Tidak Sendiri

Bismillahirrahmanirrhim

Diambil kemarin di salah satu sudut jalan Puputan
kira-kira asli atau palsu nih? hehe

Tepat sepekan yang lalu ketika hati ini rasanya berat sekali untuk menginjakkan kaki kembali ke Denpasar.
Entahlah, rasanya meninggalkan tanah Jawa memang tidak mudah. Menjadi perantau di lain pulau juga tak gampang.

Dan dalam sepekan ini, Allah memberiku banyak nikmat yang membuat aku mulai "nyaman" dengan kota ini.

Pertama, menemukan tempat lari


Setelah sekian lama bongkar pasang jadwal lari, akhirnya ketemu yang pas. Dan ga tanggung-tanggung, tempatnya pun enak, di lapangan GKN sendiri hehe, ga perlu lagi takut ngelihat yang engga-engga. Dan ga perlu takut lagi dikejar anjing komplek.
Fyi, enaknya disini itu karena maghrib sekitar jam setengah 7 malem, habis pulang kantor masih sempet banget ngapa-ngapain, salah satunya ya lari ini.

Kedua, job yang semakin jelas hehe
Sambil menyelam minum air,
sambil Latsar sambil liburan ke pantai deh mereka inii hehe, aku cuma kebagian posting

Pekan ini aku lagi disibukkin sama siswa latsar hehe. Ditambah dengan survey jaringan untuk KLC.
Ngga tau kenapa, rasanya seneng banget aja bisa ketemu banyak orang, mulai dari pelatih, pemateri, siswa, pegawai-pegawai di kantor kain. Survey itu juga membuat aku ketemu sama temen-temen kuliah, bisa ketemu Elvia, Ngurah, dan temen-temen lain yang sebelumnya belum aku kenal.
Yang bikin bahagia lagi adalah akhirnya IKU tahun ini terbentuk juga. Jadi semakin jelas kan mana yang memang tusi mana yang bukan, hehe.

Mulai sayang gitu sama kantor, sama orang-orang di dalamnya. Karena BDK ini udah lama ngga nerima pegawai baru, jadilah aku sama Iqbal bener-bener jadi "adik" di kantor. Paling kecil, paling imut, hehe.

Makan bersama pekan ini

Tiap hari Jum'at, kami punya agenda makan bersama. Menu pekan ini adalaah ituu, sandwich.
Alhamdulillah banget punya atasan yang mungkin menganggapku kayak anaknya sendiri hehe, terimakasih Ibu Tuti, semoga sehat selaluu.

Keempat, otakku yang mulai bener hehe

Next time aku tulis disini ya caption postingan ini, Insyaa Allah

Beberapa hari ini, Alhamdulillah, aku merasa kualitas hidupku naik. Lambat laun jadi lebih baik. Otakku udah mulai bener nih, udah bisa punya prioritas lagi, udah mulai punya target-taget lagi.
Aku senang dengan hidup yang seperti ini, yang ada tujuannya, yangaada targetnya, yang mengejar sesuatu di dalamnya.

Pagi hari bisa masak itu adalah suatu kebanggaan buat aku yang ogah-ogahan ini. Sejak lulus kuliah, ngga tau kenapa, standar keberhasilanku ngga lagi tentang bisa materi ini atau bisa materi itu. Standarku sudah bergeser menjadi bisa masak ini dan bisa masak itu. Bisa ngatur waktu sedemikan sehingga semua target bisa aku lakukan dalam waktu satu hari. Bisa menjalani komitmen belajar yang udah dibikin sendiri. Bisa yang bukan pagi tentang kepandaian tetapi lebih ke self management. Tentang gimana jadi orang dewasa yang sesungguhnya.

Kelima, aktivitas weekendkuu



Lagi suka banget sama kreativitas. Kemarin lagi nyoba ngerajut kaos kaki bayi lagi. Pingin belajar berkebun juga. Kalau ada yang nanya, ngapain sih ma belajar gituan?

Sebenernya cuma pingin punya keahlian lain selain mainan HP sih hehe. Serius ini, aku rasa HP udah banyak banget menyita waktuku di hari kerja. Rasanya pingin banget cari kesibukan lain yang ga ada hubungannya sama HP.


Keenam,

Masjid Al Amanah, GKN I Denpasar

Masjid ini (walau di papannya disebut 'Mushola') adalah masjid yang terletak di komplek Gedung Keuangan Negara I Denpasar. Masjid ini selalu ramai tiap shalat. Karena apa?

Karena di sini jarang ada masjid.

Hal positif dari jarang masjid di Denpasar adalah umat Islam shalat di titik yang sama, salah satunya ya masjid ini.

Orang-orang dari kantor lain kalau shalat juga kesini, masyarakat sekitar yang muslim pun shalat juga disini. Masjid ini hari libur pun tetap buka.

Ada kegiatan tahsin anak di sore hari, ada kegiatan buka bersama tiap Senin-Kamis. Ternyata orang islam di Denpasar ini banyak juga lho, Alhamdulillah.
Tempat paling favorit lah pokoknya di GKN ini, hehe.

Berada disini, menjadi minoritas perlahan membuatmu akan tersadar, betapa sayangnya Allah kepadamu. Coba pikirkan, dari miliyaran manusia di muka bumi ini, Allah pilih kamu untuk terlahir dalam keluarga muslim. Allah beri kamu hidayah, Allah mengizinkan kamu untuk bersujud kepada-Nya. Sudahkah kamu mensyukurinya?

Baru aja kemarin, aku bertemu ibu-ibu yang asli Bali. "Saya Bali Muslim," kata ibu itu kepadaku. "Kakek saya mualaf dari Hindu," tambah ibu itu.

Bertemu ibu itu membuat aku tersadar bahwa aku tidak sendiri. Kalau ibu itu aja bertahun-tahun kuat menjalani hidup sebagai seorang muslim disini, kenapa aku engga? Kadang, ketika aku melihat bapak-bapak pakai sarung, pergi ke masjid, aku bertanya dalam hati,  "Gimana caranya bapak itu bertahan tinggal disini? Gimana caranya bapak itu menundukkan pandangan?"

Entahlah, mungkin hanya aku yang lebay dan membesar-besarkan keadaan. Padahal semua tantangan yang ada disini adalah untuk dihadapi dan dicari solusinya, bukan untuk dikeluhkan. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, Aamiin.


Sekian, ditulis siang ini di salah satu sudut kota Denpasar
10 Rajab 1440 H// 17 Maret 2019

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!