِيْدٍ سَلِمْ
وَ ذِيْ الكَلَامِ صِفَةٌ بِهَا يُطِيْقْ...تَأْدِيَةَ المَقْصُوْدِ بِالَّفْظِ الأَنِيْقِ
"Fashahah Mufrad adalah dengan terbebas dari...Tanafur, Gharabah, dan Mukhalafah (Qiyas) yang ditemukan.
Dan (Fashahah) pada Kalam adalah saat dari Tanafur Kalimat...Dha'fu Ta'lif, dan Ta'qid ia terbebas.
Dan (Fashahah) pada pembicara adalah karakter yang dengannya ia mampu...menyampaikan maksud pembicaraannya dengan lafal yang indah."
🌷 'Uyubu Fashahatil Mutakallim (Kefasihan Pembicara)
Syaikh Aiman Amin mengatakan
ملكةٌ يستطيعُ بها المتكلّمُ أن يُعَبِّرَ عن المقصودِ بكلامٍ فصيحٍ في أيّ غَرَضٍ كان
"Kemampuan yang memungkinkan seorang pembicara menyatakan apa yang ia maksudkan dengan ucapan yang fasih untuk tujuan apapun."
Kefasihan ini bisa muncul karena
🌺 Bakat bawaan (gharizah)
🌺 Sering dilatih (iktisab) -> Banyak berceramah, banyak belajar Balaghah, banyak membaca serta merenungi, dst.
Aib-aib Fashahah ini tak jarang muncul karena sikap berlebih-lebihan dalam mengindahkan pembicaraan, tidak melulu karena keterbatasan kemampuan.
Buktinta banyak contoh yang telah disebutkan seputar aib fashahah justru dilakukan para penyair legendaris.
Dan hal ini telah diingatkan Nabi صلى الله عليه و سلم
"Dan sesungguhnya di antara yang paling dibenci dari kalian dan paling jauh dariku pada hari kiamat adlah orang-orang tsartsar (yang banyak bicara), mutasyaddiq (yang pongah saat bicara), dan mutafayhiq (yang berlebih-lebihan dalam memperindah ucapan)." - HR. Tirmidzi no. 2018
🌱🌱🌱
Selesai dirangkum di Surabaya
17 Rabi'ul Awwal 1444H
Q & A
1. Salah satu sebab tanafurul kalimat adalah kata-katanya dempet, diulang.
2. Gharabah itu biasanya kata-kata yang klasik. Justru kata-kata kontemporer tidak termasuk gharabah.
3. Tanafurul Huruf = Tanafurul Kalimat, Gharabah = Ta'qid, Mukhalafatul Qiyas = Dha'fut Ta'lif
4. Yang indah tidak hanya ringkas tapi juga yang bertele-tele. Balaghah yang penting bukan cepatnya tapi sampainya pesan kita sesuai dengan kondisi. Ada kondisi yang bagus ringkas, contoh khutbah Jum'at, tapi juga ada kondisi sebaliknya contoh pengajaran di kelas.
5. Balaghah ini bukan kesustratraan. Kalau kesustrataan itu namanya ilmu adab atau gaya bahasa. Kalau balaghah itu ilmu retorika.
6. Aib fashahah di buku balaghah justru kita temui dari tokoh legendaris. Sebagai pelajaran bagi kita bahwa sebaik apapun manusia tetap ada kekurangannya.
7. Ilmu stilistika. Dari kata style. Menganalisis gaya bahasa.
8. Hampir semua ulama hadits mengatakan boleh meriwayatkan hadits dengan makna. Artinya bisa jadi matan hadits tidak plek sesuai kata-kata Nabi. Maka bisa jadi hadits ini mengandung aib bahasa. Aib bahasa ini bukan dari Nabi karena dari perawi.
9. Jenis-jenis sya'ir:
- Fakhr (pamer) -> untuk diri sendiri atau kaum sendiri
- Ritsa (duka)
- Hija (celaan)
- Madh (pujian) - > ke orang lain
- Ghazl (romantis)
Comments
Post a Comment