Berbesar Hati

Bismillahirrahmanirrahim

"Mbak, doakan aku ya," ucap dia sambil sesenggukan menangis dan memelukku.

"Doakan aku juga Kin," jawabku kepadanya.

Tak terasa, air mata mulai menetes, pelan, dan lambat laun menjadi begitu deras.

Belum pernah rasanya aku menangis seperti itu. Walau saat itu aku tidak tahu, apa yang sebenarnya aku tangisi. Dan juga aku tidak tahu, apa yang sebenarnya Kinan tangisi.

Ada bagian dari relung hatiku yang rasanya hilang saat itu. Hilang karena aku merasa akan kehilangan Kinan.

---

"Ga kerasa ya, kejadian itu udah hampir 7 bulan yang lalu," gumamku dalam hati.

Saat pengumuman penempatan itu datang. Saat akhirnya kami dipisahkan. Saat sudah saling nyaman dan kami harus menjalani kehidupan kami di unit masing-masing.

Pagi ini, dengan begitu bahagia sekali rasanya, aku pergi ke kampus. Bukan untuk menjadi mahasiswa tentunya, tetapi untuk mengunjungi tempat OJT dulu, jurusan Akuntansi.

Ngga banyak berubah :')

Rindu? Sangat!
Sulit sekali rasanya menjelaskan rasa ini.
Pak Andy, Pak Soffan, Pak Yuniarto, Bu Ais, Mbak Dilla, Bu Wid, Mas Radit, dan A' Omat adalah keluarga pertamaku di dunia kerja.

---

"Rahma gimana kabarnya?"

"Kurusan ya..."

"Tinggal dimana di sana?"

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Bahagia sekali rasanya pernah menjadi bagian dari mereka. Dan ngga kerasa, terakhir kesana adalah akhir Mei 2018

Diambil tanggal 31 Mei 2018

Bahagia banget banget banget ketika melihat salah satu hasil RPA ku masih terpakai sampai saat ini :')

Rasanya susah sekali menjelaskan rasa bahagia itu.

Kotak surat riset yang dulu aku buat

Dan yang ngga kalah bikin bahagia, ruangan jurusan Akun sudah dipenuhi lebih banyak piala ketimbang terakhir kali aku lihat.

Sebagian piala yang ter-capture

Aku pun pamit karena harus melanjutkan perjalanan ke Sekretariat Badan di Purnawarman.

Untuk apa?

Hari ini, kami akan disumpah.

Sebenernya aku senang bukan karena sumpahnya, tapi karena bisa bertemu dengan BPPK 2017 kembali, walau tidak lengkap karena sebagian disumpah di BDK masing-masing.

---

Sepanjang perjalanan, aku membicarakan banyak hal dengan Kinan, utamanya tentang pekerjaan di BPPK.

Alfi yang berada di Bintaro tertinggal oleh kami karena dia sedang Bimtek bendahara BPPK. Jadilah kami hanya berdua menuju Setban.


"Kin, kenapa dulu waktu kuliah kita ngga deket ya?" tanyaku pada Kinan.

Story jaman-jaman pingin banget segera penempatan


Kami berdua baru dekat di masa-masa OJT terakhir, sekitar bulan Oktober 2018. Entahlah, tapi rasanya Kinan ini klop sekali denganku. Sama-sama Jawa Timur jadi bisa diajak ngomong bahasa Jawa Timuran, sama-sama BPPK jadi bisa banget sharing masalah-masalah di instansi kami, dan juga sama-sama berusaha istiqomah di atas manhaj salaf.


"Trus dulu kamu waktu kuliah mikirnya aku ini apa?"

"Anak apatis yang ngga ikut kegiatan kampus," jawab Kinan.

Haha, geli banget sebenernya denger jawaban Kinan yang juga baru tahu bahwa aku ikut kajian sunnah ketika sudah sama-sama di BPPK.

---

"Ayo Kin, kata ini di kalimat ini bacanya mudarisa, mudarisu, atau mudarisi?"

Aku melihat dia berpikir keras untuk membaca satu kalimat bahasa Arab itu.

"Sip betul banget! Jelaskan ke aku kenapa dibaca gitu, kaidahnya apa?"

Seneng banget rasanya ketika dia bisa membaca beberapa kalimat tanpa ada harakatnya.

Dan ngga kalah seneng ketika dia mulai paham beberapa kaidah nahwu untuk membaca sebuah kalimat.


"Lho mbak! kenapa dihapus sih harakatnya?" ucap dia tidak terima ketika aku menghapus harakat dari kalimat yang selesai dia baca.

"Biar kamu terbiasa Kin, tujuan buku Durusul Lughah ini memang agar kita terbiasa tanpa harakat."

Entahlah, tapi rasanya...

menuntun orang untuk paham membaca kalimat bahasa Arab lebih membuat hati senang ketimbang mengajar Akuntansi dulu, hehe.

---

Kami pun sampai di Setban. Rasa bahagia bertemu teman seangkatan sambil bercerita kabar dari daerah masing-masing memang sulit dijelaskan bagaimana rasanya.

"Kok jadi keinget masa-masa orientasi dulu ya?" kata seorang teman.

Iya, aku juga merasakan hal yang sama.
Rasanya, kalau boleh diulang sekali lagi, aku ingin kembali ke masa itu. Masa ketika kami masih saling asing. Aku ingin mengenal mereka lebih jauh di masa itu dan membuat memori lebih banyak dari mereka.



Uwe paling tua, uwe yang disuruh duduk paling bawah -___-

Sampai saat aku menulis ini, total ada 8 orang bilang aku kurusan dan satu orang bilang tambah cantik.
*Hueek, skip aja bagian ini, gapenting banget haha.

---

Ada satu hal berharga yang aku saksikan hari ini,

yaitu tentang

berbesar hati.

---

Dulu, ketika kami dipanggil untuk membuka amplop penempatan masing-masing, bukan hanya aku dan Kinan yang menangis,

rasanya semua menangis saat itu,

entah tangisan bahagia atau duka,

entah ditampakkan atau tidak.

Tapi kini, kami sudah bisa berbesar hati menerima takdir kami masing-masing.

Sudah bisa.

Sudah bisa.

Dan ternyata bisa itu benar adanya. Bisa berbesar hati memang membutuhkan waktu,

tetapi tetap bisa dilakukan.

---

Ditulis di Bintaro dengan rasa sayang kepada BPPK tercinta,

20 Dzulqodah 1440H

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!