Handling Crisis
Bismillahirrahmanirrahim
---
Siang ini di depan salah satu ruang kelas BDK Denpasar,
"Gung, kayak lebih 'makmur' ya sekarang?" tanyaku pada Agung Meliananda, teman sekelas di tingkat 3 yang menjadi peserta diklat di BDK.
"Iya dong, sekarang ada yang masakin, dulu mau makan mah mikir dulu mau makan apa," jawab Agung.
Setelah bertemu terakhir di tahun 2017, dia memang terlihat lebih 'makmur' sekarang. Pun juga terlihat sudah lebih dewasa dan punya tanggung jawab.
Jujur, sama sekali ngga menyangka bahwa jodohnya dia adalah Elvia, adik kelasku SMA.
Sama sekali.
![]() |
Diambil Oktober 2018 |
Hal unik yang ingin aku garis bawahi dari mereka berdua adalah tentang handling crisis.
Mengapa gitu?
Sebelumnya mau iklan digimon bentar.
![]() |
Keluarga besar |
![]() |
Tailmon kasihan masih jadi anak buah Bandemon, but she (or may be he) is so cute 😖 |
![]() |
Paling ga bisa liat ekspresi Tailmon yang paling bawah pegang kaca ðŸ˜ðŸ˜ |
![]() |
Episode "Ingatan Hikari" |
![]() |
Adegan paling dramatis sebelum ada anak terpilih yang kedelapan |
![]() |
Ga tega liat Patamon kayak gitu |
![]() |
Fav digimaster and digimon |
![]() |
Lucu bangeeet ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ |
![]() |
Keluarga besaaar |
![]() |
Menuju dunia digital |
Baiklah, maafkan iklan diatas.
Foto-foto diatas dapet dari grup Facebook DIGI-IN [Komunitas Digimon Indonesia] dan juga hasil screenshoot dari instagram.
Mungkin akan ada yang berpikir, "Dibalik Rahma yang kayak gitu, ada sisi yang kayak gini ternyata."
Haha, gapapa, namanya juga manusia, punya hobi, punya kesenangan, punya kenangan masa kecil.
Tanggal 1 Agustus kemarin, digimon tepat berusia 20 tahuuun! ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
1 Agustus 1999 - 1 Agustus 2019.
Katanya, algoritma kegiatan kita di instagram itu akan sedikit banyak terlihat dari explore.
Nah, exploreku diisi oleh digimon dan kuciiing!
Ketahuan lah ya di instagram aku ngapain, haha.
Jadi intinya ituu, iklan digimon disini karena dia udah 20 tahun ajaa.
Ga kerasa wee udah tuaa.
---
Balik lagi ke handling cirisis.
Di Pelatihan Pengelolaan Media Sosial kemarin, salah satu materi akhir adalah terkait handling crisis, yang mana materinya tentang bagaimana cara menanggulangi krisis yang menyerang organisasi kita lewat media sosial.
Bukan mau membahas tentang media sosialnya, tetapi mau membahas tentang menanggulangi krisis yang sedang terjadi.
Setelah mendengar berbagai cerita dari pemateri di materi handling crisis, aku menyimpulkan bahwa terjadinya masalah itu tidak terduga, pun juga jenisnya. Itu dalam lingkup kerjaan di media sosial, dan pastinya itu juga berlaku di kehidupan nyata.
Ustadz Nuzul Dzikri pernah berkata, "Bukan tentang besar kecilnya masalah yang menimpa kita, tetapi tentang ilmu untuk mengatasi masalah tersebut. Masalah sebesar apapun, kalau kita punya ilmunya, kita akan tenang."
Kembali lagi ke kisah Elvia-Agung.
Beberapa bulan sebelum hari H, Elvia pernah cerita bahwa memang ada masalah dalam penentuan tanggal hari H karena Agung yang tiba-tiba dipanggil diklat, dan diklatnya ini nggak seminggu dua minggu, tapi hitungan bulan.
She said that dia bingung buat memajukan tanggal karena takut vendor-vendor pada nggak bisa.
But see?
Mereka sudah memecahkan masalahnya. Tentu saja aku nggak tau bagaimana caranya, tapi yang jelas, mereka berhasil meng-handle masalahnya.
Hari H yang tadinya aku pikir akan mundur menjadi akhir tahun, malah lebih cepat dari yang aku duga sebelumnya.
Menyegerakan, bukan terburu-buru.
---
Tulisan di bawah ini aku tujukan pada diriku sendiri.
Dalam hidup ini, kita ngga pernah tau, kapan dan krisis macam apa yang akan terjadi di hidup kita.
Krisis, masalah, atau apapun itu namanya, terjadi dengan tanpa melihat siap tidaknya kita untuk menghadapi hal tersebut.
Mengapa sih kita perlu selalu meng-upgrade ilmu kita?
Karena kita yang perlu, karena kita yang banyak masalah.
Dan gimana bisa kita menghadapi masalah kalau kita masih gitu-gitu aja?
Yang sudah terjadi, ya sudah,
iklaskan itu untuk terjadi.
Ngga perlu lagi ditanya mengapa demikian dan demikian.
Sedih boleh.
Kecewa pun juga boleh.
Menangis sejadi-jadinya kepada-Nya apalagi.
Handle the crisis in your way!
Mungkin benar tidak ada satu pun manusia yang akan memahami bagaimana kondisimu saat ini,
tetapi, selalu ada Dia yang akan selalu paham tentangmu,
bahkan tanpa kamu bercerita secara detail.
Dia yang menciptakan kamu, pasti tidak ingin kehancuran akan dirimu.
---
Ada tulisan bagus dari Ustadz Hasan Al Jaizy Al Jaizy
[Ceritakan Pada Allah Meski Kau Tak Mampu Berkata-kata]
Jika kamu sedang sedih, apapun sebabnya, tentu tak ingin kamu simpan sendiri. Orang yang paling kamu cari adalah yang paling dekat denganmu. Kenapa? Karena yang terdekat adalah yang terfaham terhadap dirimu. Kamu berharap ia memberimu udzur atas kesedihanmu. Orang asing tak memahami. Tapi apa kamu yakin, bahwa orang terdekatmu itu selalu faham 100% maksudmu?
Ternyata tidak selalu.
Begitulah manusia. Iya, begitulah manusia. Tidak semua hal terfahami oleh manusia. Kadang hal mudah sulit difahami. Kadang hal sulit mudah difahami.
Jika kamu tahu bahwa manusia begitu, maka ke mana kamu pergi? Kepada Allah al-Aliim al-Khabiir kamu kembali. Kembalikan pada-Nya. Ceritakan itu pada Allah. Jika itu karena salahmu, akuilah itu salahmu. Jikapun kamu tak mau mengaku, kamu tahu Allah tahu segala detail salahmu. Tiada lagi celah menghindar. Jika itu bukan salahmu, maka ceritakan pada Allah.
Bahkan, ceritakan pada Allah meski kamu tak punya lagi kata yang tersisa...
Mungkin karena terlalu sedih atau memalukan...
Mungkin karena memang kamu tak pandai merangkai kata...
Kekasihmu kadang kecewa kamu tak pandai merangkai kata, tetapi Allah Ta'ala senang dengan taubat hamba-Nya; padahal yang dilakukan hamba bukan cerita, bukan berkisah, bukan bertutur kata, melainkan menangis menangis menangis semata. Melainkan menumpahkan kejujuran kata lewat air mata. Tumpah semua. Di depan Rabbnya bersimpuh. Mengakui itu semua.
Ceritakan pada Allah meski yang bisa kamu berikan hanyalah air mata.
Kadang, tetesan air mata lebih punya makna dibandingkan sekadar kata.
Allah Maha Tahu...jumlatan wa tafshila, global dan terperinci, segala proposalmu. Dia Maha Tahu bait-bait di qalbumu. Kamu ingin apa, Dia Tahu. Kamu benci apa, Dia Tahu. Kamu bersungguh atau berpura-pura, Dia Tahu. Tapi Dia ingin agar kamu bersegera mengangkat tangan berhadapan dengan wajah bernodamu itu. Dia ingin kamu menulis proposal permohonan pada-Nya melalui lisan maupun tangisan. Dia ingin kamu membuktikan cintamu pada-Nya setelah Dia selalu membuktikan bahwa Dia selalu peduli padamu. Dia selalu memperhatikanmu. Dia menyembuhkanmu saat sakitmu. Dia memberikan pelangimu kembali setelah hujanmu.
Jika kamu jujur, dan tak satu pun makhluk mempercayaimu, maka al-Khaliq tahu kejujuranmu. Jikapun Allah al-Qahhar sudah memutuskan keindahan masa depan untukmu kelak, maka tak satu pun bisa atau bermandat menghalangi keputusannya, meskipun seluruh makhluk bersepakat menghalangi.
Karena sebenarnya cinta-Nya yang harus kamu kejar, bukan cinta selain-Nya. Maka katakan cintamu pada-Nya jika memang jujur, dan takutlah jika kamu bohong. Makhluk bisa saling membohongi satu sama lain. Namun makhluk tak bisa membohongi Khaliqnya. Barangsiapa berbohong kepada-Nya, ia sedang membohongi dirinya sendiri.
Ceritakan pada Allah meski baru bisa setitik air mata...
Ceritakan pada Allah tentang betapa kamu mau melepaskan kekotoran dirimu namun belum mampu dan merasa belum kuat.
Ceritakan pada Allah tentang juangmu membina keluarga.
Ceritakan pada Allah tentang sayangmu pada sesiapa.
Ceritakan pada Allah tentang mimpi yang tak kunjung menjadi nyata.
Ceritakan pada Allah tentang harapanmu terhadap kaum Muslimin.
Ceritakan pada Allah tentang sedih senangmu...dapat hilangmu...jatuh bangunmu...
Meski yang teruntai baru setitik air mata...sendiri di hadapan-Nya....
Semoga yang setitik itu bisa mengharamkan jilatan api Neraka.
---
Selesai ditulis di Apotik Buluh Indah Denpasar,
5 Dzulhijjah 1440H.
![]() |
Pagi hari di perjalanan Jakarta-Bogor |
![]() |
5 Agustus 2018 |
Comments
Post a Comment