Hal Surface tentang Pendidikan

Bismillahirrahmanirrahim

Beberapa hari terakhir, aku sibuk mencari sesuatu dan itu udah merepotkan banyak pihak


Ada yang lagi bahagia karena mau dikirim ke Jakarta dalam waktu dekat, Insyaa Allah. Foto diambil bulan November 2018 arah ke Otista, Jaktim


"Assalamu'alaikum, ada link judul KTTA angkatan kita ngga?"

"Boleh lihat kah kalau ada?"

Dan ketika linknya ketemu

"Assalamu'alaikum, KTTA mu tentang xxx ya?"

"Boleh baca? hehe"

Sebelumnya, kuucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah kurepotkan.

Dan terimakasih juga kepada yang telah mengizinkan KTTA nya aku baca :')


"Ma, buat apa?" tanya Ulfa kepadaku

Hehe, mungkin kelakuanku ini memang aneh, baru mencari KTTA untuk dibaca setelah hampir dua tahun lulus kuliah,

pun ngga hanya itu,

aku juga minta izin untuk membaca skripsi teman SMA ku yang kuliah di jurusan Akuntansi.

Aneh banget?

Iya, bukan aku namanya kalau ngga aneh, haha.

Entahlah, aku rasa aku udah banyak teracuni oleh pemikirannya Kurniawan Gunadi.

Beliau mengajarkanku betapa pentingnya isi, bukan surface.

Bukan tentang gelar, bukan tentang uang,

tetapi tentang apa yang kamu inginkan, apa yang kamu cintai.

---

Beberapa hari setelah Lebaran, aku terlibat diskusi asyik dengan teman-teman SMA ku yang membawa aku pada satu titik pencerahan,

"Ma, kemana aja ilmu yang udah kamu pelajari di STAN selama ini?"

Beberapa teman SMA berekspektasi bahwa lulusan STAN bisa begini bisa begitu,

dan adakah aku benar seperti apa yang mereka ekspektasikan?



Dulu, harus aku akui bahwa aku belajar karena takut DO,

takut harus 'pulang' duluan.

Dan aku menyesali itu.

Karena kini aku tahu,

DO atau tidak, IPK bagus atau jelek,

itu hanya hal surface dari kehidupan pendidikan.

Apa iya IPK bagus yang aku raih selama ini membuat aku bisa survive menghadapi banyak problematika hidup?

---

Pun demikian rasanya dengan percepatan dalam belajar.

Selama 12 tahun sekolah, aku biasa menjadi termasuk yang paling muda di kelas, dan aku bangga akan hal itu, dulu.

Secara surface, memang terlihat hebat sekali, si anak kecil ini sejak SD prestasinya ngga kalah sama teman-teman sekelasnya yang lebih tua.

Terlebih ketika SMA.

Tetapi, adakah hal itu membuat aku menjadi orang yang dewasa dalam menghadapi masalah?

Aku rasa tidak demikian.

---

Hari ini aku menyaksikan sebuah video dari seorang psikolog tentang dampak buruk menyekolahkan anak terlalu dini,

dan ya, aku merasa ada hal-hal yang memang aku rasakan sekarang.

Bisa teman-teman cari dengan kata kunci "Elly Risman: Dampak Menyekolahkan Anak Terlalu Dini."

---

Hal surface, akankah kita akan terus bangga akan hal itu?

Tentang IPK yang tinggi,

tentang lebih cepat dari orang lain.

Dan kini aku sangat sangat sadar. Rasanya belum pernah aku menjadi seperti diriku yang begitu sadar seperti saat ini.

Yang aku butuhkan adalah ilmu.

Bukan IPK tinggi, bukan lebih cepat dari orang lain.

Adapun keduanya, mungkin adalah bonus dari menuntut ilmu yang benar.

Dan sejatinya, ketika niatku benar untuk mencari ilmu,

aku merasa ngga ada beban buat belajar,

aku merasa aku belajar karena aku butuh,

aku butuh akan ilmu itu.

Maka dari itu, aku rasa,

tentang DIV atau tidak,

tentang melanjutkan pendidikan tahun depan atau tahun-tahun berikutnya,

itu sama sekali ngga jadi masalah buatku, karena tujuanku adalah ilmu.

Bukan pengakuan dan bukan hal suraface lainnya.

Mengerti kan sekarang kenapa aku cari-cari KTTA beberapa orang buat dibaca? Hehe

Iya, aku ingin paham penerapannya.

Dan aku ingin, 3 tahunku di STAN tidak berakhir sia-sia.

---

Selesai ditulis di Sanur, Bali, dalam ruang kelas Latsar kelas A, 8 Dzulqodah 1440H

Hari ini 6 tahun yang lalu, begitu bersyukur hal yang banyak memberi aku pelajaran itu terjadi dalam hidupku

Target yang belum juga kelar, karena bacanya sambil mikir keras maksudnya gimana

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!