Aku Telah Merelakan

Bismillahirrahmanirrahim

"Ternyata ujian merelakan itu ga mudah ya" kataku kepada suami kemarin.
"Iya, dan kamu sudah bisa memilih prioritas terbaik." jawabnya kala itu.


Kemarin, baru saja aku dihubungi oleh seorang influencer yang mengajakku bekerjasama untuk mengisi materi. Jujur, itu adalah hal yang aku inginkan dari dulu. Ketika background pendidikanku di-notice dan diberikan kesempatan untuk berbagi ke khalayak ramai. Namun, tawaran itu datang di tanggal yang sama ketika aku Insyaa Allah akan melahirkan. 

"Mengapa? Mengapa harus di saat seperti ini?" tanyaku dalam hati.

---

Aku tahu bahwa Allah tidak mungkin main-main menghadirkan episode kehidupan ini. Episode ketika aku diuji tentang memilih prioritas terbaik. Episode ketika (lagi-lagi) aku diuji untuk merelakan. Iya, ternyata tidak semua kesempatan harus kita ambil saat itu juga. Ada saat kita harus merelakan sesuatu karena ada hal yang lebih penting dalam kehidupan kita.

Prenatal workout


Sejauh ini, terhitung sudah lima kali aku merelakan sesuatu. 

Tidak daftar ulang LIPIA Jakarta, tidak melanjutkan proses selesksi King Saud University, tidak menerima konsultasi online calon klien Akuntansi, tidak ikut menulis buku di tim muslimah.or.id, dan terakhir adalah tidak mengambil tawaran dari influencer tersebut.

Aku menulis ini bukan untuk menyesali episode merelakan ini. Namun, aku ingin mengapresiasi diriku sendiri yang (tadinya) aku pikir aku sangat egois dengan tetap berkegiatan ini itu selama hamil, tetapi ternyata aku tidak seegois itu. Ternyata aku tetap memilih bayiku. Ternyata aku tetap mengedepankan saran suamiku. Dan tentu itu semua tidak akan terjadi tanpa pertolongan Allah Ta'ala yang senantiasa menolongku.

Ada kesempatan yang bisa aku ambil ketika hamil, tetapi ada juga kesempatan yang memang harus aku relakan. Barangkali inilah salah satu hikmah mengapa kami tidak mudah memiliki keturunan. Karena once Allah beri kesempatan hamil, calon bayi ini menjadi begitu berharga. Begitu berharga hingga aku tak mau mengambil kesempatan besar yang akan berkonsekuensi besar atas kehidupannya nanti.

My dream can wait, my education can wait, tetapi kesempatan hamil dan memiliki keturunan, bisa jadi tidak akan Allah beri lagi nanti.

Orang lain mungkin bisa S2 sambil hamil. Orang lain mungkin juga bisa sekolah lagi walau harus LDM dengan suami. Orang lain pun juga mungkin bisa melebarkan sayap kesana kemari ketika akan melahirkan. 

Namun, aku memilih begini. Aku memilih tidak mengambil kesempatan besar karena ada hal yang jauh lebih besar yang menantiku saat ini.

Sedih? Pasti. Bohong jika aku bilang aku baik-baik saja 100% untuk merelakan hal-hal  di atas tadi. Namun, hidup adalah pilihan bukan? Sejauh yang aku tahu, memiliki keluarga yang utuh adalah nikmat luar biasa yang ingin aku syukuri.

Aku tidak berkorban untuk bayiku. Pun aku tidak mengesampingkan diriku untuk menaati suamiku. Aku melakukan ini untuk diriku sendiri. Karena pada akhirnya nanti, pihak yang paling berhak mendapat kebermanfaatan dariku adalah keluargaku. Pihak yang paling harus aku kedepankan adalah suami dan anakku.

Penuh perjuangan untuk mencapai tempat ini di Jum'at malam


Alhamdulillahirrabbil'alamin.

Terima kasih Rahma karena telah berbedar hati. Yakinlah bahwa Allah akan membuka kesempatan-kesempatan lain di saat yang tepat nanti.

---

Ditulis di Surabaya ketika akan masuk 35w
27 Jumadil 'Ula 1445H

Di bawah ini adalah bonus tulisanku yang Alhamdulillah dimuat di web muslimah.or.id 
Selamat membaca wahai para bumil!


---

Kabar Gembira Itu Bernama Kehamilan

Kehamilan adalah kabar yang membahagiakan. Ditinjau dari segi agama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan. Kehamilan seorang perempuan adalah wasilah untuk mewujudkan hal tersebut. Ditinjau dari segi ‘urf, kehadiran anak adalah pelipur hati bagi kedua orang tuanya. Orang tua akan merasa terhibur dengan kehadiran anak yang menggemaskan. Rasa lelah mencari nafkah atau mengurus rumah seolah hilang ketika memandang sang buah hati. Anak adalah perhiasan dunia yang secara fitrah disukai manusia. Tak heran jika kemudian manusia berusaha memiliki keturunan untuk meneruskan estafet kehidupannya di dunia.

Rasa Sakit Adalah Penggugur Dosa

Namun, di balik kabar gembira ini banyak ibu hamil yang mengalami ketidaknyamanan. Entah karena mual, muntah, sakit punggung, atau segala keluhan lainnya. Terkadang payudaranya pun mengeras hingga ia tak nyaman menjalani aktivitasnya. Banyak juga yang kemudian harus bedrest karena kondisi rahimnya yang lemah.

Berbahagialah Ibu Hamil! Inilah kesempatan untuk menggugurkan dosa-dosa itu. Tahan lisan dari keluhan dan coba sadarilah bahwa dibalik semua ketidaknyamanan ini ada kesempatan untuk membersihkan diri dari perbuatan khilaf di masa lalu.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُمَا مَرفُوعاً: مَا يُصِيبُ المُسلِمَ مِن نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمِّ، وَلَا حَزَنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَوكَةِ يُشَاكُهَا إِلّاَ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan secara marfu’: “Tidaklah seorang muslim ditimpa kepayahan, sakit, duka cita, kesedihan, penderitaan, dan kesusahan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu.” (Muttafaqun ‘alaih)

Kesempatan Beribadah dengan Maksimal

Hamil adalah saat bagi seorang perempuan untuk memaksimalkan ibadahnya. Karena di masa ini ia tak mengalami datang bulan sehingga tak ada waktu ‘libur’ baginya dari mengerjakan shalat. Selama sembilan bulan, ia bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah karena memang di masa ini, ia begitu butuh untuk mengisi kebutuhan ruhnya. Perubahan hormon yang terjadi padanya bisa jadi akan mempengaruhi kondisi mental dan emosinya. Oleh karena itu, tentu ia sangat butuh untuk dekat dengan Sang Pencipta.

Ibu hamil rentan mengalami perubahan emosi secara tiba-tiba. Dengan tidak ada masa ‘libur’, ia punya kesempatan untuk mengadukan segala emosi yang dirasa kepada Allah Ta’ala. Ia gantungkan segala harap hanya kepada-Nya karena hanya Allah sajalah yang bisa menolongnya.

Segala keluhan fisik yang ia rasa akan membuat ia sadar bahwa ia tak lebih dari seorang hamba yang tak berdaya. Kepayahan demi kepayahan yang menimpanya akan membuat ia mengerti hakikat dirinya yang sesungguhnya. Iya, ia butuh pertolongan Allah Ta’ala. Tak ada yang mampu meringankan bebannya selain Sang Maha Pencipta. Dan betapa bahagianya ketika dalam kondisi lemah tak berdaya, ternyata Allah membahas kondisi ini dalam firman-Nya, yang menunjukkan bahwa memang Allah begitu peduli pada hamba-hamba-Nya.

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

Waktu yang Tepat untuk Berbenah

Tak ada orang tua yang tak ingin anaknya menjadi penyejuk mata. Ibu hamil pasti berharap Allah memberinya keturunan yang shalih/shalihah. Namun, tentu ia perlu menyadari bahwa keshalihan anak dipengaruhi oleh keshalihan orang tua. Ketika ia sadar dirinya hamil, hendaklah ia menjadikan momen ini sebagai waktu yang tepat untuk memperbaiki dirinya. Ia berusaha menjadi insan yang semakin baik karena akan ada amanah baru yang menjadikannya teladan dalam kehidupannya.

الأُمُّ مَدرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْباً طَيِّبَ الأَعْرَاقِ

“Ibu adalah madrasah yang jika engkau menyiapkannya, berarti engkau menyiapkan (lahirnya) masyarakat yang baik budi pekertinya.” (Dinukil oleh syaikh Shalih al-Fauzan dalam kitab Makanatul mar-ati fil Islam hlm. 5)

Jangan Khawatirkan Rezeki Anakmu

Tak jarang ibu hamil dilanda kecemasan tentang rezeki anaknya. Akankah ia dan suaminya mampu menghidupi anaknya dengan layak? Akankah ia mampu mencukupi segala kebutuhan anaknya? Jika untuk kebutuhan dirinya saja sempit, bagaimana ia bisa memberi kehidupan yang baik untuk buah hatinya?

Wahai ibu, sadarilah bahwa bukan orang tua yang memberi rezeki kepada anaknya. Karena rezeki tiap hamba telah dijamin oleh Allah Ta’ala. Ketika Allah menitipkan janin itu dan mengizinkannya lahir ke dunia, maka pasti Allah telah menetapkan rezeki baginya. Tugas kita adalah berusaha menjaga dan mendidik mereka agar menjadi hamba yang taat kepada-Nya.

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۖ, نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“...dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al-An’am: 151)

Jangan Sia-siakan Waktu Mustajab

Salah satu ketakutan ibu hamil adalah proses kontraksi dan melahirkan yang terkesan menakutkan. Tak jarang ada yang takut sekali bagian tubuhnya digunting atau dibuka paksa untuk mengeluarkan bayi dari rahimnya. Iya, proses melahirkan bisa jadi menjadi momok bagi para perempuan dan menjadi salah satu hal yang paling ditakuti oleh kaum hawa. Namun, bukankah doa di kala sempit termasuk doa yang diijabah?

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ…

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan?...” (QS. An-Naml: 62)

Berusahalah untuk berdoa di kala itu, wahai Ibu! Basahilah lisan dengan kalimat-kalimat yang Allah ridhai. Ingatlah Allah agar ringan segala beban ini. Sadarilah bahwa proses melahirkan hanya sementara. Kesulitan itu tidak akan berlangsung lama.

Di antara doa yang bisa dipanjatkan di waktu-waktu ini adalah doa memohon keturunan yang baik dan kemudahan dalam proses persalinan.

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

Ya Rabbku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS. Ali ‘Imran: 38)

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Ya Allah, tidak ada kemudahan, kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.” (HR. Ibnu Hibban no. 979)

Berbahagialah Ibu Hamil! Tak semua perempuan Allah beri kesempatan ini. Mari gunakan momen ini sebaik-baiknya.

Penulis: Rahma Aziza Fitriana

Referensi:

  1. Bahraen, Raehanul. 2018. Fiqih Kontemporer Kesehatan Wanita. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.
  2. Nurah binti ‘Abdirrahman. Doa & Dzikir Ibu Hamil. Jakarta: Pustaka Ibnu Umar.
  3. Taslim, Abdullah. Ibu, Sungguh Begitu Mulia Peranmu. 21 April 2021. 23 Oktober 2023. https://muslim.or.id/2734-ibu-sungguh-begitu-mulia-peranmu.html


© 2023 muslimah.or.id
Sumber: https://muslimah.or.id/16580-berbahagialah-wahai-ibu-hamil.html

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Parenting Delusion: Hal yang Dianggap Ilmu Parenting, padahal Bukan

02. Pendidikan Karakter Nabawiyah 0-7 Tahun