Posts

Tidak Ada Jawaban Instan dalam Proses Penyembuhan

Image
Bismillahirrahmanirrahim Hai blog! Di hari ke-4 Syawwal ini, aku ingin bercerita tentang kebingungan yang terjadi selama beberapa pekan terakhir. Tulisan ini aku tulis untuk aku baca lagi di kemudian hari. Bahwasanya memang tidak ada jawaban instan dari setiap pertanyaan hidup yang menghampiri. So, here we go! Awal Ramadhan lalu, aku mencoba membuat meat stock (kaldu hasil rebusan tulang/daging yang luamaaa) dana beberapa makanan fermentasi. Aku membuat saurkraut (fermentasi kubis), beet kvaas (fermentasi bit), dan fermentasi madu murni & bawang putih. ((Saurkraut sama beet kvaas mah namanya aja yang bule, tapi bikinnya ya guampang banget. Modal air, garam laut, sama bahan yang mau difermentasi. Bisa kubis, bisa bit, atau sayuran lain. Yang mau tahu caranya, kontak aku ya)) Tujuannya apa? Persiapan MPASI nya Hafshah. Ibunya mau belajar bebikinan dulu sebelum masa-masa MPASI itu benar-benar hadir. Hafshah lahir dari seorang ibu yang punya gangguan metabolik. Warisan toksin dari ak

Ramadhan Kali Ini dan Kali Lalu

Image
Bismillahirrahmanirrahim Hai Hafshah, tulisan ini ibu tulis di H- beberapa jam memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan kali ini. Ada rasa haru melihat betapa antusiasnya orang-orang di sekitar ibu untuk memperjuangkan malam Lailatul Qadr. Pun juga rasa ghibtah kepada mereka yg Insyaa Allah akan berusaha ibadah maksimal di hari-hari tersebut. Tahun lalu Nak, ibu ingat sekali. Di jam-jam menuju 10 hari terakhir, ibu menangis mendapati darah haid keluar. Entahlah, saat itu ibu hanya berpikir, "Ya Allah, aku ingin itikaf. Bisa jadi tahun depan aku tidak bisa itikaf karena mungkin sudah punya amanah lain." Dan ternyata benar Nak. Prasangka baik akan kehadiranmu itu benar-benar terkabul. Alhamdulillah. Nak, rasa sedih yang muncul satu tahun yang lalu itu bukan karena takut kehadiranmu akan menghalangi ibu beribadah. Namun, lebih karena ibu menyesali diri sendiri yang tidak maksimal di 20 hari pertama Ramadhan dengan dalih ingin maksimal di 10 hari terakhir. Ibu menyesal begitu

Anakku Filter Terbaikku

Bismillahirrahmanirrahim Fokus adalah hal yang rasanya mulai hilang dari manusia zaman ini. Saking banyaknya informasi, tak jarang hidup kita penuh distraksi. Tanpa sadar pikiran kita bising informasi. Dan tak sadar, diri kita takut ketinggalan akan tren kehidupan terkini. Banyaknya kajian dan kelas seringkali membuat kita tergiur untuk mengikuti semuanya. Seakan-akan semuanya kita butuhkan saat ini juga. Namun, sadarkah bahwa hal itu tak baik untuk diri kita? --- Dulu ketika awal menikah, tepatnya di tahun 2020, suamiku pernah menasihatiku untuk tidak ikut terlalu banyak kelas. Hal ini rasanya wajar ia lakukan karena saat itu aku mengikuti sekitar delapan kelas dalam waktu yang bersamaan. Namun, rasanya sulit bagiku untuk melepas kelas-kelas itu. Terlebih, jiwa mengumpulkan ilmu masih sangat melekat pada diriku. "Terlalu banyak kelas akan membuat lupa untuk menaruh perhatian pada kebersihan hati." Dan memang benar demikian adanya. Terlalu banyak kelas akan membuat diri kit

Sebulan Bersama Newborn: Masa Ospek Ibu Baru

Image
Bismillahirrahmanirrahim Kalang kabut. Itulah istilah yang mewakili kondisiku di masa ospek ibu baru. Setelah sekitar sebulan mencoba berdamai dengan rasa nyeri ketika menyusui, di ujung bulan pertama Hafshah lahir, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa BB Hafshah kurang dari target di buku KIA. Pusing? Tentu saja. I just like, "Kok ga ada yang ngasih tahu aku tentang target BB sesuai KMS sebelum lahiran?" Tentu itu bukan salah orang lain. Aku saja yang kurang proaktif sehingga sebelum lahiran aku tidak tahu terkait grafik KMS. Jujur aja tugas ospek SMALA dan STAN kalah sama 'tugas' di masa ospek ibu baru ini.  Bangun tengah malam ketika Hafshah minta nen. Pernah juga ga tidur lagi karena nenennya sampai udah mendekati Subuh. Pernah nenenin dari jam 11 siang sampai menjelang Maghrib. Kebingungan ketika dia tiba-tiba nangis ngeden. Ketakutan kalau-kalau dia kuning. Khawatir berlebihan kalau pusarnya berdarah. Dan BB Hafshah tidak naik sesuai target padahal nenennya lama

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Image
Bismillahirrahmanirrahim "Hamil dan melahirkan adalah tanggung jawab kita sendiri. Bukan tanggung jawab dokter, bidan, atau provider." USG 4D Hafshah. Ga dapet mukanya, cuma dapet kakinya hehe Hola! Kembali lagi menulis setelah sekian lama. Kali ini mau menulis ttg berbagai ikhtiar untuk melahirkan normal tanpa robekan di anak pertama. Sebelumnya, perlu aku jelaskan dulu bahwa qadarullah kemarin aku tetap robek sebagaimana pernah aku ceritakan di sini . Namun, Alhamdulillah robeknya dikit. Alhamdulillah, jahitannya juga dikit. Kenapa sih usaha banget biar ga robek? Sesimpel karena aku takut dijahit. Aku ga mau trauma melahirkan. Berusaha banget biar pengalaman pertama ini less traumatic biar nanti kalau Allah izinkan hamil lagi, aku ga takut melahirkan. Tulisan ini adalah sebagai catatan pribadi. Bahwasanya jika nanti Allah izinkan hamil lagi, Insyaa Allah bisa belajar dari pengalaman yang luar biasa ini. Sama sekali tidak ada maksud berbangga diri. Karena kemudahan persalina

Ujian Kita Beda Modul

Image
Bismillahirrahmanirrahim Dulu aku ingin punya anak pertama laki-laki. Sesimpel karena di keluargaku, anak pertamanya laki-laki. Bagiku, anak pertama haruslah memberi contoh bagi adik-adiknya. Dan beban anak pertama tentu tidak mudah. Maka, aku merasa beban itu baiknya dipikul oleh seorang laki-laki. Ketika USG dan disampaikan bahwa bayi yang aku kandung sepertinya perempuan, aku agak denial pada awalnya. "Mungkin saja hasil USG nya salah..." begitu pikirku dalam hati. Bukan apa-apa. Kala itu aku takut tidak diberi kesempatan untuk hamil lagi. Aku pernah meminta kepada Allah, kalaulah kesempatan hamilku hanya sekali seumur hidup, semoga Allah berkenan memberiku anak laki-laki. Aku ingin punya anak yang bisa kuliah di UIM. Kalau perempuan kan ga mungkin kuliah di UIM hehe. Pun juga dengan punya anak laki-laki, mahramku untuk safar jadi tambah banyak. Jalan pagi lagi 🌿 Namun, seiring bertambahnya usia kandungan, aku senang sekali jika bayiku perempuan. Apalagi setelah suami

Cerita Masa Postpartum: Trauma Menyusui

Image
Bismillahirrahmanirrahim "Aku sayang Hafshah, tapi aku kesakitan..." Begitu kataku beberapa hari yang lalu kepada suami sambil menangis. Aku tidak pernah menyangka bahwa episode ini akan hadir kepada kami saat ini. --- Dulu ketika temanku bercerita bahwa setelah melahirkan dia pernah sampai tidak ingin menyusui anaknya, aku tidak bisa relate . Bagaimana mungkin seorang ibu tidak mau memberi ASI kepada darah dagingnya? Memangnya apa yang terjadi pada si ibu hingga ia tak mau memberi ASI kepada bayinya? Pertanyaan-pertanyaan yang sungguh membuatku bingung. Namun, aku mulai mengerti ketika mengalaminya sendiri.  Alhamdulillah, aku tidak diuji dengan ASI yang seret. ASI ku tumpah ruah biidznillah . Bahkan aku sampai bingung bagaimana cara mengatasi ASI yang sering menetes ini. Ketika ada orang mengirim ASI booster kepadaku, aku jadi bingung harus bagaimana.  Namun, ternyata ujianku ada pada hal lain. Ujianku adalah puting lecet. Yang mana sungguh hal ini membuatku berulang kali