Serial Parenting Nabawiyah: Tujuan Pendidikan

Bismillahirrahmanirrahim

Masih dalam serial Parenting Nabawiyah oleh Ustadz Abdul Khaliq hafidzahullah. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Tujuan Pendidikan.

---

Sebuah tujuan sangat penting ketika kita melakukan sesuatu. Ketika mendidik anak, kita harus tahu apa tujuan kita mendidik mereka. Tanpa tujuan, ibarat kata kita menempuh perjalanan dan kita akan tersesat. 

Sebagai contoh ketika berpergian, pasti ada tujuan yang ingin kita capai. Ada tempat yang ingin kita tuju. Ketika keluar rumah, kita pasti berusaha meraih tempat yang ingin kita capai. Bahkan, dalam perjalanan tersebut mungkin kita akan berhenti sejenak. Apapun yang kita lakukan pasti berkaitan dengan tempat yang ingin kita tuju. Begitu pula dalam proses pendidikan. Karena pendidikan adalah proses membangun peradaban. 

Siapa anak kita? Anak kita adalah manusia yang diciptakan Allah Ta'ala. Allah menghidupkan manusia pasti dengan tujuan. Oleh karena itu, dalam proses mendidik anak, tujuannya harus sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia. 

Tujuan penciptaan manusia:
(1) untuk beribadah kepada Allah Ta'ala
(2) untuk menjadi khalifah

Menuju hidup sesuai fitrah. Ada yg tahu ini dimana? Clue: sering dilihat di hari Senin


Apa dasar bahwa Allah menciptakan manusia untuk beribadah? 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku."
(QS. Adz Dzariyat: 56)

Adapun dalil bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khilafah di muka bumi adalah QS. Al Baqarah: 30 & QS. Fatir: 36

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ

"Dan orang-orang kafir, bagi mereka neraka jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak pula diringankan dari mereka adzabnya. Demikianlah kami membalas setiap orang yang sangat kafit" (QS. Fatir: 36)

Apa sebenarnya tugas sebagai khalifah itu? 

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
"Dan kepada Tsamud, (Kami utus) saudaranya yaitu Shalih. Shalih berkata, "Hai kaumku! sembahlah Allah! Sesekali tidak ada sesembahan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS. Hud: 61)


---

Apabila manusia hanya beribadah kepada Allah tanpa menjadi pemakmur di muka bumi ini, maka peran dia tidak sempurna. 

Dengan tujuan inilah nantinya akan tersusun materi-materi pelajaran, evaluasi pembelajaran, perbaikan-perbaikan pembelajaran, semuanya terkait dengan dua tujuan ini. 

---

Apa yang seharusnya kita didikkan kepada anak? Yaitu terkait beribadah kepada Allah Ta'ala.

Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya. Karena orang yang beriman pasti berakhlak mulia. Begitu juga sebaliknya.

Apa kaitan keimanan dengan ibadah kepada Allah Ta'ala? Pokok ibadah iman adalah kepada Allah Ta'ala. Syarat diterimanya ibadah: (1) ikhlas dan (2) mutaba'ah.

Di antara ciri keberhasilan pendidikan kita tentang ibadah kepada Allah Ta'ala ini adalah kita bisa melihat akhlak anak-anak kita. Jika akhlaknya mulia maka keimanan telah tumbuh pada diri anak-anak kita. Begitu juga sebaliknya. 

---

Adapun tujuan sebagai khalifah atau pemakmur bumi, apa yang seharunya kita lakukan?

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia yang lain

Ukuran keberhasilan untuk hal ini adalah seberapa besar manfaat yang diberikan anak-anak kita untuk umat ini. 

---

Apa sebenarnya tujuan pendidikan anak? Membentuk generasi yang bermanfaat dengan semulia-mulianya akhlak. 

Jika anak kelak menjadi petani, mereka menjadi petani yang berakhlak baik. Jika anak condong pada perdagangan, dia menjadi pedagang yang shalih. Jika anak condong pada ilmu agama, dia menjadi ahli agama yang shalih (dia memberi manfaat sebesar-besarnya dan dia berakhlak mulia). 

---

Terkait menumbuhkan keimanan, ini adalah hal yang harus ditanamkan pada setiap anak.

Namun, untuk terkait peran peradaban atau khalifah, tidak boleh memaksakan untuk menjadi ini atau itu sebagaimana teman-teman anaknya. 

---

Gambaran tujuan pendidikan pada generasi sahabat:

Ibnu Abbas adalah ahli agama. Beliau disebut ulamanya para sahabat karena betapa faqihnya beliau dalam ilmu agama. Beliau juga taat beribadah kepada Allah. 

Abdurrahman bin 'Auf adalah pedagang yang ulung. Beliau juga taat beribadah kepada Allah. 

Keduanya sama-sama taat kepada Allah, hanya saja perannya berbeda. 

Tidak semua anak kita paksa menjadi ahli ilmu agama. Bisa jadi mereka condong pada dunia keterampilan. 

---

Tugas kita untuk menumbuhkan peran sebagai khalifah adalah dengan menggali bakat anak kita. Masing-masing anak itu hebat dan mereka memiliki potensi yang berbeda-beda. Tugas orang tua bukan memaksakan anak menurut obsesi orang tuanya. Namun, orang tua harus melihat keunikan anaknya.

Selama kecondongan anak tidak melanggar syari'at, hendaklah orang tua memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan potensi anak tersebut. 

Apapun yang kita lakukan dalam mendidik harus kita sesuaikan dengan tujuan pendidikan. Walaupun kita melakukan berbagai hal yang melelahkan (berangkat pagi-pagi ke sekolah, pulang masih belajar, dll), jika yang dilakukan tidak selaras dengan tujuan pendidikan, maka hal tersebut adalah aktivitas-aktivitas tanpa makna. Ibarat kata kita hanya berlari di tempat saja. 

Dalam pendidikan kita harus cerdas dalam mendidik, yaitu berorientasi pada tujuan. Jangan sampai kita salah dalam mendidik hingga membuat apa yang dipelajari anak menjadi mubadzir.

---

Q & A

1. Apa yang terjadi jika anak usia 6 tahun sulit berpisah dengan ibunya? Jika diantar ayahnya, dia mudah bergaul, tetapi jika diantar ibunya, ia sulit berbaur dengan temannya.

Ini bukan masalah. Ini adalah prestasi bagi ibu. Anak usia tufulah yang dekat dengan ibunya adalah tanda anak lebih percaya pada ibunya dibanding orang lain. Sebelum anak tamyiz (dibawah 7th) pendidikannya adalah pendidikan personal. Masih dalam masa penuntasan egosentris. Jangan dipaksa bersosialisasi.

Hendaklah di usia-usia itu anak bersama orang tuanya. Jika anak tidak mau bersekolah, biarkan saja karena pendidikan yang paling ideal di usia tersebut adalah bersama orang tuanya. 

Waktunya bersosial adalah setelah tamyiz. Pendidik yang utama bukan sekolah, tetapi orang tua. 


2. Bagaimana menghadapi anak yang belum mandiri? Tidak mau shalat padahal usianya sudah 13 tahun.

Di dalam mendidik ibadah, utamanya shalat, ada metode-metodenya. Jika sesuai dengan usia, anak dilatih shalat ketika usia 7 tahun. Namun, bukan berarti sebelum 7 tahun tidak ada pendidikan shalat. Sebelum 7 tahun adalah masa penumbuhan mahabbah atau kecintaan. Sebelum 7 tahun, kita memancing-mancing anak. Mau ikut ke masjid atau tidak.

Jika setelah 7 tahun anak tidak diperintah shalat, maka orang tua berdosa. Jika anak tidak mau shalat, anak tidak boleh dihukum karena belum 10 tahun. Jika setelah 10 tahun anak belum mau shalat, proses di atas harus diulang. Dimulai dari menumbuhkan kecintaan dan kesadaran dulu. 

Anak dipukul jika tidak mau shalat adalah jika dia sudah sadar. Jika kesadaran belum tumbuh lalu kita pukul, ia akan semakin jauh dari Allah Ta'ala.


3. Apakah seorang guru dapat mempengaruhi karakter anak? Karena setahu saya para guru di zaman salafush shalih mempengaruhi murid-muridnya. Seperti pengaruh Nabi kepada para sahabat.

Sangat dapat dipengaruhi oleh guru. Yang membentuk karakter anak ada faktor dari dalam dan ada faktor dari luar. Walau memang pada dasarnya, intern anak itu condong pada kebaikan. Setan adalah pihak yang menggelincirkan mereka dari asal mereka. Setan bisa menggoda dari guru, teman, media sosial, masyarakat di sekitar anak, semuanya bisa mempengaruhi karakter anak.

It's take one village to raise up children.

Semua aspek harus menjadi teladan bagi anak-anak. Namun, kenyataannya tidak semua unsur dari luar anak bisa dijadikan teladan bagi anak. Kita sebagai orang tua harus memperbaiki diri dulu sebelum menjadi orang tua. Keshalihan orang tua pengaruhnya sangat besar bagi anak. Pendidikan iman itu bukan dengan banyak menceramahi anak, tetapi dengan banyak diberikan keteladanan yang baik.


4. Apakah dalam membentuk generasi shalih harus mengikuti perkembangan zaman? Misal seperti kita mengikuti era 4.0

Pendidikan keimanan kembali kepada tujuan pendidikan, yaitu menjadi hamba yang diterima ibadahnya. Materi pendidikan keimanan tidak boleh dimodifikasi, tetapi sarananya boleh disesuaikan dengan perkembangan zaman. Jika dulu sarananya menggunakan lisan, kemudian ditemukan papan tulis, sekarang menggunakan media sosial. Hal itu tidak masalah selama kontennya sama.

Namun, terkait tujuan pendidikan kedua, yaitu terkait peran setiap anak di muka bumi, setiap zaman bisa berbeda-beda. Misal dulu ada pak pos, sekarang tidak ada. Terkait dengan hal ini, di zaman ini sudah jarang sekali anak yang bercita-cita menjadi pak pos karena zaman sudah berubah.


5. Bolehkah berbohong kepada anak untuk kebaikan anak?

Berbohong adalah perbuatan yang tercela, tetapi ada yang dibolehkan, di antaranya adalah berbohong untuk islah atau untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Jika ternyata bohong kita kepada anak kita untuk hal tadi, itu tidak mengapa. Namun, jika kita berbohong agar anak nurut dengan memberikan janji palsu, itu sama saja kita mengajari anak untuk berbohong. 

Hal ini menunjukkan bahwa orang tua tidak boleh membohongi anak walau niatnya agar anak tertib dan sebagainya. 


Kesimpulan

Tujuan pendidikan harus selaras dengan tujuan Allah menciptakan manusia dan tujuan agar menjadi khilafah di muka bumi. Hal ini sering tertulis dalam kartu aqiqah. "...Agar menjadi anak yang shalih, berguna bagi nusa dan bangsa."





Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!