Cerita Penyapihan Hari Kelima dan Keenam: Final Chapter

Bismillahirrahmanirrahim

Nampaknya susu etawa yang aku ceritakan di postingan sebelumnya adalah salah satu solusi dari murungnya Hafshah di hari-hari penyapihan ini. Di hari kelima, dia bangun dan antusias minta minum susu tersebut. Sejenak bisa bernafas lega karena kami seperti mendapat solusi yang semoga setelah ini masa-masa krisis ini berakhir.

Namun, ternyata ujian ini belum selesai. Hafshah kembali panas badannya seperti di hari pertama penyapihan. Tidak sepanas kala itu tetapi dari tanda-tandanya dia memang sakit. Di hari sebelumnya dia memang batuk-batuk, dan hari ini tubuhnya hangat serta hidungnya mulai mbeler. Hari sebelumnya sudah aku beri wedang jahe, tetapi qadarullah sepertinya gejala lain malah muncul.

Bawa bekal biar hemat


I just wonder, what made her sick? Is it the milk? Or what?

Lagi-lagi aku mengandalkan insting di saat seperti ini. Aku rasa penyebabnya bukan susu etawa, tetapi kombinasi dari singkong goreng milik ibuku yang dia makan karena dia marah-marah dan kondisi susu etawa yang dingin saat baru saja dibeli lalu kemudian dia minum.

Jadi bukan karena substansi susu etawanya, tetapi karena cara meminumnya yang keliru lah yang berkontribusi pada sakitnya kali ini.

Ibu-ibu pasti tahu rasanya. Anak tu kalau sakit, bisa bikin ibunya oleng. Karena anak belum bisa bicara, ketika sakit biasanya akan teriak-teriak dan marah-marah. Iya, Hafshahku yang kemarin malam sudah agak mendingan emosinya jadi marah-marah kembali. Namun kali ini penyebab marahnya bukan karena dia disapih, tetapi karena dia sakit.

Dan sangat ga nyaman ya Bu lihat anak sakit tu. Kalau ibunya ga sabar, bisa ikut marah-marah karena bisa jadi anaknya menguji kesabaran. Namun, Alhamdulillah, di hari itu Allah beri aku kesabaran sehingga emosiku stabil dari awal hingga akhir hari.

Lucu Masyaa Allah


Aku sudah punya rencana mengajaknya ke Kebun Binatang karena aku bolak-balik mengatakan "Ayo lihat kelinci yuk" di hari-hari sebelumnya. Jika aku tunda besok (Jum'at), aku tidak bisa karena ada kelas offline yang belum bisa diliburkan sebab mereka akan libur panjang di akhir tahun ini. Jika aku tunda besoknya lagi (Sabtu), aku juga tidak bisa karena ada kelas offline juga.

Daripada Hafshah memahami ibunya berbohong, lebih baik tetap aku ajak ke Kebun Binatang untuk melihat kelinci. Harapanku dia akan terhibur karena kelinci adalah hewan favoritnya. Tak lupa minum kaldu dulu sebelum berangkat sebagai amunisi tubuhnya yang sedang sakit.

Tapi memang sepertinya aku yang bodoh kali ini. Sudah tahu anak sakit, masih aja nekat jalan-jalan ke Kebun Binatang. Hafshah sama sekali tidak terhibur melihat kelinci. Walau kabar baiknya tubuhnya semakin turun derajatnya saat jalan-jalan, tetapi dia tetap terlihat tidak nyaman.

Kami pun segera pulang menuju rumah ibuku. Hafshah terlihat lemas dan tertidur. Biasanya jika dia sakit pilek seperti ini, obatnya adalah aku susui dan minum degan ijo. Di situ aku mulai berpikir, "Haruskah aku susui dia kali ini? Dia literally sakit fisik, bukan karena psikologis seperti di hari pertama."

Namun, aku mencoba bertahan tidak menyusui dan memberinya degan ijo + sejumput garam + perasan jeruk nipis di sore hari. Alhamdulillah dia sangat suka dan setelah makan malam bersama suami, dia tidur bersama bapaknya di awal waktu.

Gajahnya mandi lho


Ketika kondisi sakit, tentu aku juga meruqyah Hafshah sebagai bentuk ikhtiar. Aku pikir, di hari keenam (hari ini) dia masih dalam masa recovery dan mungkin masih tidak ceria. Namun, aku salah. Alhamdulillah, anakku telah kembali. Hafshah sudah kembali ceria seperti sedia kala dan sudah tidak panas lagi.

Kok bisa?

Bisa jadi karena doa-doa kami setelah shalat yang tentu didukung oleh ikhtiar kami lainnya. Apakah degan ijo itu menjadi obat (secara duniawi) bagi Hafshah walau tidak aku susui? Entahlah, yang pasti Hafshah tidak marah-marah dan sudah aktif seperti sedia kala.

Bahkan, Hafshah bisa diajak cerita-cerita tentang kejadian di Kebun Binatang kemarin. Dia senang membahas gajah, jerapah, singa, dan kelinci. Alhamdulillah ya Bun, jadi ga ngerasa bersalah kan udah bawa dia ke Kebun Binatang.

Dia juga lanjut minum susu etawa murni ketika ingin. Rasanya hal ini menjadi solusi bagi Hafshah yang masih dalam fase transisi melepas ASI. Dia butuh susu lain dan susu ini lah yang biidznillah cocok bagi kami.

Alhamdulillah bisa grounding dengan lebih nyaman karena emosi dia membaik

Aktif memanjat kembali biidznillah 



Final chapter. Hari keenam yang ternyata menjadi hari dimana Hafshah kembali ceria. Tadinya kupikir hari-hari yang berat itu akan lama, ternyata aku hanya diminta bersabar sebentar saja.

Ada banyak kisah dan pelajaran berharga dari proses penyapihan ini. Dan Alhamdulillah, we did it!

Kisah ini aku tulis dengan cukup detail agar aku bisa belajar kembali ke sin jika suatu hari aku membuthkannya lagi. Segala puji hanya milik Allah yang memudahkan dan memberi taufik kepada kami dalam melewati fase ini.

Terima kasih Hafshah, Bapak, dan Eyang. Semoga Allah mudahkan urusan-urusan kita ke depan.

---

Selesai ditulis menjelang tidur malam
28 Jumadil Akhir 1447H


Comments

Popular posts from this blog

Resign untuk Kedua Kalinya

Alasan BB Hafshah Stuck Berbulan-bulan

Bukan Sekedar Pindah ke Kontrakan

Parents Live Talk: Regulasi Emosi Ibu bersama dr. Pinansia Fiska Poetri

Sistem Sekolah: Dulu Tidak Ada Yang Memberitahu Aku Tentang Ini