Cerita Menjadi Ibu: Aku Si Takut Rasa Sakit
Bismillahirrahmanirrahim
Sejak kecil aku takut rasa sakit. Iya, bahkan ketika dipasang anting saja, aku teriak-teriak karena takut sakit. Toleransiku pada rasa sakit memang rendah. Tak ayal, dari dulu aku takut melahirkan. Mungkin karena pengaruh film dan sinetron yang menggambarkan bahwa melahirkan itu sakit luar biasa.
Aku ingat sekali ketika kelas XI, aku ngobrol dengan temanku yang bernama Rari tentang melahirkan. Aku mengatakan bahwa aku takut melahirkan. Anehnya, Rari tidak. Dia kala itu (tahun 2012) kalau tidak salah mengatakan bahwa melahirkan ada yang tidak sakit. Contohnya lahiran metode water birth.
Rari kini sudah akan punya tiga anak. Mungkin memang Allah memberi dia karunia banyak anak salah satunya karena dia tidak takut melahirkan.
Papilio Natural Birth Center |
Walau aku takut melahirkan, aku tetap kekeh ingin melahirkan normal. Mengapa? Di antaranya:
✅ Mengapa harus SC kalau bisa normal?
✅ Lahiran normal Insyaa Allah akan memprovide mikrobiom baik pada anak
✅ Cost lahiran SC lebih besar. Dalam hal ini termasuk cost recovery nya yang 3x harus lebih banyak daripada lahiran normal
✅ Ingin merasakan apa yang dulu dirasakan oleh ibuku
Karena aku tahu melahirkan pasti akan sakit, aku memilih provider agar less trauma. Aku tidak ingin digunting dan diobras.
Baiklah, ternyata memang melahirkan itu sakit gaes. Walau tidak digunting dan diobras sekalipun, rasa kontraksi menjelang kelahiran bayi tidak bisa dimisalkan dengan hal lain sedikitpun.
Selain kontraksi, ada rasa tidak nyaman dari pijat perineum. Selain itu, aku juga merasakan rasa tidak nyaman dari kateter. Setelah bayi lahir, ada rasa tidak nyaman berikutnya dari plasenta yang diambil oleh tangan Bu Bidan. Setelah itu, ada rasa tak nyaman berikutnya ketika qadarullah aku dijahit tiga simpul karena sedikit robek akibat mengejan.
Lahiran tanpa rasa sakit sepertinya adalah hal yang mustahil. Namun, kita bisa berusaha mengurangi trauma setidaknya dengan tidak digunting dan diobras.
---
Sampai rumah, ternyata rasa tak nyaman jahitan semakin terasa. Sangat takut untuk BAK dan BAB karena takut jahitannya kenapa-napa.
Namun, rasa jahitan itu perlahan pergi ketika ada rasa sakit berikutnya yang hadir, yaitu: puting lecet dan payudara bengkak.
Tadinya aku pikir, Hafshah yang terlalu kuat nenennya sehingga aku merasa sakit. Namun, ternyata payudaraku yang bengkak. Posisi perlekatan yang kurang tepat menyebabkan putingku lecet hingga sakit luar biasa ketika Hafshah nenen.
Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Setiap orang punya ujiannya masing-masing. Dan aku yakin Allah tak akan menguji aku di luar batas kemampuanku.
---
Pagi ini, saking sakitnya proses menyusui Hafshah, aku sampai menangis. Akhirnya, aku pergi ke RSIA Cempaka Putih Permata untuk pijat laktasi. Sampai sana, aku menangis menjadi-jadi saking sakitnya proses melancarkan ASI yang mengendap di payudara ini.
Ternyata menjadi ibu itu bukan hanya soal rasa sakit ketika melahirkan, tetapi juga ketika menyusui.
Alhamdulillah, setidaknya Allah Al Hadi telah menunjukkan jalan atas masalah yang aku hadapi ini. Allah juga sangat baik telah mengirim tetanggaku, yaitu Mbak Dewi untuk mengajariku pumping. Walau belum teratasi 100%, setidaknya ada secercah harapan untuk keluar dari rasa tidak nyaman ini.
Hasil pumping tadi kemudian aku coba berikan ke Hafshah ketika dia menangis minta nenen. Saking capeknya, tadinya aku meminta suamiku saja yang memberi ASI perah tersebut karena aku ingin recovery. Namun, hati tidak bisa berbohong. Fisikku memang lelah, tetapi hatiku ingin mendekap Hafshah ketika dia kelaparan.
Iya Nak, ibu mana yang tega membiarkan anaknya menangis ketika anaknya minta makan?
Apakah ini yang namanya lelah fisik tapi dikuatkan Allah karena alasan anak? Rasanya kalau ga inget bahwa Hafshah butuh ASI, aku ga akan mau bangkit dari kasur dalam kondisi selelah itu.
Jadi ((agak)) paham mengapa orang tua bisa berkorban banyak hal untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Kamar tempat Hafshah lahir |
At the end, it is just the beginning.
Proses menjadi orang tua Insyaa Allah masih sangat panjang.
Allah telah begitu baik telah memberi kami keturunan di saat kami tidak lagi LDR. Pun juga di saat kami tak lagi merantau jauh dari keluarga.
Proses melahirkan dan menyusui ini membuat aku semakin yakin bahwa Allah telah menetapkan aturan dengan begitu hikmah. Selesai melahirkan, kondisiku penuh darah, sangat ingin istirahat, Alhamdulillah Allah tetapkan aku nifas sehingga tak perlu bergegas beberes untuk shalat. Pun demikian juga saat ini, ketika fokusku ada pada membenahi proses menyusui Hafshah, Allah tetapkan aku nifas sehingga aku tak harus segera beberes ketika kondisi kacau dan kesakitan.
Segala puji hanya milik Allah yang telah menetapkan berbagai kebaikan untuk hamba-hamba-Nya.
---
Ditulis setelah hujan lebat
26 Jumadil Akhir 1445H
Comments
Post a Comment