KE(M)BALI
Bismillahirrahmanirrahim
Beberapa waktu lalu ada hal yang kurang membahagiakan, yaitu batal ke Jakarta karena batal diikutin diklat, padahal tadinya udah merancang banyak kegiatan yang mau dilakuin di Jabodetabek, mengunjungi Ciawi salah satunya hehe.
Ternyata, kesedihan itu ada gantinya, hehe,
yaitu dikunjungi si anak darat Kemenhub, Fitriani Nur Azizah.
"Ada rekomendasi Ma?" tanya Fitri lewat WA
"Mohon maaf nih, aku ga suka jalan-jalan, jadi ngga tau tempat asik buat dikunjungi,"
Sedih sebenernya ngga bisa ngasih rekomendasi apa-apa, tapi yaa pada akhirnya, kami melewati banyak keseruan kok
Nongki di Badung ini salah satunya hehe. Jadi awalnya kami mau ke Ubud, karena kata orang-orang bagus. Tapi, setelah diliat di maps, jaraknya 34 km, dan itu posisi udah jam 3 sore, which is kalau nekat ke Ubud ya ngga worth it gitu.
Haha engga sih sebenernya, kalau aku sendiri lebih karena males naik motor 1.5 jam buat ke Ubud. Lemah banget ya aku haha, padahal dulu di Ciawi, 2 jam ke Puncak sendirian aja dilakoni.
Nah selama nongki ini, banyak banget yang diobrolin, mulai dari kabar, kegiatan sehari-hari, weekend, belajar bahasa Arab, tips makan halal di Bali, dll.
Fitri tetaplah Fitri ya, yang dulu hubungannya denganku sempat renggang karena satu dan lain hal (padahal waktu itu bukan cuma sekosan, tapi juga sekelas), dan kemudian, kami ke(m)bali akrab.
Habis nongki cantik, kami shalat Ashar. Ohiya gaes, jangan harap menemukan tempat shalat di rumah makan di Bali ya hehe, cari mushala terdekat, dan habis nongki ini, jarak mushala terdekatnya kurang lebih 3 km.
"Ma, gapapa nih ke Joger?" tanya Fitri habis shalat Ashar.
"Iya, gapapa."
Selama di Joger, akhirnya aku memberanikan diri untuk nanya hal-hal yang aku rasa hanya dipahami oleh perempuan yang sudah menikah.
"Ma, kamu tahan banget sih ngga beli apa-apa?"
"Haha, iya, ngga suka belanja, itulah kenapa aku yang penempatan Bali Fit, Allah Maha Tahu..." jawabku.
"Wah, iya bener banget, kalau aku yang penempatan Bali gimana ya Ma, hmmm..."
Dan selama ngikutin Fitri belanja, banyak juga hal nostalgia yang terungkap.
"Fit inget ngga? dulu waktu kita nungguin pengumuman IP semester 4, sore hari kita main bareng, foto-foto pake bunga (flannel), eh ngga taunya malemnya ada pengumuman kalau kita sekelas!"
"Haha, iyaa Ma."
Dan setelah lelah ngikutin dia belanja, aku pun seakan ngasih kode kalau mau shalat maghrib. Mengingat cari masjid ngga semudah di Jawa, aku ngasih kode juga buat buruan, hehe.
"Wah, Masyaa Allah ya, di Jakarta aja jarang lho yang habis maghrib baca Al-Qur'an buat nungguin shalat Isya'," kata Fitri selesai shalat maghrib.
Saat kami shalat maghrib, di masjid sedang ada banyak orang baca Al-Qur'an. Aku hanya berpikir, apa mereka sedang berusaha istiqomah mempertahankan kebiasaan baik saat Ramadhan?
"Iya Fit, tadi aku juga mikir gitu lho..." jawabku.
Selesai shalat, kami pun makan dan kemudian kembali ke daerah Legian, tempat Fitri menginap.
"Ma, nginep sini aja ya, besok pagi kita jalan-jalan ke (pantai) Kute," kata Fitri.
"Iya boleh, tapi besok kamu ngga boleh ganti kerudung ya, aku ga ganti soalnya haha, ga bawa ganti aku."
Malam itu, wilayah Kute-Legian memang ramai seperti biasa. Malam itu, kalau kata Fitri, dia seperti sedang menonton film barat dan dia ada di lokasi filmnya. Malam itu, mungkin ada banyak orang berhura-hura, tapi di pinggir jalanan itu, kami menyaksikan sendiri ada gelandangan dengan anaknya yang tidur di pinggir jalan.
"Ma, kamu hebat banget bisa tahan tinggal disini," kata mbak Mifta, teman Fitri.
"Aku aja yang baru sehari udah elus dada," imbuh mbak Mifta.
"Ngga tau sih, kalau aku lagi down, aku cuma berpikir, besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian," jawabku.
Benar, mungkin selama enam bulan disini, aku jadi semakin pintar menyiasati segala sesuatu yang terjadi. Bisa nyetir motor dengan fokus liat ke depan aja, ngga liat kanan kiri karena memang banyak hal ngga baik buat dilihat, bisa paham mencari makanan halal, dll.
Keesokan harinya (pagi ini) kami jalan-jalan di pantai Kute.
Pagi itu, aku melihat betapa luar biasanya ciptaan Allah.
Ombak yang berlarian,
langit yang ditegakkan tanpa tiang,
dan keteraturan alam semesta lainnya.
Waktu bermain pun usai, dan aku harus kembali melanjutkan kehidupan
*halah, apa sih.
Hari ini, Fitri dan teman-temannya masih jalan-jalan ke desnitasi lain.
Seneng banget rasanya bisa membersamai Fitri main di Bali.
Baiklah, karena beneran kembali melanjutkan hidup, aku beneran melakukan hal yang harus dilakukan ketika weekend dong, yaituuu
belajar masak.
Oke, ini keren banget sih,
kenapa gitu?
karena masak sop kali ini, aku bikin bumbunya sendiri alias ngulek bumbu, ngga lagi pakai bumbu instan. Walaupun yaa...rasanya ngga sempurna, tapi gapapa, namanya juga belajar.
Kaldunya pun aku bukan tim kaldu bubuk hehe, langsung dari ayam dong.
Kalau dua foto diatas itu adalah hasil masakan di hari sebelumnya.
Bangga banget akutu, sebagai anak millenials aku bisa masak pepes ikan :')
Itu bumbu aku ngulek sendiri dan lumayan pegel juga nguleknya haha.
Jadi gini gaes, aku lagi berusaha buat mengurangi makanan yang digoreng, makanan yang berbahan tepung, berbahan gula, dan makanan yang berbahaya lainnya.
Aku ganti sama memperbanyak makan buah dan sayur.
Karena apa?
Karena aku ingin sehat :')
Dan aku tahu, sehat itu disebut dalam do'a dan terus diusahakan.
Salah satu ikhtiarnya juga adalah dengan minum infused water. Alhamdulillah sejauh ini ada perubahan.
Do'akan ya, semoga tahan sama gaya hidup yang kek gini hehe dan semoga sehat selalu.
---
Tepat pekan lalu, aku mengunjungi wilayah Kute karena penasaran.
Penasaran akan apa?
Monumen ini didirikan tepat di lokasi kejadian Bom Bali yang terjadi tanggal 12 Oktober 2002.
Apa yang terasa ketika melihat monumen itu?
Menurut penuturan orang Bali yang pernah aku wawancarai, pariwisata Bali sempat mati setelah kejadian itu. Bahkan angkutan travel pun sampai dijual karena memang sepi akan turis.
Pariwisata kembali pulih sekitar tahun 2010 ke atas. Dan benar, saat ini Bali kembali didatangi oleh turis dari berbagai negara.
Lantas, ada pertanyaan yang hinggap di pikiranku.
Apa yang membuat turis mancanegara ini ke(m)bali?
---
Selesai ditulis di Bali, 19 Syawal 1440H
Beberapa waktu lalu ada hal yang kurang membahagiakan, yaitu batal ke Jakarta karena batal diikutin diklat, padahal tadinya udah merancang banyak kegiatan yang mau dilakuin di Jabodetabek, mengunjungi Ciawi salah satunya hehe.
Ternyata, kesedihan itu ada gantinya, hehe,
yaitu dikunjungi si anak darat Kemenhub, Fitriani Nur Azizah.
Tempat makan di Badung |
"Ada rekomendasi Ma?" tanya Fitri lewat WA
"Mohon maaf nih, aku ga suka jalan-jalan, jadi ngga tau tempat asik buat dikunjungi,"
Sedih sebenernya ngga bisa ngasih rekomendasi apa-apa, tapi yaa pada akhirnya, kami melewati banyak keseruan kok
Nongki sambil nanya kabar |
Nongki di Badung ini salah satunya hehe. Jadi awalnya kami mau ke Ubud, karena kata orang-orang bagus. Tapi, setelah diliat di maps, jaraknya 34 km, dan itu posisi udah jam 3 sore, which is kalau nekat ke Ubud ya ngga worth it gitu.
Haha engga sih sebenernya, kalau aku sendiri lebih karena males naik motor 1.5 jam buat ke Ubud. Lemah banget ya aku haha, padahal dulu di Ciawi, 2 jam ke Puncak sendirian aja dilakoni.
Nah selama nongki ini, banyak banget yang diobrolin, mulai dari kabar, kegiatan sehari-hari, weekend, belajar bahasa Arab, tips makan halal di Bali, dll.
Fitri tetaplah Fitri ya, yang dulu hubungannya denganku sempat renggang karena satu dan lain hal (padahal waktu itu bukan cuma sekosan, tapi juga sekelas), dan kemudian, kami ke(m)bali akrab.
Habis nongki cantik, kami shalat Ashar. Ohiya gaes, jangan harap menemukan tempat shalat di rumah makan di Bali ya hehe, cari mushala terdekat, dan habis nongki ini, jarak mushala terdekatnya kurang lebih 3 km.
"Ma, gapapa nih ke Joger?" tanya Fitri habis shalat Ashar.
"Iya, gapapa."
Selama di Joger, akhirnya aku memberanikan diri untuk nanya hal-hal yang aku rasa hanya dipahami oleh perempuan yang sudah menikah.
"Ma, kamu tahan banget sih ngga beli apa-apa?"
"Haha, iya, ngga suka belanja, itulah kenapa aku yang penempatan Bali Fit, Allah Maha Tahu..." jawabku.
"Wah, iya bener banget, kalau aku yang penempatan Bali gimana ya Ma, hmmm..."
Dan selama ngikutin Fitri belanja, banyak juga hal nostalgia yang terungkap.
"Fit inget ngga? dulu waktu kita nungguin pengumuman IP semester 4, sore hari kita main bareng, foto-foto pake bunga (flannel), eh ngga taunya malemnya ada pengumuman kalau kita sekelas!"
"Haha, iyaa Ma."
Dan setelah lelah ngikutin dia belanja, aku pun seakan ngasih kode kalau mau shalat maghrib. Mengingat cari masjid ngga semudah di Jawa, aku ngasih kode juga buat buruan, hehe.
"Wah, Masyaa Allah ya, di Jakarta aja jarang lho yang habis maghrib baca Al-Qur'an buat nungguin shalat Isya'," kata Fitri selesai shalat maghrib.
Saat kami shalat maghrib, di masjid sedang ada banyak orang baca Al-Qur'an. Aku hanya berpikir, apa mereka sedang berusaha istiqomah mempertahankan kebiasaan baik saat Ramadhan?
"Iya Fit, tadi aku juga mikir gitu lho..." jawabku.
Selesai shalat, kami pun makan dan kemudian kembali ke daerah Legian, tempat Fitri menginap.
"Ma, nginep sini aja ya, besok pagi kita jalan-jalan ke (pantai) Kute," kata Fitri.
"Iya boleh, tapi besok kamu ngga boleh ganti kerudung ya, aku ga ganti soalnya haha, ga bawa ganti aku."
Malam itu, wilayah Kute-Legian memang ramai seperti biasa. Malam itu, kalau kata Fitri, dia seperti sedang menonton film barat dan dia ada di lokasi filmnya. Malam itu, mungkin ada banyak orang berhura-hura, tapi di pinggir jalanan itu, kami menyaksikan sendiri ada gelandangan dengan anaknya yang tidur di pinggir jalan.
"Ma, kamu hebat banget bisa tahan tinggal disini," kata mbak Mifta, teman Fitri.
"Aku aja yang baru sehari udah elus dada," imbuh mbak Mifta.
"Ngga tau sih, kalau aku lagi down, aku cuma berpikir, besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian," jawabku.
Benar, mungkin selama enam bulan disini, aku jadi semakin pintar menyiasati segala sesuatu yang terjadi. Bisa nyetir motor dengan fokus liat ke depan aja, ngga liat kanan kiri karena memang banyak hal ngga baik buat dilihat, bisa paham mencari makanan halal, dll.
Keesokan harinya (pagi ini) kami jalan-jalan di pantai Kute.
Ngga cuma nama dan tanggal lahir yang hampir kembaran, beli tas pun juga, hehe |
Pagi itu, aku melihat betapa luar biasanya ciptaan Allah.
Ombak yang berlarian,
langit yang ditegakkan tanpa tiang,
dan keteraturan alam semesta lainnya.
Waktu bermain pun usai, dan aku harus kembali melanjutkan kehidupan
*halah, apa sih.
Hari ini, Fitri dan teman-temannya masih jalan-jalan ke desnitasi lain.
Seneng banget rasanya bisa membersamai Fitri main di Bali.
Screenshoot story doi |
Baiklah, karena beneran kembali melanjutkan hidup, aku beneran melakukan hal yang harus dilakukan ketika weekend dong, yaituuu
belajar masak.
Oke, ini keren banget sih,
kenapa gitu?
karena masak sop kali ini, aku bikin bumbunya sendiri alias ngulek bumbu, ngga lagi pakai bumbu instan. Walaupun yaa...rasanya ngga sempurna, tapi gapapa, namanya juga belajar.
Kaldunya pun aku bukan tim kaldu bubuk hehe, langsung dari ayam dong.
Kalau dua foto diatas itu adalah hasil masakan di hari sebelumnya.
Bangga banget akutu, sebagai anak millenials aku bisa masak pepes ikan :')
Itu bumbu aku ngulek sendiri dan lumayan pegel juga nguleknya haha.
Jadi gini gaes, aku lagi berusaha buat mengurangi makanan yang digoreng, makanan yang berbahan tepung, berbahan gula, dan makanan yang berbahaya lainnya.
Aku ganti sama memperbanyak makan buah dan sayur.
Karena apa?
Karena aku ingin sehat :')
Dan aku tahu, sehat itu disebut dalam do'a dan terus diusahakan.
Salah satu ikhtiarnya juga adalah dengan minum infused water. Alhamdulillah sejauh ini ada perubahan.
Do'akan ya, semoga tahan sama gaya hidup yang kek gini hehe dan semoga sehat selalu.
---
Tepat pekan lalu, aku mengunjungi wilayah Kute karena penasaran.
Penasaran akan apa?
Ground Zero atau Monumen Bom Bali |
Monumen ini didirikan tepat di lokasi kejadian Bom Bali yang terjadi tanggal 12 Oktober 2002.
Apa yang terasa ketika melihat monumen itu?
Rasa iba |
dan mungkin hati yang tersayat |
Menurut penuturan orang Bali yang pernah aku wawancarai, pariwisata Bali sempat mati setelah kejadian itu. Bahkan angkutan travel pun sampai dijual karena memang sepi akan turis.
Pariwisata kembali pulih sekitar tahun 2010 ke atas. Dan benar, saat ini Bali kembali didatangi oleh turis dari berbagai negara.
Lantas, ada pertanyaan yang hinggap di pikiranku.
Apa yang membuat turis mancanegara ini ke(m)bali?
---
Selesai ditulis di Bali, 19 Syawal 1440H
Comments
Post a Comment