The Millennial Mental Health Crisis

Bismillahirrahmanirrahim

Repost tulisan saya di bulan Oktober 2018 hehe

---

Segala puji hanya milik Allah yang masih memberikan nikmat islam dan nikmat iman hingga detik ini.

Hai teman-temanque!!

Lanjutan dari postingan sebelumnya nih.
Jadi ceritanya, kemarin, 11 Oktober 2018, bertempat di @America, Pacific Place Mall, Level 3 diadakanlah talkshow bertema #DiffAble: The Millennial Mental Health Crisis.

Come explore why mental health is an issue concerning millennials in Indonesia and across the globe. The World Health Organization (WHO) writes that mental health especially depression, will be the main cause of diffabillity worldwide by 2020.

Wah jadi apa aja tuh isi talkshownya?
Nih aku rangkumin ya... Kemarin aku ga dateng langsung karena jauh, aku nyimak lewat live ig dari @depressionwarriors

Ini dia rangkumannya

Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan sebuah proses berkepanjangan. Kesehatan mental itu adalah sebuah proses penyesuaian diri dengan diri, kemudian diri dengan orang lain, kemudian diri dengan masyarakat luar.

Ciri-ciri orang yang sehat mental adalah:
🍃Punya efisiensi mental, yaitu bisa menjalankan hidup sesuai dengan kapasitas
🍃Bisa mengendalikan diri
🍃Mampu me-manage konflik
🍃Punya emosi positif dalam diri
🍃Bisa berpikir lebih clear, tidak mengambil keputusan dengan terburu-buru
🍃Perasaan dan konsep diri sehat (mengakui adanya kelemahan dan kekuatan, bukan kelemahan saja)
🍃Menjadi diri sendiri
🍃Hubungan diri sendiri dengan keadaan yaitu bisa menghadapi kenyataan

Kesehatan mental adalah sebuah proses yang bisa dipelajari dan bisa diperbaiki. Tidak ada indikator harus punya berapa ciri baru bisa dikatakan sehat mentalnya, karena sekali lagi, itu merupakan sebuah proses yang bisa diperbaiki.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental:
🍂Internal
Merupakan cetakan, atau bawaan dari lahir, misal ada orang yang memang sejak lahir mudah nervous.

🍂Eksternal
Pola asuh orang tua, lingkungan, dan teman-teman.


Kesehatan Mental dan Millenials
Fenomena kesehatan mental pada millenials:
🌸Ada kejadian seseorang DO atau bunuh diri, itu adalah kenyataan yang kelihatan atau ter-cover.
🌸Sosial media: membuat seseorang melihat orang lain terus menerus, melihat komen-komen.
🌸Keinginan diri sendiri yang berbeda dengan keinginan orang tua.

Peran sosmed terhadap kesehatan mental:
💐Menimbulkan rasa takut, rasa cemas
💐Fokus untuk menjadi seperti 'mereka' sehingga hilang tujuan.

Penawar untuk hal-hal tersebut:
Ketika merasa kurang, maka berbagilah! Karena berbagi adalah bukti bahwa kita memiliki kelebihan untuk dibagikan.
Jangan ikut menyebar hatespeech, pikirkan perasaan orang lain.

Sosmed bisa berguna sebagai social support. Jadi intinya adalah self control! Mengontrol diri sendiri untuk menggunakan sosmed sebaik mungkin.


Fenomena Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan akibat dari perpaduan kejadian yang kompleks. Tidak ada penyebab tunggal karena penyebab-penyebabnya berinteiraksi secara kompleks. Baik penyebab biologis, psikologis, maupun sosial. Penyebab depresi saja terhadap kejadian bunuh diri itu hanya 50% dari kasus yang terjadi.

Menyadari kekurangan diri adalah suatu bentuk kesdaran akan kesehatan mental. Mengapa bisa terjadi stress dan depresi?
Karena kita dikepung oleh konsep ideal di media sosial.

Tanpa media sosial pun, kita terbiasa membandingkan dan terbiasa merasa ada sesuatu yang lebih ideal, lebih dan lebih dari kita. Ketika kita terperangkap pada kondisi ini, kita akan selalu merasa kurang.

Maka kita pun harus menyadari bahwa kehidupan ini bukan tentang keidealan saja. Sebagaimana disebutkan diatas, WHO memprediksi bahwa di tahun 2020, depresi akan menjadi penyakit terbesar kedua. Sedangkan pada tahun itu, kita mengalami bonus demografis yang artinya di tahun itu usia produktif sangat banyak. Mereka adalah remaja kita di masa ini yang akan menjadi dewasa muda menggantikan diri kita. Bayangkan jika hari ini mereka mengalami depresi dan belum sembuh, alih-alih bukan bonus demografi yang kita dapatkan, tetapi depresi besar-besaran.

Sikap yang bisa kita lakukan ketika ada teman yang menunjukkan keinginan bunuh diri
🍇Jangan buru-buru menasihati, diamkan dulu, orang yang demikian itu perlu ditemani, perlu dimengerti dan didengarkan.
🍇Bertanyalah, "Apa kamu ada kepikiran ingin mati?" *lihat penjelasan dibawah
🍇Rujuk ke profesional

Bunuh diri itu begitu kompleks sehingga hal yang paling bisa diubah adalah lingkungan.


Q&A:
🌾Bagaimana ciri-ciri depresi?

🌽monmaap ga denger jawaban awalnya, hehe
🌽menarik diri dari lingkungan
🌽mulai menyakiti diri sendiri

Ada yang lebih berbahaya dari depresi, yaitu mask depression, terlihat baik-baik saja tetpi menyembunyikan depresi yang dia derita.

🌾Cara natural menghadapi depresi?
Accept. Jangan denial. Makin kita tolak makin kita merasakan sakitnya. Stop galau!

🌾Kalau kita nanya tentang bunuh diri itu mentrigger orang tersebut untuk bunuh diri tidak?*
Itu adalah mitos dari bunuh diri, kita biasa tabu bicara tentang kematian, yang penting kita tahu cara membicarakan itu secara konstruktif.

🌾Cara membuang pandangan bahwa yang datang ke psikolog itu sudah gangguan dan pasti punya masalah
Yang datang ke psikolog yang masih normal dan borderline. Karena orang gila itu adalah pasien psikiater, bukan psikolog.

🌾Kapan waktu  terbaik untuk kita merekomendasikan teman ke profesional?
Apakah kebiasan sehari-harinya terganggu?
Apakah sudah ke arah suicide?
Harus tahu keadaan pastinya, bagaimana pemikirannya dia, jika sudah membahayakan nyawa, harus melibatkan polisi atau pihak berwenang, bukan hanya pemerhati kesehatan jiwa karena pencegahan bunuh diri itu melibatkan semua pihak.

---

Sekian rangkuman dari aku ^^
Mohon maaf kalau ada kesalahan

Peduli dengan kesehatanmu ya!
Bukan cuma raga, tetapi juga jiwa!



Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!