Resolusi: Antara Esensi dan Selebrasi

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan pertama di tahun 2020.

Tahun baru...

Orang-orang sedang ramai membahas tentang resolusi.

Hal yang wajar memang, karena tiap orang menginginkan perbaikan akan hidupnya.


"Mas, ngga bikin resolusi kayak orang-orang?" tanyaku kepada suami.

"Hmm...Engga."

"Kenapa?"

"Karena...Ngga ingin mengikuti tren aja sih."

1 Januari 2020


Tren.

Mungkin hal ini yang perlu aku garis bawahi.

Resolusi ini memang antara esensi dan selebrasi.

Jika kita hanya mengikuti kebanyakan orang, hanya mengikuti selebrasi akan pergantian tahun,

maka resolusi tak lain dan tak bukan hanya berakhir tergeletak sebagai catatan belaka.

Jika benar-benar esensi yang kita kejar, maka resolusi yang ditulis harusnya telah disiapkan dari beberapa bulan sebelum resolusi itu ditulis.

Ubud, Bali


"Kalau kita mau buat resolusi, harusnya kita mempersiapkan diri sebelum resolusi itu ditulis," kata suamiku.

"Contoh, kita punya resolusi baca Al-Qur'an 1 Juz per hari, nah kalau kita baru melakukan itu setelah resolusi itu ditulis, kemungkinan besar ya ga jalan, karena diri kita belum siap."

Suamiku ini memang sedikit berbeda dari banyak orang.

Dia tidak suka mengikuti hal viral atau tren,

dia suka dengan esensi.


Dia ngga mau jadi PNS,

karena jiwanya bukan PNS.

Dia ngga mau lanjut S2 dulu,

karena dia belum menemukan alasan mengapa dia harus S2, sedangkan ilmu S1 yang dimiliki, dia rasa belum terlalu berguna.

Tegalalang, Bali


Baiklah, kembali lagi ke resolusi.

Jadi, apakah resolusiku tahun ini?

Kalau tahun lalu aku punya 20 resolusi yang pada akhirnya cuma sebagian yang aku lakukan,

tahun ini, resolusiku ngga muluk-muluk.

Ingin jadi orang yang lebih fokus.

Udah itu aja.

Ingin melakukan sesuatu dengan ga disambi melakukan hal lain.

Tahun-tahun belakangan ini, aku merasa overload untuk belajar sesuatu.

Keinginan belajar besar,

keinginan untuk mencari tahu tinggi,

tapi lupa tidak mengukur kemampuan diri.

Akhirnya, tidak fokus adalah hal yang terjadi.


Hmm...ternyata menjadi fokus itu tidak mudah ferguso.

Banyak ego yang harus dikalahkan dan dikesampingkan.

But it's okay!

Better belajar bertahap dan pelan-pelan ketimbang langsung melahap semuanya.

---

Ditulis di perjalanan Denpasar-Negare

11 Jumadil Akhir 1441H.

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!