Trade Off

Bismillahirrahmanirrahim

It was 2014...

ketika aku kembali menginjakkan kaki ke tempat les saat SMA.

Salah satu bimbel terkenal di kawasan SMA Komplek Surabaya.

...

"Wah Rahma kamu sekarang di STAN?"

Rasa gembira tersirat dari para pengajar yang dulu tahu tentang 'kisahku' yang cukup menyedihkan.

Peringkat pertama di sekolah ternama tetapi gagal diterima lewat lajur undangan.

"Gapapa ya Rahma...ini kan balasan karena dulu kamu di-dzalimi"

"Luar biasa bla bla bla..."

"Kabar-kabar lah kemari kalau STAN lagi ada event, biar adek-adek SMA ini juga ga ketinggalan info."

Dan kata-kata lain terkait aku yang saat itu pindah kuliah ke STAN.

---

"Saya punya temen, kerja di Kementerian Keuangan. Wah ga tau lah saya ini berapa gajinya dia...Dia ini naik pesawat udah kayak naik taksi. Bolak-balik naik pesawat," ucap salah seorang pengajar.

Aku yang saat itu masih maba di STAN, aku kurang paham akan maksud bolak-balik naik pesawat ini.

Apakah nanti aku akan sesibuk itu?

Apakah nanti saat kerja akan banyak kesempatan seperti itu?

Entahlah. Saat itu yang ada di benakku, aku hanya ingin tidak DO dari STAN.

But then... 

hari ini,

kurang lebih lima tahun sejak kejadian itu,

aku mulai paham.

---

Bandara Ngurah Rai adalah saksi bisu perjalanan kami yang merindukan kampung halaman,

merindukan keluarga,

merindukan kebersamaan.

Iseng bener deh ini kucing 


Iya, aku rasa bukan hanya Bandara Ngurah Rai,

aku rasa, seluruh bandara di negeri ini juga menjadi saksi yang sama.


Aku pernah berpikir jahat,

"Apakah ini semua sebuah konspirasi? Apakah alasan terkuat mengapa kami ditempatkan jauh dari keluarga agar tiket pesawat ada yang membeli?"

Pertanyaan yang masih aku simpan di ubun-ubun kepala dan belum aku dapatkan jawabannya.


Di mata orang, uang kami begitu banyak,

sampai kami bisa bolak-balik naik pesawat.

Tetapi sesungguhnya, mereka tidak mengerti.

Bahwa perjalanan ini, kami tempuh untuk berjumpa dengan mereka yang kami cintai.



Seorang pegawai Kementerian Keuangan ditempatkan di daerah X dan keluarganya ada di Jawa, sudah menjadi cerita yang tak lagi asing di telinga. Berjauhan dengan keluarga.

Bahkan baru-baru ini, kudapati seorang pejabat yang sepertinya eselon IV berjauh-jauhan dengan istri dan anaknya yang saat ini di Jayapura, karena dia ditugaskan di Nusa Tenggara.

"Bapak ibu sekalian juga mengalami hal yang sama kan?" tanya bapak itu kepada seisi ruangan yang mayoritas adalah pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan.


Aku mengenal istilah trade off di kelas Pengantar Ilmu Ekonomi, mata kuliah favoritku di semester 1.

Dan kini aku tahu dengan pasti, apa makna di balik trade off itu sendiri.


Bekerja di Kementerian Keuangan (dan aku rasa tidak hanya Kemenkeu), membuat cakrawala serasa berada di genggaman.

Ada begitu banyak kesempatan untuk menjelajahi negeri ini.

Sebuah privillage untuk menjajaki Indonesia yang sangat luas ini.

Tetapi,

kita tidak bisa membohongi diri sendiri,

ada sebuah konsekuensi

yang itu harus kita hadapi.


Berjauhan dengan keluarga.

Kehidupan yang tidak begitu pasti karena adanya SK mutasi.



Di tempat yang berbeda...

hari ini, kudapati curhatan salah seorang teman yang belum mendapat pekerjaan.

Hal positif yang bisa dia ambil dari kondisinya saat ini adalah

masih bisa berdekatan dengan keluarga

yang itu merupakan hal berharga yang sedang aku (atau mungkin kami sebagai pegawai) perjuangkan.


Rezeki tiap hamba tidak akan tertukar bukan?

Berdekatan dengan keluarga pun juga adalah rezeki.

Jadi...bersykur adalah hal yang saat ini harus sering kita lakukan.

Tentang kehidupan yang mungkin diinginkan orang lain,

tentang masih terbelinya tiket pesawat untuk bertemu keluarga,

dan tentang banyak hal yang tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata.

Baiklah sepertinya aku sudah terlalu ngalor ngidul...

Anyway, kemarin iseng buka Q&A di instagram

dan ada satu pertanyaan menarik yang mau aku bagikan disini





Lagi banyak yang ngalamin QLC, lagi banyak yang pingin bisa ikhlas, dll

Baiklah, bukan ahli, tapi setidaknya pernah mengalami,

dan semoga pesan di atas cukup membantu.

---

Ditulis di Denpasar, Bali

5 Rabi'ul Awwal 1441H.

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!