Why Do You Hate School System?
Bismillahirrahmanirrahim
Adalah sebuah keniscayaan bahwa sistem sekolah mendorongmu untuk menjadi pekerja, bukan menjadi ibu rumah tangga. Iya, inilah yang sedang aku rasakan saat ini. Perasaan yang sulit dijelaskan karena dari dulu kita dituntut berprestasi lalu mendapat sekolah favorit dan berlanjut ke kampus/jurusan favorit agar mendapat pekerjaan yang bonafide.
Apa yang terjadi ketika kamu memilih tidak bekerja? Lagi-lagi, tekanan sosial. Ketika sosial mungkin tidak menekan, tetapi berbeda dengan sosial membuat kita tertekan.
Bagiku memilih tidak bekerja bagai memegang bara api. Tanpa pencapaian duniawi, pun juga dibayang-bayangi rasa takut dan bersalah semacam "Jika nanti uang kami tidak cukup untuk biaya di masa depan bagaimana? Padahal aku punya potensi untuk ikut mencari uang dengan bekerja kantoran."
Dan kemudian aku menyadari bahwa rasa berat ini datang karena ada pembandingnya. Karena ada perempuan-perempuan lain yang sebenarnya tidak butuh untuk bekerja kantoran karena suaminya sudah menafkahinya tetapi mereka ikut bekerja dengan berbagai alasan dan latar belakang. Mereka mereka inilah pembanding yang membuat kami merasa tak punya hal duniawi untuk dibanggakan.
Bagaimana tidak? Kamu sebenarnya punya potensi. Namun kamu memilih mengubur kesempatan itu karena memilih dalil bahwa perempuan sebaiknya di rumah. Lalu kamu melihat perempuan lain bekerja. Dan melihat kehidupan mereka seperti baik-baik saja (anak terurus dengan daycare, punya uang sendiri, dll). Pasti kamu juga akan bimbang dengan ini semua bukan? Kalau aku, jujur pernah bertanya dalam diam, "Bukankah perempuan baiknya di rumah jika sudah ada yang menafkahi? Namun kenapa perempuan yang kerja sendiri jadi bisa umrah berkali-kali?." Maksudku, kalau memang ia keliru, mengapa ia seperti diberi reward dengan bisa umrah berkali-kali (menggunakan uang hasil ia bekerja) sedangkan karena kami tidak bekerja, kami tidak bisa seperti itu.
Seandainya semua perempuan tidak didorong bekerja, bisa jadi keadaannya akan jauh lebih mudah. Tidak ada pembanding. Tidak ada yang membuat kita insecure dengan pencapaiannya.
Mau bagaimana lagi? Demikianlah sistem sekolah yang ada. Sekolah mendorongmu berprestasi di luar rumah. Sistem sekolah membuatmu (dan mungkin orang tuamu) merasa rugi jika tidak bekerja karena resource yang sudah dikeluarkan selama ini.
"Kamu kan sudah disekolahkan. Biayanya tidak murah. Bapak ibumu nyari uang banting tulang agar kamu bisa sekolah. Maka balaslah keduanya dengan punya pekerjaan yang bisa dibanggakan."
Sounds familiar?
Jadi sekolah yang tadinya untuk mencari ilmu berubah sangat tujuannya untuk membalas resources yang sudah dikeluarkan oleh orang tua kita? That's why I hate school system.
Kalau tidak ingat ada kehidupan setelah kehidupan di dunia, mungkin lebih enak memilih hal-hal yang mem-boost potensi yang selama ini diasah di bangku sekolah dan kuliah daripada berdiri di atas idealisme diri sendiri. Dan memang sungguh benarlah bahwa kita sangat butuh meminimalisasi informasi tentang orang lain agar hati kita jauh lebih tenang.
Dengan tidak tahu tentang kehidupan orang lain, kita pun tidak akan punya pikiran macam-macam tentang perbandingan hidup kita dengan mereka. Semoga Allah tolong kita untuk tidak tahu menahu tentang kehidupan orang lain. Aamiin.
Ditulis dalam kesunyian
20 Rabi'ul Awwal 1447H
Comments
Post a Comment