Membenci Hal Baik

Bismillahirrahmanirrahim


"Semoga nanti kalau kita ketemu lagi, kamu udah kurusan ya," ucapku kepada salah seorang teman seangkatan kuliah yang jadi peserta PTPD.

"(ketemu) di DIV ya," jawab dia.

"Enggak, itu mah kamu aja."

---

Hari ini adalah hari terakhir PTPD Angkatan I. Hari ini juga hari terakhir aku jaga ujian mereka.

Entahlah. Kadang aku berpikir, dari sekian ribu anak STAN, kenapa ketemunya sama mereka-mereka ini.

Ada yang dulu waktu kuliah udah kenal, dan ada juga yang baru kenal karena mereka jadi siswa PTPD.

Aku yang penempatan BDK Denpasar dengan wilayah kerja Bali, NTB, dan NTT, dipertemukan dengan mereka yang penempatan Bali, NTB, dan NTT.

Siang ini waktu istirahat nyempetin pulang ke mess dan disambut oleh si nyonya yang lagi hamil



"Ketemu lagi ya mbak Insyaa Allah, kamu lah yang (gantian) main ke Kupang," kata salah seorang temen seangkatan yang juga siswa PTPD hari ini selesai penutupan.


Sedih rasanya melihat mereka pergi. Mulai senin besok, ngga ada lagi keributan yang mereka timbulkan. Ngga ada lagi mereka ini yang baris berbaris di lapangan GKN. Ga ada lagi story gokil mereka yang mulai ketiduran di kelas sampai ketiduran di kamar mandi.

Penyebab siswa PTPD diungsikan ke Aula Kanwil DJPB Bali beberapa hari yang lalu


---

Di tempat yang berbeda, hari ini setelah pulang kantor, ada perpisahan dengan seorang teman ngaji yang akan pulang kampung ke Surabaya.

Wulan namanya, dan sepertinya, kisahnya pernah aku ceritakan disini

Wulan adalah seorang mualaf. Dari kisahnya, aku belajar banyak hal dan menyadari banyak hal. Bahwa selama ini, aku sering banget menyia-nyiakan kebaikan dan kemudahan-kemudahan yang telah Allah beri kepadaku.


Dia yang ditentang keluarga.

Dia yang dicaci maki karena pakai kerudung.

Dia yang takut keluar shalat ied sendiri.

Dia yang resign karena dia tahu mudharat dari pekerjaannya.

Dan lain lain.

Suasana melihat putaran ulang video masuk islamnya Wulan


"Jujur, aku sedih kehilangan pekerjaanku," kata Wulan,

"...tapi, aku lebih sedih kehilangan kalian," tutup dia.


Perpisahan hari ini mengharu biru. Aku ikut menangis. Rasanya aneh juga karena aku ikut menangis, secara aku ini belum terlalu akrab dengan Wulan. Kenal sih iya, saling cerita kehidupan masing-masing juga iya, tapi secara hitungan waktu pertemanan, rasanya kurang lebih baru tiga bulan ini berteman.


Baiklah dibalik keanehan itu, sesungguhnya aku ini menangisi apa?


Menangisi takdir yang telah Allah pilihkan untukku.

---

Delapan bulan yang lalu, aku masih ingat sekali, duduk di bagian belakang mobil grab (atau mungkin gocar), aku menangis melihat sisi kanan dan kiri jalan kota Denpasar.

Story pertama aku setelah mendarat, inget banget waktu itu aku berusaha menghibur diri sendiri ditengah ketakutan ngga bisa menjalankan syari'at Islam di Bali


Saat itu aku baru saja mendarat di Bali dari Jakarta. Memang bukan kali pertama ke Bali, aku pernah ke Bali di tahun 2001 dan 2010, dan keduanya adalah karena liburan, baik liburan kantor orang tua, maupun liburan dari sekolah.

Tetapi memang kali ini berbeda. Aku tidaklah liburan. Aku akan tinggal, aku akan berdomisili di Bali.

Bali.

Terbayangkan tidak olehmu? Tempat yang disebut-sebut sebagai tempat bersenang-senang, dan kamu akan tinggal disitu.


Aku pun menangis. Melihat banyak patung, banyak sesajen, banyak anjing di kanan dan kiri jalan.

Aku sedih, aku kecewa.

Aku merasa dibuang oleh bagian Kepegawaian BPPK.

Aku tidak terima. Bukan bermaksud sombong, tetapi memang diantara anak Akuntansi-BPPK yang lain, IPK ku yang paling tinggi,

dan dari sekian banyak unit BPPK di Jabodetabek,

mengapa aku harus dibuang ke luar Jawa?


Saat itu aku tidak bisa membayangkan bagaimana keberlangsungan hidupku nanti.

Menjadi seorang minoritas.

Terlebih susah mendengar adzan,

susah mencari makanan halal,

dan lain-lain.

Masih inget banget waktu itu masih susah cari makanan halal karena belum tahu tempat jual makanan halal.

Story hari pertama resmi kerja di BDK Denpasar. Sekali lagi, buat menghibur diri sendiri.

---

Iya, aku akui, dulu aku menangisi kepindahanku ke Bali.

Dan hari ini, aku kembali menangis karena ditempatkan di Bali.

Delapan bulan berlalu dan begitu banyak pelajaran hidup yang ngga bisa dibeli.

Ngga bisa diceritakan kecuali memang merasakannya sendiri.

Salah satunya karena perpisahan dengan Wulan hari ini.

Aku berpikir, kalau aku ngga penempatan di Bali, aku ngga ketemu Wulan,

aku ngga tahu kisah perjuangannya dia memeluk islam,

aku ngga tahu kisah beratnya menjadi mualaf dari dia,

aku mungkin ngga akan menyadari bahwa selama ini, Allah sudah begitu baik kepadaku dengan memilihkan aku terlahir dari keluarga muslim.

Kalau aku tetap di Jabodetabek dan tetap disitu-situ aja,

mungkin pikiranku ngga akan terbuka.

"Ya Allah...pantaskah aku menjadi seorang hamba yang tidak bersyukur?"

---

Kisah tentang perpisahan Wulan, adalah secuil dari berbagai kisah yang membuat aku begitu bersyukur telah ditempatkan di Bali.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." - [QS. Al Baqarah: 216]


Kalau misal diminta memilih ulang tempat penempatan,

aku akan memilih Bali.

Karena dibalik semua kesulitan hidup sebagai seorang muslim di Bali,

Allah mempertemukan aku dengan banyak hikmah yang pada akhirnya aku memahami bahwa....

"Ma, kamu yang dipilih buat penempatan disini, adalah karena kamu yang kuat menghadapinya."

Maka, pantaskah kamu membenci hal baik yang telah Allah pilihkan untuk hidupmu?

---

Ditulis di Denpasar, Bali

29 Dzulhijjah 1440H.




Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!