Ketika Bayimu Demam
Bismillahirrahmanirrahim
Tulisan ini aku buat bener-bener right now ketika aku mengalaminya. Yes, akhirnya sampai juga di pengalaman hidup yang satu ini: anak demam.
Sebelum ini Hafshah sudah pernah sakit kalau tidak salah dua kali dan semuanya adalah bapil. Ketika bapil Hafshah sangat santai, masih aktif, ga kayak orang sakit. Ibunya sih yang ga santai waktu itu soalnya kepikiran terus sama BB nya yang kemungkinan besar akan turun.
Ketika anak bapil, yang aku lakukan adalah berusaha menutrisi ASI ku. Makan kuah² hangat, minum jahe, sereh, perbaiki nutrisi diri sendiri lah pokoknya soalnya Hafshah masih ASI. Selain itu juga Hafshah rutin aku jemur, grounding, rendam garam epsom, dan dicuci hidungnya pakai larutan NaCl (Insyaa Allah aman ya Bun. Udah nanya dokter yang pro holistik).
Fase bapil Hafshah emang agak panjang. Biasanya bisa last for about two weeks. Dan bobotnya pastilah turun karena nafsu makannya ga sebaik biasanya. Itulah dulu yang bikin aku stres berat kalau Hafshah sakit. Karena aku masih kejar-kejaran sama BB.
Alhamdulillah sakit kali ini aku jauh lebih santai. Padahal sakitnya terlihat lebih parah karena suhunya naik (yaiya lah namanya aja demam, masa ga naik wkwkwk). Dan padahal Hafshah ga seceria biasanya. Sering meraung-raung nangis, minta nenen terus dari pagi sampai pagi lagi (Alhamdulillah ya Nak ibumu ga kerja, jadi avaliable terus kalau kamu mau nenen hehe).
Kenapa aku santai?
Pertama, aku udah ga peduli ama BB wkwkwk. Literally ga peduli.
Anak sehat ga cuma dilihat dari BB nya aja. Dan dari ciri lainnya yang akan aku share di bawah ini, aku sebagai ibunya Hafshah yang setiap hari melihat Hafshah sangat yakin bahwa dia sehat.
Kedua, demam itu proses alamiah tubuh. Kalau kata Mbak Vidya mah begini
"Demam itu sifatnya cleansing, detoxifying, rejuvenating. Adalah satu mekanisme penting yang mana akan memberikan kemampuan dan kekuatan kepada anak itu untuk bisa menyeimbangkan dirinya kembali, menanggulangi challenge-challenge, situasi atau hal-hal yang sedang tidak enak, tidak ideal, ketika dia sakit.
Di kondisi kondisi yang challenging demam itulah yang membantu dia untuk melindungi dirinya, ketika demam itu sering banget di push down/diturunkan dengan penurun panas, badannya akan jadi terbiasa untuk tidak berjuang maksimal. Maka ketika physical illness pada anak-anak kecil kurang tepat perawatan/treatmentnya, hasilnya bukan cuman hari itu.
Dari beberapa ahli yang lain juga udah pada ada yang ngasih tahu kalau kita demam sering dikasih paracetamol nanti immune systemnya jadi nggak terlatih, malah akhirnya kita jadi lebih rentan terhadap infeksi-infeksi selanjutnya, makin sering diturunin demamnya, ditekan demamnya, maka immune system itu nggak dapet pelajaran yang full dari demam yang sebelumnya, sehingga akhirnya dia jadinya nggak upgrade-upgrade, akhirnya jadi lebih sering sakit, lebih sering terkena infeksi dibandingkan anak-anak yang demamnya tidak diturunkan."
So what I have worried about?
Kalau dibilang takut kejang, demam itu ga ada hubungannya ama kejang. Kejang itu hubungannya ama toxin yg ada di tubuh. Kalau mau ga kejang ya diurusin atuh tubuhnya biar ga banyak toxin. Diperhatikan asupan nutrisinya. Diperhatikan alat masaknya. Diperhatikan chemical dari personal care yang dipakai di sekitarnya.
Percayalah ketika kamu membaca ini dan belum nyambung dengan apa yang aku tulis, mungkin kita beda kiblat terkait kesehatan. And it is totally fine. Aku tim yang ga mau sedikit-sedikit ke dokter kalau sakit. Aku milih berusaha sembuh dengan cara memperbaiki kondisi tubuh dulu instead of ambil jalan pintas dengan cara minum obat.
Jadi apa yang aku lakukan ketika anakku demam?
Pertama, berusaha memahami sebab demamnya. Jadi Hafshah ini demam sepertinya karena tumbuh gigi. Iya ini adalah giginya yang kedelapan, yang mana sebelumnya tidak pernah demam ketika tumbuh gigi.
Aku ga tahu kenapa gigi kedelapan ini lama banget munculnya. Padahal tanda-tanda mau tumbuh giginya sudah sejak dua bulanan yang lalu. Dan qadarullah sebelum demam Hafshah sempat kepleset yang mana kemudian jatuhnya dia itu pas kena rahangnya. Dan taraaa!! Gusinya berdarah pemirsa. Kaget ga tu kalau jadi saya wkwkwk. Anak tadinya happy lagi main, tiba-tiba nangis terus mulutnya berdarah.
Kedua, banyak makan wkwkwk. Ya karena Hafshah masih ASI dan terlebih gara-gara tumginya ini rahangnya ga nyaman, dia jadi males makan. Walhasil sumber makanan utamanya adalah dari ASI. Yang mana itu artinya ibunya harus banget banyak makan yang menutrisi karena obatnya Hafshah ada di sana.
I don't take food yang Hafshah belum bisa tolerir. Iya, aku ga makan ayam, telur, dan turunannya. Pun aku juga ga makan Alpukat karena Hafshah kemungkinan besar histamin intoleran.
Protein emang bagus. Alpukat sangat bagus. Tapi kalau anakmu belum bisa cerna, kamu mau apa Mak? Kasihan anakmu malah kalau kamu makan itu.
Dan banyak makan itu aslinya belum tentu akan banyak menutrisi. Karena tujuan makan itu ga hanya memenuhi lambung yang gampang laper karena nyusuin tapi juga makan makanan yang menutrisi tubuh biar ASI nya oke. Jadi sangat ga boleh bagi aku untuk cheating makanan yang kurang baik macam tepung dan gula karena itu akan malah menyakiti anakku.
Ketiga, tetap tenang. Anak itu perasa banget ya kan. Kalau orang tuanya tenang, utamanya ibunya, Insyaa Allah dia juga tenang. Walau ga bisa dipungkiri akan ada rasa khawatir anak kenapa-napa pas dia sakit. Apalagi Hafshah ini tipe yang kalau sakit langsung keliatan kurus. Beberapa kali pas aku meluk dia aku nangis tipis-tipis sih aslinya karena khawatir. Ya gimana ya namanya juga ibu yang pakai perasaan banget. Tapi balik lagi aku berusaha tenang dan menjalani berbagai ikhtiar untuk sembuh.
Keempat, tetap grounding and sunbathing. Dua hal ini adalah natural remedy yang murah meriah. Grounding membantu merilis toksin yang ada di tubuh dan pengaruh EMF yang tidak terlihat. Meanwhile sunbathing sangat kita butuhkan karena pengaruh cahaya ke kesehatan tubuh kita tu lebih besar dari makanan. Makanan berpengaruh 10% sedangkan cahaya berpengaruh 40%.
Jangan cuma anaknya yang grounding dan sunbathing. Orang tuanya juga atuh. Inget Mak pokoknya kalau masih nyusuin tu kamunya juga harus sehat banget. Kualitas ASI mu sangat dipengaruhi oleh life style mu sehari-hari. Jangan cuma merhatiin kondisi anak, tapi kondisimu juga wajib kudu diperhatikan.
Kelima, jangan paksa anak makan. Ga usah marah-marah kalau anak ga mau makan pas sakit. Sama kayak orang dewasa yang kadang ga bisa makan kalau pas lagi sakit, anak pun juga demikian. Ga perlu ovt kalau nanti BB nya turun karena asli itu malah bikin kita akan susah merawat anak setulus hati. Yang ada nanti malah sebel sama anak gara-gara tuntutan BB.
Keenam, tentu banyak doa dan taubat ke Allah. Aku tahu kondisi ketika anak sakit itu ga enak banget. Kadang kita ga sabar denger rengekannya. Tapi, anak itu cuma cerminan kita. Kondisi anak di tujuh tahun pertamanya itu mencerminkan bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri selama ini. Kalau kita hidup ugal-ugalan, segala macam dimakan, kagak mau jemur, kagak pernah grounding, ga peduli ama sinar dari layar HP, pakai produk-produk pabrikan terus-terusan, ya banyak-banyak maklum kalau anak sakit ini sakit anu. Pewaris toksinnya ya diri kita sendiri.
Malah aslinya kita harus minta maaf ke anak. Mereka lahir tanpa dosa tapi ikut merasakan ulah kita. Mereka bisanya nangis karena ga nyaman eh kita malah marah-marah karena ga suka denger tangisan mereka.
Taubat Mak. Minta maaf ke Allah karena sering dhalim sama tubuh yang sudah Allah amanahkan. Perbanyak doa ke Allah karena hanya Allah Asy-Syafi yang mampu menyembuhkan anak kita. Dan tentunya sabar Mak. Kesembuhan itu ga bisa dateng sak dek sak nyet. Butuh proses. Apalagi bagi anak yang punya warisan toksin yang banyak. Sabar denger tangisan anak karena yang berulah juga diri kita sendiri.
Jadi itulah sedikit catatan dari demamnya Hafshah yang aku tulis sebagai bahan belajar di kemudian hari. Yey, akhirnya selesai menulis catatan ini setelah terhenti beberapa hari karena sibuk ngurusin dunia nyata. Mulai ditulisnya kapan eh selesainya kapan hehe.
Seelsai ditulis di keheningan malam
16 Jumadil Ula 1446H
Comments
Post a Comment