Mahabbah Pekan ke-3: Al-Muhassinaat Al-Lafdzhiyyah (Penghias Lafal)
Masih adalam pelajaran Ilmu Balaghah yang disampaikan oleh Ustadz Nur Fajri Ramadhan hafidzahullah dari Yayasan BISA. Ini adalah pembahasan Ilmu Badi' yang pertama.
Kita bisa melihat keindahan suatu konteks dari lafadz saja tanpa perlu berdalam-dalam memahami makna.
Ilmu Badi' ini belajar dua muhassinaat yaitu
🌱 Muhassinaat Lughawiyyah -> penghias dari sisi lafal
🌱 Muhassinaat Maknawiyah -> penghias dari sisi makna
Muhassinaat Lafdzhiyyah yang akan kita pelajari hari ini adalah:
1. Saj'
2. Jinaas
3. Iqtibaas
4. Iltifaat
5. Raddul 'Ajzi ilash Shadr
Saj'
"Kesamaan rima antara akhiran dari dua kalimat, dua klausa, atau dua frase yang bersebelahan."
Di dunia Bahasa Indonesia kita juga mengenal sajak. Seperti berakhiran a semua.
Contoh saj' banyak dalam Al-Qur'an maupun Hadits.
Contoh pada Surat Al-Fiil: 1-4
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ
Contoh lain pada Hadits Tirmidzi: 2485
أيُّهَا النَّاسُ : أَفْشُوا السَّلامَ ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
"Tebarkan salam, berbagilah makanan, salat malamlah saat banyak orang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat."
Contoh lain pada khutbah. As-Sudais, ketua DKM Masjidil Haram dan Majid Nabawi, beliau ketika ceramah sering melakukan saj'. Demikian juga dalam doa qunut di akhir Ramadhan.
Saj' itu bukan tujuan dari pembicaraan. Oleh karena itu mengapa Ilmu Badi' diumpamakan perabot. Karena dalam jumlah yang sesuai dan ditempatkan dengan sesuai, dia indah. Kalau terlalu banyak dan terkesan memaksakan diri maka jadi tidak indah.
Oleh karena itu, baik Al-Qur'an, Hadits, maupun khutbah tidak semuanya bersaj'. Inilah yang gagal dipahami oleh Musailamah Al Kadzab. Ketika ia mengaku sbg nabi, di antara yg beliau klaim adalah sebuah surat yang berlebihan dalam menggunakan saj' dan tidak memperhatikan maknanya. Dalam Balaghah urutannya adalah: berbobot -> jelas -> indah. Jadi aspek indah ini terakhir.
Karangan Musailamah Al Kadzab:
الفيلُ مَا الفيل,
وما أدْراكَ مَالفِيل,
له دنب وَبِيل وخُرطُوم طَويلٌ,
وما أدْراكَ مَالفِيل,
له دنب وَبِيل وخُرطُوم طَويلٌ,
وإنَّ ذلك مِن خَلق رَبنا لقَليلٌ.
Gajah. Apakah itu Gajah? Dia punya ekor yang pendek dan belalai yang panjang....
Dari segi makna, tentu ini dipertanyakan.
Jinaas
"Kemiripan bunyi dari dua kata yang berdekatan padahal makna masing-masingnya berbeda."
Di bahasa Indonesia mirip kata yang homonim.
Contoh: Sangsi dan sanksi.
Gigi Adi patah karena mengendarai gigi empat.
Jinaas ada dua:
🌷 Jinaas Taamm (sempurna): dua kata yang sama persis dalam 4 hal: jenis hurufnya, urutan hurufnya, jumlah hurufnya, dan harakat hurufnya.
Contoh pada Surat Al-Lahab: 1-3
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kata لَهَبّ pada ayat pertama bermakna "cahaya". Disebut demikian karena wajahnya ganteng. Oleh karena itu dijuluki Abu Lahab.
Kata لَهَب pada ayat ketiga bermakna " bergejolak".
Sama katanya tapi beda makna.
Contoh lain ada pada surat An-Nur: 43-44
يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
الأبصار pada ayat 43 bermakna "pandangan mata kepala."
الأبصار pada ayat 44 bermakna "pandangan mata hati."
Contoh lain Surat Ad-Dukhan: 41
يَوْمَ لَا يُغْنِي مَوْلًى عَنْ مَوْلًى شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
مَوْلًى yang pertama bermakna "tuan".
مَوْلًى yang kedua "budak".
Contoh lain pada hadits riwayat Tirmidzi: 1862
فَإِنْ تَابَ تَابَ اللهُ عَلَيْهِ
تاب yang pertama bermakna "bertaubat".
تاب yang kedua bermakna "menerima".
🌷 Jinaas Naaqish (tidak sempurna): dua kata yang sama persis dalam 3 dari 4 hal di Jinaas Taam.
Contoh pada surat Al-Qiyamah: 22-23
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
ناضرة (berseri-seri) dan ناظرة (melihat)
Contoh lain pada Surat Al-An'am ayat 26
وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ ۖ وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
يَنْهَوْنَ (melarang) dan يَنْئَوْنَ (menjauhkan)
Contoh lain pada hadits riwayat Ad-Dailamiyy: 3099
الدَيْنُ شَيْنُ الدِيْنِ
"Utang dapat mencemari agama."
Iqtibaas
"Mengutip ayat atau hadits dalam perkataan tanpa disertai ungkapan: 'Allah berfirman' atau 'Rasulullah bersabda'
Al-Imam As-Suyuthiy menyebutkan bahwa iqtibas hukumnya:
🌿 Dianjurkan: Dalam nasihat/pidato
Hal ini akan membuat indah. Apalagi jika audiencenya banyak yang non muslim.
Contoh pak RT mengatakan kepada warga, " Wahai sekalian warga, mengapa kalian banyak membuang-buang waktu? Padahal sesungguhnya di antara tanda baiknya keimanan seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untuknya."
🌿 Tidak boleh: Dalam momen bercanda dengan peremehan atau penyandaran kekhususan Allah/Rasulullah pada diri sendiri
Contoh ada orang mengatakan "Barang siapa mengikutiku maka dia akan masuk surga." Hal ini ia katakan dalam konteks dirinya.
🌿 Boleh: Selain momen-momen di atas
Zaman sekarang iqtibas terkadang tidak disadari oleh orang-orang karena orang zaman sekarang tidak hafal Al-Qur'an dan Hadits sehingga tidak tahu kalau itu iqtibas.
Beriqtibas dalan sya'ir diperbolehkan.
Iltifaat
"Pengubahan sudut pandang kata ganti dalam suatu rangkaian perkataan."
Ada enam kemungkinan:
🌸 Dari mutakallim ke mukhaathab
🌸 Atau sebaliknya
🌸 Dari mutakallim ke ghaaib
🌸 Atau sebaliknya
🌸 Dari mukhaathab ke ghaaib
🌸 Atau sebaliknya
Contoh dari ghaaib ke mukhaathab pada Surat Al-Fatihah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Ayat ke-1: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Ayat ke-5: Hanya kepada Engkau kami menyembah
dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan
Pesan balaghahnya adalah, pada ayat-ayat awal, karena terus memuji Allah, seolah Allah itu ghaib. Namun, sejatinya Allah itu jahr.
Orang yang mengkritik Islam mengatakan bahwa pada surat Al-Fatihah ini terdapat kekacauan bahasa. Namun hal ini dibantah oleh Prof. Abdul Halim, seorang profesor Qur'an dari Inggris. Dia mengatakan, "Orang yang mengkritik tidak paham Bahasa Arab. Tidak paham Balaghah."
Di antara faidah iltifat adalah membuat orang fokus kembali karena adanya ganti sudut pandang.
Contoh mutakallim ke ghaaib pada surat Al-Kautsar
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Ayat ke-1: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga."
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Ayat ke-2: "Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah."
Dalam iltifaat ada penegasan-penegasan. Karena dalam momen tertentu, sangat kuat jika dengan ghaaib. Pada momen lainnya, sangat kuat dengan mukhaathab. Begitu juga pada momen tertentu, sangat kuat dengan mutakallim.
Contoh ketika membahas nikmat, lebih baik menggunakan mutakallim, "Sungguh Kami telah memberi nikmat kepadamu."
Contoh ghaaib ke muatakallim pada surat Al-Isra' ayat ke-1
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Faidahnya adalah penegasan kemuliaan, keberkahan, dan kebesaran tanda-tanda dalam isra' tersebut.
Raddul 'Ajzi Ilash Shadri
"Memulai dan mengakhiri suatu rangkaian perkataan dengan hal yang semakna."
Hal ini sering dilakukan penulis-penulis hebat.
Contoh kata Khasyyah pada Surat Al-Ahzab ayat: 37
و تخشى الناس و الله أحق أن تخشه
"...dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah lah yang lebih berhak ditakuti."
Contoh lain kata Tasbiih pada Surat Al-Hasyr: 1 & 24 (ayat pertama dan hampir terakhir)
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi: dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana."
---
Di antara ini semua, Jinaas adalah Muhassinaat yang paling indah.
---
Q & A
1. Dalam pembacaan surat Al Qur'an, misalnya surat Al Ikhlas, Jika dibaca washol seperti ayat pertama misalnya : "Qul Huwallahu ahadunillahush shomad" yang mana seharusnya jika waqof maka ada saj'nya. Pertanyaan: Apakah hal ini menghilangkan atau mungkin mengurangi keindahan bahasanya/balaghohnya ?
Keindahan balaghah bukan hanya dari saj' saja. Masih banyak yang lain. Menyambung antar ayat tidak berdosa dan tidak makhruh. Walaupun sunnahnya adalah mengakhiri ayat. Sebagaimana hadits Ummu Salamah dalam Bukhari Muslim.
2. Dalam saj' itu biasanya ada yang ditambah huruf mad ada pula yang dipotong huruf akhir, apakah ini tidak termasuk mukholafatul qiyas?
Yang dimaksud dengan Mukhlafatul Qiyas adalah menyalahi aturan Sharaf dalam pembentukan kata, dalam hal morfologi. Dalam Al-Qur'an tidak mungkin ada mukhalafatul qiyas karena tidak mungkin ada kesalahan Nahwu dan Sharaf.
3. Apakah pengutipan syair atau kata mutiara juga masuk iqtibas?
Istilahnya bukan iqtibas tetapi tabmin, yaitu mengutip selain Al-Qur'an dan Hadits dalam ucapan tanpa mengatakan secara tegas. Contoh dalam pidato kita tiba-tiba mengutip puisi Chairil Anwar.
4. Tanafurul Huruf : Apakah berkaitan juga dengan sifat huruf dalam ilmu tajwid yaitu sifat idzlaq & ishmat ?
Iya ada kaitan. Dan tidak hanya itu saja, Tanafurul Huruf juga berkaitan dengan sifat huruf yang lain. Juga terkait makhraj. Kita pada akhirnya tahu bahwa sifat huruf dipengaruhi oleh makhraj huruf tersebut. Ada kaidah dalam bahasa Arab, kata jika empat huruf atau lebih, mustahil semuanya Ismath, karena akan menyulitkan untuk diucapkan. Jika ada pengecualian, kata itu pasti impor. Kata yang asli bahasa Arab jika terdiri dari empat huruf atau lebih, tidak mungkin semuanya Ismath, karena akan sulit untuk diucapkan.
5. Bagaimana cara membedakan Saj' dengan Jinaas Naqis?
Jika memang memenuhi unsur Saj' karena akhir penggalannya sama dan juga di saat yang sama memenuhi unsur Jinaas Naqish karena ada kemiripan dalam hal jenis huruf, urutan huruf, jumlah huruf dan harakat huruf tetapi kurang satu unsur saja, tidak perlu kita bedakan. Cukup kita katakan bahwa dia memenuhi baik saj' maupun jinaas naqish.
Namun, jika mau dibedakan ketika pembahasan, saj' hanya memperhatikan bagian akhir. Suara akhir. Sementara kalau jinaas maka keseluruhan.
6. Mengapa contoh untuk Raddul 'ajzi ilash shadri mengambil contoh Surat Al Hasyr? Sedangkan Surat Al-Hasyr dicontohkan semakna di ayat 1 dan ayat 24, ayatnya berjauhan. Mengapa bisa dimasukkan sebagai contoh Raddul 'ajzi ilash shadri? Apakah tidak ada batasan permulaan dan akhir pada Raddul 'ajzi ilash shadri?
Yang terpenting adalah satu rangkaian perkataan. Dan satu surat itu adalah satu rangkaian perkataan. Semakin panjang surat, ketika ajz dan shadr nya sama, maka itu semakin indah. Meskipun bicara panjang, tetap tidak kehilangan poin.
Dunia penulisan ilmiah pun mengenal konsep ini. Menulis di awal dengan satu ide dan di akhir menutup dengan ide itu lagi.
7. Pada pembahasan tentang saj' itu ustadz menyampaikan di surah Al-Ahzab di ayat 10, 66 dan 67 itu kalau tdk salah dengar ada istilah alifus-sab, mohon penjelasannya ustadz apa itu? Kalau di ilmu tajwid kita tahunya itu tanda sifr mustathil kan?
Betul. Bulatannya disebut sifr mustathil. Adapun alif nya disebut alifatul sab karena terjadi pada tujuh tempat dalam Al-Qur'an. Pembahasan lebih kepada pembahasan tajwid.
8. Saya masih bingung membedakan Saj' dan Jinaas. Kmrn mengikuti pembahasan kuis di video ketiga dan masih sering keliru antara Saj' dan Jinaas. Apakah keduanya ini memang mirip? Apakah mungkin sesuatu itu Saj' sekaligus Jinaas?
Saj' dari sudut pandang suara di akhirnya. Sementara Jinaas dari sisi keseluruhan huruf-huruf penyusunnya. Maka bisa jadi saj' itu sekaligus jinaas seperti pada Surat Al-Qiyamah ayat 29 dan 30 berikut ini.
وَٱلْتَفَّتِ ٱلسَّاقُ بِٱلسَّاقِ
إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ ٱلْمَسَاقُ
Pada Surat An-Nur: 43 - 44 itu bisa saj' sekaligus jinaas tam.
يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
Jinaas tam itu jika memenuhi empat unsur, yaitu jenis hurufnya, urutan hurufnya, jumlah hurufnya, dan harakat hurufnya. Adapun jinaas naqish itu apabila salah satu unsur tidak terpenuhi.
Bagaimana jika ada dua unsur yang tidak terpenuhi? Maka itu bukan jinaas. Bisa jadi dia saj' tapi tentu bukan jinaas.
Pertanyaan dan jawaban tiga nomor selanjutnya belum tercatat. Semoga Allah mudahkan menyelesaikan catatannya.
---
Selesai dirangkum di Surabaya
28 Rabi'ul Awwal 1444H
Comments
Post a Comment