Sombong
Bismillahirrahmanirrahim
Siang ini waktu les jahit, kak Annisa ngasih banyak PR buat diselesein sendiri. Mulai dari semi obras, penyelesaian lengan, penyelesaian, kerah, dan terakhir jangan lupa disetrika.
Sesi jahit kali ini cukup menguras emosi jiwa karena belum terbiasa pakai sepatu semi obras. Trust me, kamu baru akan bisa menghargai sebuah baju ketika kamu sudah belajar jahit. Dibalik baju yang kamu pakai, ada detail-detail yang berusaha diselesaikan oleh seorang penjahit.
Sore harinya ketika mau nyicil PR jahit, jarum jahitku patah. Waktu dipasang yang baru dan mulai jahit lagi, jarum yang baru juga hampir patah. Kayaknya gara-gara kurang pas gitu nempatin sepatu semi obrasnya. Kabar baiknya adalah aku ngga punya cadangan jarum lagi.
Tadinya aku berpikir,
"Baiklah, mungkin emang ga boleh ngejahit dulu sore ini, ada hal lain yang harus dilakuin."
"Jahitnya bisa dilanjut besok lagi Insyaa Allah, sambil besok beli cadangan jarum yang banyak."
Waktu bingung mau ngapain, Qadarullah nge-cek grup WA yang selama ini aku abaikan. Grup apakah itu?
Grup Tahsin Rumah Peduli Annisa (RPA).
---
Dulu, dulu banget waktu kuliah, salah satu keinginanku ketika lulus kuliah adalah jadi guru tahsin di kantor.
Mengapa gitu?
Karena bisa membaca Al-Qur'an itu sangat penting bagi seorang muslim. Ilmu-ilmu lain penting, bahasa Arab juga penting, tetapi membaca Al-Qur'an dengan benar itu harus diprioritaskan.
Tetapi selama ini, jujur aku ga percaya diri buat ngajar tahsin. Kalau boleh milih, aku lebih percaya diri buat ngajarin sharaf atau nahwu dasar ketimbang tahsin.
Gimana ya, kayak kurang nyantol gitu ilmunya di aku. Aku bisa baca Al-Qur'an, tapi kalau menjelaskan dengan benar, aku ngga bisa. Karena rasanya, bacaanku pun masih jauh dari dikatakan benar 100%.
Nah, udah nyadar kayak gitu, tapi akunya emang masih gitu-gitu aja. Dalam artian, ga berusaha murajaah lagi terkait ilmu tahsin.
Sore ini waktu baca grup Tahsin RPA, ada rasa ingin belajar lagi yang muncul. Ada rasa "Saatnya banget ga sih buat benerin bacaan Al-Qur'an?"
Karena lagi datang bulan dan ga shalat, langsunglah aku melaju ke RPA di Jalan Pura Demak yang mana itu sebenernya deket banget dari tempat tinggalku.
Waktu nyampai disana, baru ada satu orang yang nungguin RPA buka, setelah beberapa menit ditunggu, akhirnya guru tahsinnya pun datang.
Tau apa yang aku rasain waktu gurunya mulai duduk dan mau membuka kelas?
Aku mikir, "Halah paling juga gitu-gitu aja materinya, itu mah kamu juga bisa."
Sombong banget? Iya, sombong pakai banget.
Dipersilahkanlah murid yang pertama kali dateng buat maju talaqqi di hadapan gurunya. Waktu dengerin si murid pertama diajari materi makhraj huruf, aku ikut nyimak dengan seksama.
Dengar...
dengar...
dan dengar...
lambat laun tembok kesombonganku pun runtuh.
Makharj huruf yang selama ini aku sepelekan karena merasa sudah pernah belajar dan sudah bisa, berubah menjadi hal agak menyeramkan yang sulit aku ucapkan.
Ketika saatnya aku maju untuk talaqqi pun, aku sudah merasa, "Pasti banyak yang salah nih makhrajnya."
Dan benar saja, makhrajku banyak yang keliru.
"Masalah anti ada di makhraj..." kata guru tahsin.
Setelah beberapa menit dilatih beberapa makhraj huruf, guru tahsin pun bilang,
"Dulu saya juga seperti anti, makhraj saya seperti anti, dan ini memang butuh latihan...
Jangan kapok ya, besok-besok datang lagi."
Dalam hati, gimana bisa kapok? Ini lho yang selama ini aku cari.
Jujur banget, aku memang udah pernah belajar tahsin. Tapi rasanya baru kali ini aku merasa puas talaqqi. Bener-bener detail dibenerinnya, bener-bener dikoreksi tiap huruf yang aku bunyikan.
Selama ini kalau aku talaqqi ke guru, mereka kebanyakan bilang, "Udah bagus mbak ngajinya," dan emang ga bisa dipungkiri, itu bikin aku merasa bisa dan ga belajar lagi.
Rasanya pingin nangis aku.
Sekali lagi, aku diberi alasan kuat kenapa aku harus bersyukur banget penempatan di Bali. Selama ini aku nyari tempat tahsin yang kayak gini. Yang bener-bener mengoreksi dengan detail, yang bener-bener bikin aku ngerasa aku ini miskin ilmu banget, yang pengucapan makhrajnya bener-bener pas di telinga.
"Disini juga ada yang bisa ngaji, ada guru ngaji juga mbak, dan mereka belajar lagi dari awal, gapapa ya mbak belajar lagi?" tanya guru tahsin hari ini.
---
Betapa sering ya kita ini sombong. Karena merasa pernah belajar, pernah tahu ilmunya, terus kita merasa bisa.
Melihat orang lain fakir ilmu, padahal diri sendiri sangat fakir akan ilmu.
Males murajaah, males baca buku lagi padahal manusia itu tempatnya salah dan lupa, yang mana jelas harus sering-sering murajaah.
---
Aku memohon kepada Allah, hati yang bersih dan lapang.
Aku memohon kepada Allah, ilmu yang bermanfaat.
Semoga Allah selalu memberiku banyak hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi, Aamiiin.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
2 Muharram 1441H.
Siang ini waktu les jahit, kak Annisa ngasih banyak PR buat diselesein sendiri. Mulai dari semi obras, penyelesaian lengan, penyelesaian, kerah, dan terakhir jangan lupa disetrika.
Segala puji hanya milik Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna |
Sesi jahit kali ini cukup menguras emosi jiwa karena belum terbiasa pakai sepatu semi obras. Trust me, kamu baru akan bisa menghargai sebuah baju ketika kamu sudah belajar jahit. Dibalik baju yang kamu pakai, ada detail-detail yang berusaha diselesaikan oleh seorang penjahit.
My sewing machine |
Sore harinya ketika mau nyicil PR jahit, jarum jahitku patah. Waktu dipasang yang baru dan mulai jahit lagi, jarum yang baru juga hampir patah. Kayaknya gara-gara kurang pas gitu nempatin sepatu semi obrasnya. Kabar baiknya adalah aku ngga punya cadangan jarum lagi.
Tadinya aku berpikir,
"Baiklah, mungkin emang ga boleh ngejahit dulu sore ini, ada hal lain yang harus dilakuin."
"Jahitnya bisa dilanjut besok lagi Insyaa Allah, sambil besok beli cadangan jarum yang banyak."
Ditungguin kucing |
Ditungguin kucing (lagi) |
Waktu bingung mau ngapain, Qadarullah nge-cek grup WA yang selama ini aku abaikan. Grup apakah itu?
Grup Tahsin Rumah Peduli Annisa (RPA).
---
Dulu, dulu banget waktu kuliah, salah satu keinginanku ketika lulus kuliah adalah jadi guru tahsin di kantor.
Mengapa gitu?
Karena bisa membaca Al-Qur'an itu sangat penting bagi seorang muslim. Ilmu-ilmu lain penting, bahasa Arab juga penting, tetapi membaca Al-Qur'an dengan benar itu harus diprioritaskan.
Tetapi selama ini, jujur aku ga percaya diri buat ngajar tahsin. Kalau boleh milih, aku lebih percaya diri buat ngajarin sharaf atau nahwu dasar ketimbang tahsin.
Gimana ya, kayak kurang nyantol gitu ilmunya di aku. Aku bisa baca Al-Qur'an, tapi kalau menjelaskan dengan benar, aku ngga bisa. Karena rasanya, bacaanku pun masih jauh dari dikatakan benar 100%.
Nah, udah nyadar kayak gitu, tapi akunya emang masih gitu-gitu aja. Dalam artian, ga berusaha murajaah lagi terkait ilmu tahsin.
Sore ini waktu baca grup Tahsin RPA, ada rasa ingin belajar lagi yang muncul. Ada rasa "Saatnya banget ga sih buat benerin bacaan Al-Qur'an?"
Karena lagi datang bulan dan ga shalat, langsunglah aku melaju ke RPA di Jalan Pura Demak yang mana itu sebenernya deket banget dari tempat tinggalku.
Waktu nyampai disana, baru ada satu orang yang nungguin RPA buka, setelah beberapa menit ditunggu, akhirnya guru tahsinnya pun datang.
Tau apa yang aku rasain waktu gurunya mulai duduk dan mau membuka kelas?
Aku mikir, "Halah paling juga gitu-gitu aja materinya, itu mah kamu juga bisa."
Sombong banget? Iya, sombong pakai banget.
Dipersilahkanlah murid yang pertama kali dateng buat maju talaqqi di hadapan gurunya. Waktu dengerin si murid pertama diajari materi makhraj huruf, aku ikut nyimak dengan seksama.
Dengar...
dengar...
dan dengar...
lambat laun tembok kesombonganku pun runtuh.
Makharj huruf yang selama ini aku sepelekan karena merasa sudah pernah belajar dan sudah bisa, berubah menjadi hal agak menyeramkan yang sulit aku ucapkan.
Ketika saatnya aku maju untuk talaqqi pun, aku sudah merasa, "Pasti banyak yang salah nih makhrajnya."
Dan benar saja, makhrajku banyak yang keliru.
"Masalah anti ada di makhraj..." kata guru tahsin.
Setelah beberapa menit dilatih beberapa makhraj huruf, guru tahsin pun bilang,
"Dulu saya juga seperti anti, makhraj saya seperti anti, dan ini memang butuh latihan...
Jangan kapok ya, besok-besok datang lagi."
Dalam hati, gimana bisa kapok? Ini lho yang selama ini aku cari.
Jujur banget, aku memang udah pernah belajar tahsin. Tapi rasanya baru kali ini aku merasa puas talaqqi. Bener-bener detail dibenerinnya, bener-bener dikoreksi tiap huruf yang aku bunyikan.
Selama ini kalau aku talaqqi ke guru, mereka kebanyakan bilang, "Udah bagus mbak ngajinya," dan emang ga bisa dipungkiri, itu bikin aku merasa bisa dan ga belajar lagi.
Rasanya pingin nangis aku.
Sekali lagi, aku diberi alasan kuat kenapa aku harus bersyukur banget penempatan di Bali. Selama ini aku nyari tempat tahsin yang kayak gini. Yang bener-bener mengoreksi dengan detail, yang bener-bener bikin aku ngerasa aku ini miskin ilmu banget, yang pengucapan makhrajnya bener-bener pas di telinga.
"Disini juga ada yang bisa ngaji, ada guru ngaji juga mbak, dan mereka belajar lagi dari awal, gapapa ya mbak belajar lagi?" tanya guru tahsin hari ini.
---
Betapa sering ya kita ini sombong. Karena merasa pernah belajar, pernah tahu ilmunya, terus kita merasa bisa.
Melihat orang lain fakir ilmu, padahal diri sendiri sangat fakir akan ilmu.
Males murajaah, males baca buku lagi padahal manusia itu tempatnya salah dan lupa, yang mana jelas harus sering-sering murajaah.
---
Aku memohon kepada Allah, hati yang bersih dan lapang.
Aku memohon kepada Allah, ilmu yang bermanfaat.
Semoga Allah selalu memberiku banyak hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi, Aamiiin.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
2 Muharram 1441H.
Comments
Post a Comment