Patah Hati Akademik
Bismillahirrahmanirrahim
What makes us disconnect to our truly self? I think the answer should be about distraction. We are now distracted to many things which actually do not match to our life.
Aku pernah berpikir mengapa jalan hidup menjadi demikian. Mengapa aku tidak menjadi diriku yang aku inginkan sepuluh tahun yang lalu. Bukan, aku bukan bermaksud menyesali takdir. Hanya saja, ada serpihan dalam diriku yang masih menginginkan untuk kuliah setinggi-tingginya seperti yang aku inginkan dulu.
For others, getting master degree might be not important. But for me who loves learning, it is very difficult to lie to my self that I don't want to reach it.
Iya, ada serpihan dalam hatiku yang menginginkan sekolah lagi. Ada bagian dari jiwaku yang rindu bangku kuliah lagi. Walau jujur, aku pun tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan ijazahku nanti. Boro-boro ijazah S2, ijazah S1 aja masih ga tahu mau diapain.
The memorable place |
Namun, tahukah kamu bagaimana rasanya patah hati akademik? Patah hati yang begitu dalam karena kamu sadar kamu tidak bisa lagi menjadi dirimu yang dulu. Faktornya banyak, karena fokusmu sudah berbeda salah satunya. Dan kamu memilih untuk fokus di hal lain. Bukan lagi dalam hal akademik.
Aku senang dengan peranku saat ini yang full ada di rumah, tetapi aku juga sedih karena aku tidak (atau mungkin belum) mewujudkan keinginanku untuk kuliah lagi. Aku senang karena bisa jadi Ibu Rumah Tangga, tetapi ada rasa di dalam hatiku yang iri ketika melihat teman-temanku menjadi student lagi.
Mengapa? Mengapa semua rasa ini hadir dalam waktu yang bersamaan?
Aku pernah menangis sejadi-jadinya hanya karena belum lulus S1 kala itu. Aku merasa tertinggal. Di usia 26 tahun saat itu, jadi sarjana saja belum. Padahal aku juga tahu, mendapat gelar sarjana tidak menjamin apapun juga. Gelar hanya bukti bahwa kita telah menyelesaikan sebuah jenjang pendidikan. Namun, bukan jaminan kita berilmu dalam hal yang sudah kita selesaikan tersebut.
Aku tahu, menuntaskan keinginan belajar tidak hanya lewat pendidikan formal. Namun, aku ingin...
Aku hanya ingin, tanpa tahu apa yang akan aku lakukan selanjutnya.
---
Jujur saja, aku masih bergulat dengan diriku sendiri tentang hal ini. Aku berusaha mendamaikan diri dengan mengatakan bahwa diriku berharga walau tidak kuliah S2. Aku berusaha meyakinkan diri bahwa hidupku baik-baik saja walau nantinnya tidak bisa S3. Namun, perasaan ini begitu berbolak-balik. Patah hati akademik adalah hal yang memang harus aku lalui karena suatu alasan yang mungkin akan aku pahami suatu hari nanti.
---
Barangkali, aku tidak diberi banyak kesempatan atau power secara dunia karena semakin besar kesempatan dan power itu maka aku dituntut berbagi semakin banyak. Dan mungkin, aku belum sanggup ada di level itu.
Aku belum sanggup mengurus umat karena urusan domestikku sendiri masih butuh banyak manajemen. Aku belum sanggup diberdayakan kemana-mana karena aku belum sanggup mendengar komplain dari pihak-pihak yang tidak setuju denganku. Aku belum sanggup menjadi terkemuka karena hatiku lemah dan haus akan pujian. Aku belum dalam level yang sudah tidak peduli lagi dengan pujian atau hinaan dari manusia.
---
Sore ini, aku mungkin telah melakukan kebodohan yang membuat aku akan gagal. Namun, setidaknya, aku telah lebih dekat dengan hal yang aku idam-idamkan.
---
Ditulis di Ruang Tamu
14 Muharram 1445H
Comments
Post a Comment