Mengolah Sampah, Haruskah?
Bismillahirrahmanirrahim
"Apa yang membuatmu peduli pada isu lingkungan?"
Ketika ditanya demikian, kebanyakan orang mengatakan bahwa mereka ingin menjaga bumi dari kerusakan.
Sungguh ini adalah jawaban yang mengagumkan. Karena niat baik menjaga bumi tidak bisa kita sepelekan.
Namun, untuk beberapa orang, jawaban seperti ini tidak mengetuk hati dan pikiran.
Mereka tetap dengan kebiasaan lama memperlakukan 'sisa konsumsi' semena-mena.
Merasa sudah selesai bertanggung jawab hanya dengan membuangnya ke tempat sampah.
Bersih di tempatnya tetapi kotor di tempat lain. Sejatinya sampah hanya berpindah dan tidak terselesaikan. Sampah bercampur aduk dan menggunung di TPA. Bahkan beberapa TPA longsor saking banyaknya timbunan sampah yang ia terima.
Tak berhenti di situ saja, coba perhatikan sungai dan lautan. Apa kabar sungai yang harusnya menjadi salah satu sumber kehidupan? Jujur, gara-gara kondisi sungai yang mengenaskan, menjadi tempat pembuangan sampah termasuk di dalamnya popok yang mengandung bahan berbahaya, aku sampai tidak bisa lagi makan ikan selain ikan laut.
Alasannya? Aku tidak mau memperburuk kondisi tubuhku yang sudah mengalami imbalance hormone ini.
Apakah ini berarti lautan aman dari pencemaran? Tentu tidak. Aku dan suami sering melihat kondisi Pantai Kuta yang dipenuhi sampah entah dari mana. Jika melihat jenis sampahnya, kemungkinan besar ini adalah sampah-sampah yang dibuang ke laut lalu terbawa arus dan terdampar ke sisi tepian Pantai Kuta.
Bisa membayangkan apa yang dialami hewan-hewan laut di bawah sana? Tanpa sadar, sampah kita telah menyakiti makhluk lain yang punya hak untuk hidup dengan nyaman di muka bumi ini.
Bank Sampah Induk Surabaya |
Barangkali mindset peduli pada isu lingkungan perlu kita lihat dari kacamata yang berbeda.
Bahwa ini bukan hanya tentang bersih dan kotor. Bukan hanya tentang menjaga atau merusak bumi.
Ini adalah tentang yaumul hisab. Hari dimana kita akan ditanya tentang segala hal yang kita lakukan ketika di dunia.
إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ
"Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab akan diriku." (QS. Al-Haqqah: 20)
Bayangkanlah. Hari itu begitu berat. Tak ada satupun orang tua yang mencari anaknya. Pun juga tak ada anak yang kebingungan mencari orang tuanya. Semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Semua orang menunggu giliran penghisaban atas diri mereka.
Barangkali kita tak pernah berpikir bahwa sampah-sampah yang kita hasilkan ketika di dunia turut memperberat hisab kita. Sampah yang kita buang begitu saja tanpa peduli bagaimana akhirnya ternyata mempersulit hari perhitungan kita.
Ya, dialah sampah yang tidak kita pikirkan sebelumnya. Sampah yang tidak terurai. Sisa konsumsi yang bercampur baur. Mencemari bumi. Menggerus kenyamanan makhluk-makhluk lain untuk tinggal di atasnya. Membuat sungai keruh. Membuat lautan kotor. Menyebabkan air tercemar. Membuat banyak orang tidak mendapatkan akses air yang bersih. Membuat banyak orang sakit. Membuat anak cucu kita menderita. Membuat banyak hewan laut mati keracunan. Membuat tanah tak mendapat aliran air yang baik. Membuat tumbuhan kurang nutrisi. Mendhalimi banyak pihak yang berhak atas kondisi kesehatan tubuh yang baik atas apa yang dia konsumsi. Dan seterusnya...
Ya, inilah sampah yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Yang merusak bumi dan kita abaikan begitu saja. Atas nama rasa malas dan enggan berurusan dengan sampah, kita berlaku semena-mena. Tidak memikirkan akibat dari segala sisa konsumsi kita.
Memilah sampah itu takes time, tetapi mengapa kita punya waktu untuk scrolling instagram?
Menangani sampah organik menjadi kompos itu ribet, tetapi membiarkan sampah organik bercampur dengan sampah-sampah lain akan membuat urusan di akhirat jauh lebih ribet.
Membawa sampah ke bank sampah itu melelahkan, tetapi pertanggungjawaban akan abainya kita pada sampah plastik, botol, kertas, dan kardus yang kemudian mencemari bumi akan membuat perhitungan amal atas diri kita semakin panjang.
Kompos |
Aku juga belum sempurna. Masih banyak sampah yang tidak diterima bank sampah dan berakhir ke TPA. Pun jg ada sampah-sampah yang belum mampu aku atasi karena alasan begini dan alasan begitu. Namun, tulisan ini tentu untuk mengingatkan diriku sendiri. Bahwa perkara ini tentu ada hisabnya.
Fun fact, banyak orang mengatakan tidak apa-apa nyampah toh bisa didaur ulang. Sepertinya mereka perlu mengetahui proses daur ulang yang tidak mudah dan tidak murah pun kenyataan tidak semua sampah bisa didaur ulang.
Maka yang terbaik adalah mencegah sampah masuk. Pun jika sudah terlanjur masuk, kita minta tolong kepada Allah untuk memudahkan kita mengatasinya agar tidak semua sampah kita berakhir di TPA.
---
Dari aku yang masih belajar dan masih banyaaak kekurangan.
Surabaya, 28 Rabi'ul Tsani 1444H
Comments
Post a Comment