Ingin Hadir dengan Utuh
Bismillahirrahmanirrahim
Semakin belajar ilmu kesehatan holistik, aku semakin tidak ingin punya terlalu banyak peran dalam waktu bersamaan sekaligus. Sesederhana karena aku ingin mindful dalam menjalani peranku. Karena bagaimanapun juga banyaknya peran akan berkonsekuensi pada perhatian yang akan terbagi pada banyak hal. Sedangkan sumber dayaku terbatas. Waktu, tenaga, pikiran, dan uangku terbatas.
Terlebih, aku sadar bahwa dibanding orang lain, kondisiku ada di bawah mereka. Dari rentang nol hingga sepuluh, jika orang lain ada di angka tujuh, mungkin aku hanya di angka lima. Aku mengalami hormonal imbalance yang mana aku tahu itu akan sangat mempengaruhi anak keturunanku nanti.
Kabar gembira lainnya yang memang harus aku relakan kehadirannya. Alhamdulillah, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang telah membantuku dalam proses pencarian beasiswa ke Saudi di awal tahun ini. Kepada Nur 'Ain, sahabatku dari Singapore yang membantu mengoreksi draft suratku dalam Bahasa Inggris, kepada Pak Siswanto yang mau memberi aku Surat Rekomendasi, kepada Sigit yang mau membantu meminta tanda tangan Pak Siswanto, kepada BAAK yang begitu baik kepada alumni, kepada Mbak Ana yang telah memfasilitasi Surat Rekomendasi dari Universitas Terbuka, dan tentunya kepada suami dan ibuku yang mendukungku dari berbagai sisi.
Namun, sebagai orang dewasa, hidup memang harus memilih. Ketika aku memperjuangkan A, ternyata Allah tidak hanya memberiku A, tetapi juga B, di waktu yang bersamaan. Di waktu yang sama sekali aku tidak menduganya. Memang benar rezeki itu ternyata adalah semata-mata pemberian Allah. Aku hanya berjuang sedikit, tetapi Allah memberiku lebih dari apa yang aku perjuangkan. Rezekiku bukan karena perjuanganku. Namun, karena kasih sayang Allah kepadaku.
Iya, aku tidak seberani itu untuk membawa new born ke Saudi. Aku juga tidak seberani itu untuk membagi peran sebagai ibu baru sekaligus mahasiswa S2 nanti. Iya, aku memilih begini karena aku tidak seberani itu untuk mengambil berbagai risikonya. Pun juga ternyata aku tidak seberani itu membesarkan anak di awal-awal kehidupannya jika harus berjauhan dengan suami.
Barangkali orang lain memang bisa S2 sambil hamil atau membawa anak, tetapi aku tidak bisa. Dan aku memilih begini. Aku memilih ingin hadir dengan utuh di awal kehidupan anakku nanti.
My education can wait, my dream can wait, tetapi hamil bisa jadi tidak akan Allah beri lagi.
Dan aku melakukan ini bukan karena aku berkorban atau mengesampingkan diriku sendiri. Justru aku melakukan ini untuk diriku sendiri. Karena aku sadar akan tanggung jawabku. Tanggung jawab yang lebih prioritas dibanding apapun itu.
Alhamdulillahi bini'matihi tatimush shalihaat.
Terima kasih King Saud University! Barangkali kita akan berjodoh lain kali.
Aku tidak akan lagi melabeli diriku dengan patah hati. Iya, aku tidak patah hati. Aku tidak patah hati akademik lagi. Aku hanya sedang mengatur ulang prioritas untuk benar-benar sadar akan apa yang aku emban saat ini.
---
Ditulis setelah Shalat Maghrib
26 Safar 1445H
Comments
Post a Comment