Gizi Kesehatan UGM 2014
Bismillahirrahmanirrahim
Enam tahun yang lalu, bulan-bulan ini, aku sedang bergelut di meja pesakitan untuk terus-terusan berlatih soal ujian masuk PTN.
Iya, aku, yang saat itu pernah menjadi lulusan dengan nilai rapot terbaik di SMAN paling favorit di Surabaya,
kembali akan mengikuti SBMPTN.
Terdengar menyedihkan memang,
terlebih jika mengingat teman-teman SMA ku saat itu sedang menikmati masa-masa indah menjadi seorang maba.
Harus aku akui, aku mengalami disorientasi.
Setelah di tahun 2013 aku tidak berhasil menembus ITB, walau saat itu aku berhasil menembus UI dan Unair
aku kehilangan arah dan tujuan untuk belajar.
Aku mempertanyakan masa depanku yang sepertinya sangat suram waktu itu.
Haha, dasar diriku ini, pikirannya saat itu masih seperti anak kecil. Mungkin itu adalah manifestasi ketidakdewasaanku yang masuk sekolah di usia terlalu diini.
Mungkin aku matang secara IQ,
tetapi belum secara psikis.
Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk memilih UGM sebagai pilihan di SBMPTN 2014.
Alasannya sederhana, aku ingin kampus yang lingkungan keagamaannya bagus,
dan informasi yang aku dapat saat itu...
UGM adalah tempatnya.
Dan informasi tambahan yang aku dapat saat itu, lingkungan terbaik ada di Fakultas Kedokteran.
Tetapi, aku sangat tidak ingin menjadi dokter.
Maka, aku mencari-cari jurusan di FK yang bukan kedokteran,
dan taraaa!
Gizi Kesehatan adalah jawabannya.
Aku ingat masa-masa itu,
aku sampai ambil jatah bolos kuliah di kampus lama agar bisa ikut SBMPTN di Jogja lanjut Ujian Tulis Masuk UGM.
Aaah :')
Kenangan yang indah sekali rasanya.
Jogja dengan segala pesonanya...
Jogja dengan lingkungan islaminya...
Dengan izin Allah, aku mengerjakan soal-soal SBMPTN 2014 dengan sangat mudah,
lancar sekali rasanya.
Jauh berbeda kondisinya dengan SBMPTN 2013, yang mana saat SBMPTN 2013, aku jatuh secara mental.
---
Enam tahun berlalu...
Jujur, dari lubuk hati yang terdalam, rasa sesal itu masih ada.
Rasa sesal mengapa dulu aku meninggalkan UGM begitu saja.
Jogja dengan segala pesonanya...
Jogja dengan kajian-kajian sunnahnya...
Jogja dan segala keilmuan di dalamnya...
Masjid Pogung Dalangan...
Masjid Pogung Raya...
Ma'had Al 'Ilmi...
Wisma Qonitah...
Ah, menyedihkan sekali memang jika diingat :')
Terlebih jika aku membandingkan diriku dengan mahasiswa-mahasiswa UGM yang pagi kuliah sore ngaji secara terstruktur.
Mereka yang bisa baca kitab,
mereka yang mengenal manhaj salaf lebih dalam :')
---
Tetapi, satu hal yang selalu aku yakini,
dibalik rasa sesal ini,
aku adalah manusia biasa yang tidak tahu apa yang terbaik untuk kehidupanku.
Dan Allah telah memilihkan STAN sebagai jalan hidup yang aku lalui.
Entah apa alasannya...
Dan entah apa peranku di balik semua ini.
Jika aku renungkan kembali,
mungkin saja walau aku kuliah di UGM, aku tidak akan mengenal manhaj salaf karena masih terikat pada kelompok kajian sebelumnya.
Mungkin saja, hatiku tidak terbuka untuk menerima kebenaran walau kajian sunnah disana sangatlah banyak.
"Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak."
Dan mungkin saja, jika aku mengambil UGM, kuliahku tidaklah mulus.
Bisa jadi tahun ini pun aku belum lulus sebagaimana salah seorang temanku,
belum bisa membuat ibuku bangga,
belum mandiri secara finansial.
Sekali lagi...
"Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak."
---
Sebagai manusia biasa, rasa sesal akan keputusan di masa lalu sangat mungkin terjadi.
Tetapi, janganlah menjadi sok tahu akan kehidupan ini dengan berandai-andai.
Karena berandai-andai akan membuka pintu syetan
dan belum tentu juga pilihan hidup yang diandaikan itu lebih baik dari jalan hidup kita saat ini.
Sebuah pesan yang aku tulis untukmu, wahai diriku sendiri, yang mungkin suatu hari kamu akan membutuhkan nasihat ini kembali.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
15 Sya'ban 1441H.
Enam tahun yang lalu, bulan-bulan ini, aku sedang bergelut di meja pesakitan untuk terus-terusan berlatih soal ujian masuk PTN.
Iya, aku, yang saat itu pernah menjadi lulusan dengan nilai rapot terbaik di SMAN paling favorit di Surabaya,
kembali akan mengikuti SBMPTN.
Terdengar menyedihkan memang,
terlebih jika mengingat teman-teman SMA ku saat itu sedang menikmati masa-masa indah menjadi seorang maba.
Harus aku akui, aku mengalami disorientasi.
Setelah di tahun 2013 aku tidak berhasil menembus ITB, walau saat itu aku berhasil menembus UI dan Unair
aku kehilangan arah dan tujuan untuk belajar.
Aku mempertanyakan masa depanku yang sepertinya sangat suram waktu itu.
Haha, dasar diriku ini, pikirannya saat itu masih seperti anak kecil. Mungkin itu adalah manifestasi ketidakdewasaanku yang masuk sekolah di usia terlalu diini.
Mungkin aku matang secara IQ,
tetapi belum secara psikis.
Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk memilih UGM sebagai pilihan di SBMPTN 2014.
Alasannya sederhana, aku ingin kampus yang lingkungan keagamaannya bagus,
dan informasi yang aku dapat saat itu...
UGM adalah tempatnya.
Dan informasi tambahan yang aku dapat saat itu, lingkungan terbaik ada di Fakultas Kedokteran.
Tetapi, aku sangat tidak ingin menjadi dokter.
Maka, aku mencari-cari jurusan di FK yang bukan kedokteran,
dan taraaa!
Gizi Kesehatan adalah jawabannya.
![]() |
source: google |
Aku ingat masa-masa itu,
aku sampai ambil jatah bolos kuliah di kampus lama agar bisa ikut SBMPTN di Jogja lanjut Ujian Tulis Masuk UGM.
Aaah :')
Kenangan yang indah sekali rasanya.
Jogja dengan segala pesonanya...
Jogja dengan lingkungan islaminya...
![]() |
Satu-satunya bukti yang masih tersimpan bahwa aku pernah diterima UGM :') |
Dengan izin Allah, aku mengerjakan soal-soal SBMPTN 2014 dengan sangat mudah,
lancar sekali rasanya.
Jauh berbeda kondisinya dengan SBMPTN 2013, yang mana saat SBMPTN 2013, aku jatuh secara mental.
---
Enam tahun berlalu...
Jujur, dari lubuk hati yang terdalam, rasa sesal itu masih ada.
Rasa sesal mengapa dulu aku meninggalkan UGM begitu saja.
Jogja dengan segala pesonanya...
Jogja dengan kajian-kajian sunnahnya...
Jogja dan segala keilmuan di dalamnya...
Masjid Pogung Dalangan...
Masjid Pogung Raya...
Ma'had Al 'Ilmi...
Wisma Qonitah...
Ah, menyedihkan sekali memang jika diingat :')
Terlebih jika aku membandingkan diriku dengan mahasiswa-mahasiswa UGM yang pagi kuliah sore ngaji secara terstruktur.
Mereka yang bisa baca kitab,
mereka yang mengenal manhaj salaf lebih dalam :')
---
Tetapi, satu hal yang selalu aku yakini,
dibalik rasa sesal ini,
aku adalah manusia biasa yang tidak tahu apa yang terbaik untuk kehidupanku.
Dan Allah telah memilihkan STAN sebagai jalan hidup yang aku lalui.
Entah apa alasannya...
Dan entah apa peranku di balik semua ini.
Jika aku renungkan kembali,
mungkin saja walau aku kuliah di UGM, aku tidak akan mengenal manhaj salaf karena masih terikat pada kelompok kajian sebelumnya.
Mungkin saja, hatiku tidak terbuka untuk menerima kebenaran walau kajian sunnah disana sangatlah banyak.
Bukankah aku telah mengetahui sendiri bahwa teman-temanku yang kuliah di UGM sampai saat ini belum mengenal manhaj salaf?
"Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak."
Dan mungkin saja, jika aku mengambil UGM, kuliahku tidaklah mulus.
Bisa jadi tahun ini pun aku belum lulus sebagaimana salah seorang temanku,
belum bisa membuat ibuku bangga,
belum mandiri secara finansial.
Sekali lagi...
"Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak."
---
Sebagai manusia biasa, rasa sesal akan keputusan di masa lalu sangat mungkin terjadi.
Tetapi, janganlah menjadi sok tahu akan kehidupan ini dengan berandai-andai.
Karena berandai-andai akan membuka pintu syetan
dan belum tentu juga pilihan hidup yang diandaikan itu lebih baik dari jalan hidup kita saat ini.
Sebuah pesan yang aku tulis untukmu, wahai diriku sendiri, yang mungkin suatu hari kamu akan membutuhkan nasihat ini kembali.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
15 Sya'ban 1441H.
Comments
Post a Comment