Broken Home Story: Kenangan Indah Untuknya
Bismillahirrahmanirrahim
Sore hari di tanah Bali, ada seorang anak kecil yang tiba-tiba memelukku setelah aku selesai salam, Adiba namanya.
"Ini siapa mbak?" tanya seorang pegawai DJKN yang keheranan,
"Oh ini, anak yang belajar ngaji di (masjid) sini Bu," jawabku.
Akhir-akhir ini, aku memang dekat dengan beberapa anak yang belajar mengaji di Masjid GKN I Denpasar.
Kadang memeluk, kadang minta diajak bermain, kadang minta dipakaikan mukena, dan lain sebagainya.
Menggemaskan? Sangat menggemaskan!
---
Di sisi yang berbeda, aku melihat seorang anak kecil lain yang juga dekat denganku akhir-akhir ini,
Keysa namanya.
Dia terlihat sedang membuka buku dan bercengkrama dengan yang lain.
"Kak Rahmaaaaa....." panggil Keysa suatu hari.
Keysa sepertinya memang antusias ketika bertemu denganku.
Mengapa begitu? Entahlah. Rasanya, dia antusias saja.
Dia adalah anak yang kritis dan selalu ceria.
Ketika di foto pun, dia yang paling ekspresif karena memang sadar kamera.
---
"Rahma, makasih ya, Keysa suka banget, Insyaa Allah bermanfaat," ucap ibu Keysa yang merupakan penjual makanan di kantin GKN kepadaku.
Entahlah. Aku rasa, momen Ramadhan tahun ini, telah mempertemukanku dengan begitu banyak peristiwa berharga, dengan izin Allah tentunya.
Dari beberapa anak kecil yang dekat denganku, rasanya saat itu, aku ingin memberi Keysa hadiah kecil sebelum aku pulang ke tanah Jawa untuk Lebaran.
Beberapa buku serial anak untuk dia baca, pikirku.
---
Jika ditanya mengapa harus dia,
jawabannya sangatlah sederhana.
Aku, ingin memberi kenangan indah untuknya.
---
Keysa,
di usianya yang keenam ini, dia dibesarkan oleh ibunya saja.
Jujur, sampai detik ini, aku tidak tahu, dimana ayahnya,
sudah meninggalkah?
atau berpisah?
Hal yang begitu sulit untuk aku tanyakan kepada ibunya karena...
mungkin karena...
aku pun dulu juga tidak suka jika ditanya tentang hal itu.
Aku tahu, Keysa adalah gadis kecil yang pikirannya masih jernih,
dia belum masuk pada fase membandingkan hidupnya dengan hidup teman-temannya.
Dan aku juga pernah ada di posisi itu,
dulu.
Beberapa tahun lagi, sebagaimana umumnya remaja yang memasuki fase pencarian jati diri,
aku khawatir Keysa akan kebingungan,
aku khawatir dia tiba-tiba menangis karena melihat temannya yang dijemput oleh ayahnya,
aku khawatir dia memendam rasa ingin memeluk ayahnya tetapi tidak bisa dia lakukan,
aku khawatir dia merasa 'berbeda' dari kondisi normal,
sebagaimana dulu, aku pernah ada di posisi itu.
---
Maka dari itu,
Keysa, kalau Keysa membaca ini beberapa tahun lagi,
Keysa harus ingat, banyak sekali orang yang sayang sama Keysa.
Kak Rahma contohnya.
Keysa ngga boleh merasa berbeda dengan yang lain, Keysa sama dengan yang lain kok, karena yang sayang sama Keysa juga banyak.
Keysa istimewa karena Keysa yang kuat menghadapinya.
Setiap kali Keysa sedih, Keysa harus ingat, ada Allah, Allah pasti menolong Keysa, pasti!
---
Ditulis di Jakarta Selatan,
untuk dia di tanah Bali,
memberi kenangan indah kepadanya,
23 Dzulqodah 1440H
Sore hari di tanah Bali, ada seorang anak kecil yang tiba-tiba memelukku setelah aku selesai salam, Adiba namanya.
"Ini siapa mbak?" tanya seorang pegawai DJKN yang keheranan,
"Oh ini, anak yang belajar ngaji di (masjid) sini Bu," jawabku.
Diambil di Jakarta Timur |
Akhir-akhir ini, aku memang dekat dengan beberapa anak yang belajar mengaji di Masjid GKN I Denpasar.
Kadang memeluk, kadang minta diajak bermain, kadang minta dipakaikan mukena, dan lain sebagainya.
Menggemaskan? Sangat menggemaskan!
---
Di sisi yang berbeda, aku melihat seorang anak kecil lain yang juga dekat denganku akhir-akhir ini,
Keysa namanya.
Dia terlihat sedang membuka buku dan bercengkrama dengan yang lain.
"Kak Rahmaaaaa....." panggil Keysa suatu hari.
Keysa sepertinya memang antusias ketika bertemu denganku.
Mengapa begitu? Entahlah. Rasanya, dia antusias saja.
Dia adalah anak yang kritis dan selalu ceria.
Ketika di foto pun, dia yang paling ekspresif karena memang sadar kamera.
---
"Rahma, makasih ya, Keysa suka banget, Insyaa Allah bermanfaat," ucap ibu Keysa yang merupakan penjual makanan di kantin GKN kepadaku.
Entahlah. Aku rasa, momen Ramadhan tahun ini, telah mempertemukanku dengan begitu banyak peristiwa berharga, dengan izin Allah tentunya.
Dari beberapa anak kecil yang dekat denganku, rasanya saat itu, aku ingin memberi Keysa hadiah kecil sebelum aku pulang ke tanah Jawa untuk Lebaran.
Beberapa buku serial anak untuk dia baca, pikirku.
---
Jika ditanya mengapa harus dia,
jawabannya sangatlah sederhana.
Aku, ingin memberi kenangan indah untuknya.
---
Keysa,
di usianya yang keenam ini, dia dibesarkan oleh ibunya saja.
Jujur, sampai detik ini, aku tidak tahu, dimana ayahnya,
sudah meninggalkah?
atau berpisah?
Hal yang begitu sulit untuk aku tanyakan kepada ibunya karena...
mungkin karena...
aku pun dulu juga tidak suka jika ditanya tentang hal itu.
Aku tahu, Keysa adalah gadis kecil yang pikirannya masih jernih,
dia belum masuk pada fase membandingkan hidupnya dengan hidup teman-temannya.
Dan aku juga pernah ada di posisi itu,
dulu.
Beberapa tahun lagi, sebagaimana umumnya remaja yang memasuki fase pencarian jati diri,
aku khawatir Keysa akan kebingungan,
aku khawatir dia tiba-tiba menangis karena melihat temannya yang dijemput oleh ayahnya,
aku khawatir dia memendam rasa ingin memeluk ayahnya tetapi tidak bisa dia lakukan,
aku khawatir dia merasa 'berbeda' dari kondisi normal,
sebagaimana dulu, aku pernah ada di posisi itu.
---
Maka dari itu,
Keysa, kalau Keysa membaca ini beberapa tahun lagi,
Keysa harus ingat, banyak sekali orang yang sayang sama Keysa.
Kak Rahma contohnya.
Keysa ngga boleh merasa berbeda dengan yang lain, Keysa sama dengan yang lain kok, karena yang sayang sama Keysa juga banyak.
Keysa istimewa karena Keysa yang kuat menghadapinya.
Setiap kali Keysa sedih, Keysa harus ingat, ada Allah, Allah pasti menolong Keysa, pasti!
---
Ditulis di Jakarta Selatan,
untuk dia di tanah Bali,
memberi kenangan indah kepadanya,
23 Dzulqodah 1440H
Comments
Post a Comment