Memberi Nama Anak
Bismillahirrahmanirrahim
Kajian ke-9 dari bahasan "Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak."
Bagian ini seru sekali, karena kita jadi tahu kaidah memberi nama pada anak.
Selamat membaca!
---
๐ฟ๐ฟ๐ฟ
Diantara hak buah hati yang harus ditunaikan orang tuanya adalah, diberikan nama dengan nama yang baik.
Dari Abu Wahb al Khots’ami ุฑุถู ุงููู ุนูู berkata, Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู bersabda:
“Berikan nama anak-anakmu dengan nama para nabi, dan nama yang paling disenangi Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman*,
sedangkan nama yang paling jujur adalah Harits dan Hammam**,
adapun nama yang paling jelek adalah Harb (Perang) dan Murroh (Getir).
*Abdullah= Hamba Allah, Abdurrahman= Hamba Ar Rahmaan.
Tujuan kita diciptakan Allah adalah untuk beribadah kepada Allah. Kita tidak bisa beribadah kecuali mencontoh manusia yang paling dicintai oleh Allah. Manusia yang paling tahu tentang jalan yang lurus adalah Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู .
Syarat ibadah diterima ada dua:
๐Ikhlas, kita mengharap ridha dan cintanya Allah
๐Mengikuti tuntunan Rasulullah.
ُْูู ุฅِْู ُْููุชُู ْ ุชُุญِุจَُّูู ุงََّููู َูุงุชَّุจِุนُِููู ُูุญْุจِุจُْูู ُ ุงَُّููู ََููุบِْูุฑْ َُููู ْ ุฐُُููุจَُูู ْ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. [QS. Ali Imron: 31]
๐ข๐ข
Ketika kita punya anak, kita mempersiapkan dia menjadi hamba Allah yang baik.
---
**Harits: petani, penjaga
Hammam: orang yang pemberani
---
Memberi nama anak adalah haknya sang ayah, namun tidak mengapa ia menyerahkan kepada ibu. Boleh juga pemberian nama anak ini diwakilkan kepada kakek atau neneknya, atau selainnya.
Jika istri memaksakan suatu nama yang tidak diridhai suaminya, si istri bisa berdosa.
Dahulu Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู bersikap optimis (tafaa’ul) dengan nama-nama yang baik. Ibnul Qayyim rahimanullah berkata di dalam buku beliau yang berjudul, Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud:
“Bahwa Rasulullah ketika melihat Suhail [artinya adalah kemudahan] bin ‘Amru datang pada hari perjanjian (genjatan senjata) Hudaibiyah,
beliau berkata kepadanya: Sahhala ‘amrokum “semoga Allah memudahkan urusanmu.”
Meskipun nama tidak otomatis menunjukkan sifat.
Jika kita memberi nama anak dengan nama-nama nabi, setidaknya akan menimbulkan kecintaan anak kepada sosok nabi tersebut.
Begitu pula jika anak diberikan nama-nama artis atau orang fasik, dia akan mencintai sosok tersebut.
Seseorang akan dibangkitkan dengan orang yang dicintai. Sudikah kita jika anak-anak kita dibangkitkan dengan orang-orang fasik?
---
Demikian pula ketika Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู menghentikan perjalanannya di antara dua gunung lalu bertanya tentang nama kedua gunung tersebut, maka sahabat menjawab:
“Gunung Makhz (yang hina) dan Faadhih (yang memalukan).” Dengan serta merta Nabi berbelok arah dan tidak berjalan melewati kedua gunung tersebut.
Juga diantara tuntunan Nabi adalah mengubah nama-nama yang jelek menjadi nama yang baik. Nabi pernah mengubah nama ‘Ashiyah (wanita pendosa) menjadi Jamilah (wanita rupawan),
nama Ashrom (yang kering kerontang) menjadi Zur’ah (yang subur).
Abu Dawud di dalam sunananya meriwayatkan bahwa Nabi mengubah nama 'Ashii (pendosa), 'Aziz (yang perkasa), Ghoflah (yang lalai), Syaithan, Al Hakam (penguasa) dan Al Ghurob (burung gagak).
Nabi mengubah nama Syihab (meteor) menjadi Hisyam (yang dermawan),
nama Harb (perang) dengan Aslam (damai).
Nabi mengganti nama al-mudhthoji' (yang terbaring) dan al-munba'its (yang bangkit).
Memberi nama ardhu ghafrah (tanah tandus) dengan khudroh (yang hijau subur),
desa dholalah (sesat) dengan nama desa hidayah (petunjuk).
Banu zaniyah (anak zina) dengan banu Rusydah (anak baik).
---
๐พ๐พ๐พ
Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู biasa mengganti nama-nama yang buruk.
Contoh: Abu Bakar yang dulu namanya adalah Abdul Ka'bah (hamba Ka'bah).
Abu Bakar adalah kunyah. Meskipun beliau tidak punya anak namanya Bakar, karena kunyah tidak harus sesuai nama anak.
Nama asli beliau adalah Abdul Ka’bah bin Abdil Kuhafah, kemudian diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah, oleh karena itu beliau lebih terkenal dengan Abdullah bin Abdil Kuhafah.
Walaupun Ka’bah adalah syi’ar umat islam, tetapi nama ‘Abdul Ka’bah menunjukkan penghambaan kepada Ka’bah.
Hikmah dari hal ini adalah kita memuliakan hal yang memang ada dalilnya.
Tidak boleh kita mengatakan bahwa Depok lebih mulia dari pada Padang.
Sama dengan kita mengatakan bahwa Masjid Quba lebih baik dari Masjid Al Falah.
Yang boleh adalah “Masjid lebih mulia dari pada selain masjid."
Allah memuliakan dua tempat suci, yaitu Makkah dan Madinah, karena itu jika ada orang meng-klaim bahwa di Iraq atau dimana lebih baik, maka kita tolak klaim tersebut.
Demikian pula dengan waktu. Allah menciptakan dalam satu tahun ada 12 bulan. Kita tidak boleh mengatakan, “bulan Shafar lebih mulia...” padahal ada hdalil tentang 4 bulan haram dan bulan Ramadhan.
“hari Selasa lebih mulia..." padahal ada dalil tentang mulianya hari Jum'at.
Demikian pula tentang Al-Qur’an, tidak boleh mengatakan satu ayat lebih mulia daripada ayat lain kecuali ada dalilnya.
Ada dalil tentang keutamaan Al Fatihah dan Al Baqarah, wajib kita terima hal itu, tidak boleh kita katakan bahwa surat Yasin lebih mulia.
Kita mencintai Ka’bah, tetapi tidak boleh mengkultuskan Ka’bah bahkan sampai menyembah Ka’bah.
Rasulullah sudah mencontohkan cara untuk memuliakan Ka’bah, contohnya ketika thawaf, ada tempat yang memang ada dalil untuk dicium jika mampu.
Sama seperti kita memuliakan Rasulullah tetapi kita tidak menyembah Rasulullah.
---
Kaum musyrikin jaman dahulu pun juga memuliakan Ka’bah, tetapi mereka beribadah tanpa tuntunan yang benar, mereka tidak memakai baju ketika thawaf, mereka mengubah-ubah syari’at.
َูุงَّูุฐَِูู ุงุชَّุฎَุฐُูุง ู ِْู ุฏُِِููู ุฃََِْูููุงุกَ ู َุง َูุนْุจُุฏُُูู ْ ุฅَِّูุง َُِูููุฑِّุจَُููุง ุฅَِูู ุงَِّููู ุฒَُْููู
"Dan orang-orang yang mengambil wali (pelindung) selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” [Az Zumar: 3]
Hal tersebut sama dengan syubhat yang dilontarkan peminta-minta di kubur.
---
๐๐๐
Hendaknya kita mengubah nama yang mengandung tazkiyah (pensucian diri).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,
ุฃَّู ุฒََْููุจَ َูุงَู ุงุณْู َُูุง ุจَุฑّุฉَ، ََِูููู: ุชُุฒَّูู َْููุณََูุง، َูุณَู ّุงَูุง ุฑَุณُُูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุฒََْููุจَ
Dulu Zainab bernama Barrah, sehingga orang berkomentar: dia memuji dirinya sendiri. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menangganti namanya dengan Zainab. (HR. Bukhari 6192 & Muslim 5732)
Dalam riwayat lain, Juwairiyah juga sebelumnya bernama Barrah, kemudian diganti oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama Juwairiyah. (HR. Muslim 5729).
Barrah artinya adalah wanita yang sangat baik sekali.
“...Karena beliau tidak suka apabila beliau dikatakan bahwasanya 'Rasulullah keluar dari kebaikan/kesucian.'”
Contoh: “Nabi mana?”
“Nabi keluar dari barrah (kebaikan).”
---
Al Hafidz Ibnu Qayyim mengatakan bahwa nama memiliki pengaruh pada orang yang diberi nama tersebut.
Kaidah memberi nama:
๐Berikan nama dengan nama yang baik, jika mengandung penghambaan kepada selain Allah, contoh Abdul Rasul, Abdul Malaaika, Abdu Syams, maka itu tidak boleh, harus diganti.
๐Tidak mengandung nama yang khusus untuk Allah, contoh Al-Khaliq (pencipta), Ar Rahmaan, Rabb, Ar Raazaq.
Qowiiy, Haliim maka boleh.
๐Tidak boleh memberi nama anak dengan nama orang kafir/fasik atau kekhususan orang kafir. Contoh: Mathius, George, Paulus.
๐Tidak boleh memberi nama anak dengan nama berhala/thaghut/dewa/dewi.
Contoh: Dewa, Dewi, Siwa, Wisnu
๐Dibenci memberi nama yang mana memberi arti yang jelek atau bisa menjadi bahan olokan
Contoh: Harb (perang), Corona, Covid
๐Dibenci memberi nama yang bisa mengandung arti-arti yang jelek, bisa mengundang syahwat, khususnya untuk anak perempuan, contoh: Bohai
๐Dibenci memberi nama artis/orang fasik.
๐Tidak boleh memberi nama dengan nama yang mengandung dosa/maksiat.
๐Dibenci memberi nama dengan nama-nama hewan yang memiliki sifat yang jelek contoh Kalb (anjing), adapun untuk Asad (singa, maksudnya keberanian) maka boleh.
๐Dibenci memberi nama dengan menyandarkan pada nama Islam dan Diin, contoh Syaikhul Islam, Nurul Islam, Syamsu Diin, Nashirudiin, Muhyii Diin, karena semacam memuji diri.
Syekh Al Albani yang memiliki nama Nashiruddin Al Albani, juga tidak menyukai nama "Nashiruddin" tersebut.
Tetapi para 'ulama, baik Syaikhul Islam maupun 'ulama yang memiliki nama yang disandarkan pada "islam atau diin" , mereka tetap dipanggil dengan nama tersebut, sebagai bentuk penghormatan karena memang mereka terbukti demikian.
๐Makhruh hukumnya memberi nama yang disandarkan kepada lafadz “Allah”, kecuali Abdullah dan Amatullah
Contoh: Hasbullah, Nurullah, Rahmatullah.
๐Menurut sebagian ‘ulama, makhruh hukumnya memberi nama-nama malaikat.
๐Dibenci memberi nama ayat-ayat mutasyabihat, yang mana hanya Allah saja yang tahu maknanya.
Contoh Muhammad Yasin, Muhammad Thaha
---
Urutan nama terbaik:
๐ฑAbdullah dan Abdurrahman
๐ฑSemua nama yang disandarkan kepada Asma’ul Husna, contoh: Abdul Ghaniy, Abdul Latif
๐ฑNama Nabi dan Rasul, khususnya ‘Ulul Azmi
๐ฑMemberi nama dari nama orang-orang shalih, agar mereka tahu bahwa nama mereka adalah nama orang shalih, sehingga mereka berusaha meneladani.
๐ฑMemberi nama yang mengandung makna yang benar dan baik.
---
Nama yang Anda berikan adalah nama yang akan diseru hingga hari kiamat kelak. Oleh karena itu, tidak boleh memberi nama dengan nama-nama yang jelek.
Menurut Abu Zaid (kalau tidak salah dengar, maaf tidak jelas mendengarnya), panduan memberi nama adalah sebagai berikut:
๐Tidak menggunakan nama bertumpuk, cukup satu nama lalu dinisbatkan kepada ayah/kakeknya.
Contoh tidak benar: Joko Waluyo Sido Mulyo,
Contoh yang benar: Muhammad bin Abdullah.
๐Nama yang dibenci adalah yang menggunakan bahasa selain Arab
---
Selesai diringkas di Denpasar, Bali
1 Ramadhan 1441H.
Kajian ke-9 dari bahasan "Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak."
Bagian ini seru sekali, karena kita jadi tahu kaidah memberi nama pada anak.
Selamat membaca!
---
๐ฟ๐ฟ๐ฟ
Diantara hak buah hati yang harus ditunaikan orang tuanya adalah, diberikan nama dengan nama yang baik.
Dari Abu Wahb al Khots’ami ุฑุถู ุงููู ุนูู berkata, Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู bersabda:
“Berikan nama anak-anakmu dengan nama para nabi, dan nama yang paling disenangi Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman*,
sedangkan nama yang paling jujur adalah Harits dan Hammam**,
adapun nama yang paling jelek adalah Harb (Perang) dan Murroh (Getir).
*Abdullah= Hamba Allah, Abdurrahman= Hamba Ar Rahmaan.
Tujuan kita diciptakan Allah adalah untuk beribadah kepada Allah. Kita tidak bisa beribadah kecuali mencontoh manusia yang paling dicintai oleh Allah. Manusia yang paling tahu tentang jalan yang lurus adalah Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู .
Syarat ibadah diterima ada dua:
๐Ikhlas, kita mengharap ridha dan cintanya Allah
๐Mengikuti tuntunan Rasulullah.
ُْูู ุฅِْู ُْููุชُู ْ ุชُุญِุจَُّูู ุงََّููู َูุงุชَّุจِุนُِููู ُูุญْุจِุจُْูู ُ ุงَُّููู ََููุบِْูุฑْ َُููู ْ ุฐُُููุจَُูู ْ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. [QS. Ali Imron: 31]
๐ข๐ข
Ketika kita punya anak, kita mempersiapkan dia menjadi hamba Allah yang baik.
---
**Harits: petani, penjaga
Hammam: orang yang pemberani
---
Memberi nama anak adalah haknya sang ayah, namun tidak mengapa ia menyerahkan kepada ibu. Boleh juga pemberian nama anak ini diwakilkan kepada kakek atau neneknya, atau selainnya.
Jika istri memaksakan suatu nama yang tidak diridhai suaminya, si istri bisa berdosa.
Dahulu Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู bersikap optimis (tafaa’ul) dengan nama-nama yang baik. Ibnul Qayyim rahimanullah berkata di dalam buku beliau yang berjudul, Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud:
“Bahwa Rasulullah ketika melihat Suhail [artinya adalah kemudahan] bin ‘Amru datang pada hari perjanjian (genjatan senjata) Hudaibiyah,
beliau berkata kepadanya: Sahhala ‘amrokum “semoga Allah memudahkan urusanmu.”
Meskipun nama tidak otomatis menunjukkan sifat.
Jika kita memberi nama anak dengan nama-nama nabi, setidaknya akan menimbulkan kecintaan anak kepada sosok nabi tersebut.
Begitu pula jika anak diberikan nama-nama artis atau orang fasik, dia akan mencintai sosok tersebut.
Seseorang akan dibangkitkan dengan orang yang dicintai. Sudikah kita jika anak-anak kita dibangkitkan dengan orang-orang fasik?
pict from @naetokki |
---
Demikian pula ketika Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู menghentikan perjalanannya di antara dua gunung lalu bertanya tentang nama kedua gunung tersebut, maka sahabat menjawab:
“Gunung Makhz (yang hina) dan Faadhih (yang memalukan).” Dengan serta merta Nabi berbelok arah dan tidak berjalan melewati kedua gunung tersebut.
Juga diantara tuntunan Nabi adalah mengubah nama-nama yang jelek menjadi nama yang baik. Nabi pernah mengubah nama ‘Ashiyah (wanita pendosa) menjadi Jamilah (wanita rupawan),
nama Ashrom (yang kering kerontang) menjadi Zur’ah (yang subur).
Abu Dawud di dalam sunananya meriwayatkan bahwa Nabi mengubah nama 'Ashii (pendosa), 'Aziz (yang perkasa), Ghoflah (yang lalai), Syaithan, Al Hakam (penguasa) dan Al Ghurob (burung gagak).
Nabi mengubah nama Syihab (meteor) menjadi Hisyam (yang dermawan),
nama Harb (perang) dengan Aslam (damai).
Nabi mengganti nama al-mudhthoji' (yang terbaring) dan al-munba'its (yang bangkit).
Memberi nama ardhu ghafrah (tanah tandus) dengan khudroh (yang hijau subur),
desa dholalah (sesat) dengan nama desa hidayah (petunjuk).
Banu zaniyah (anak zina) dengan banu Rusydah (anak baik).
---
๐พ๐พ๐พ
Rasulullah ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู biasa mengganti nama-nama yang buruk.
Contoh: Abu Bakar yang dulu namanya adalah Abdul Ka'bah (hamba Ka'bah).
Abu Bakar adalah kunyah. Meskipun beliau tidak punya anak namanya Bakar, karena kunyah tidak harus sesuai nama anak.
Nama asli beliau adalah Abdul Ka’bah bin Abdil Kuhafah, kemudian diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah, oleh karena itu beliau lebih terkenal dengan Abdullah bin Abdil Kuhafah.
Walaupun Ka’bah adalah syi’ar umat islam, tetapi nama ‘Abdul Ka’bah menunjukkan penghambaan kepada Ka’bah.
Hikmah dari hal ini adalah kita memuliakan hal yang memang ada dalilnya.
Tidak boleh kita mengatakan bahwa Depok lebih mulia dari pada Padang.
Sama dengan kita mengatakan bahwa Masjid Quba lebih baik dari Masjid Al Falah.
Yang boleh adalah “Masjid lebih mulia dari pada selain masjid."
Allah memuliakan dua tempat suci, yaitu Makkah dan Madinah, karena itu jika ada orang meng-klaim bahwa di Iraq atau dimana lebih baik, maka kita tolak klaim tersebut.
Demikian pula dengan waktu. Allah menciptakan dalam satu tahun ada 12 bulan. Kita tidak boleh mengatakan, “bulan Shafar lebih mulia...” padahal ada hdalil tentang 4 bulan haram dan bulan Ramadhan.
“hari Selasa lebih mulia..." padahal ada dalil tentang mulianya hari Jum'at.
Demikian pula tentang Al-Qur’an, tidak boleh mengatakan satu ayat lebih mulia daripada ayat lain kecuali ada dalilnya.
Ada dalil tentang keutamaan Al Fatihah dan Al Baqarah, wajib kita terima hal itu, tidak boleh kita katakan bahwa surat Yasin lebih mulia.
Kita mencintai Ka’bah, tetapi tidak boleh mengkultuskan Ka’bah bahkan sampai menyembah Ka’bah.
Rasulullah sudah mencontohkan cara untuk memuliakan Ka’bah, contohnya ketika thawaf, ada tempat yang memang ada dalil untuk dicium jika mampu.
Sama seperti kita memuliakan Rasulullah tetapi kita tidak menyembah Rasulullah.
---
Kaum musyrikin jaman dahulu pun juga memuliakan Ka’bah, tetapi mereka beribadah tanpa tuntunan yang benar, mereka tidak memakai baju ketika thawaf, mereka mengubah-ubah syari’at.
َูุงَّูุฐَِูู ุงุชَّุฎَุฐُูุง ู ِْู ุฏُِِููู ุฃََِْูููุงุกَ ู َุง َูุนْุจُุฏُُูู ْ ุฅَِّูุง َُِูููุฑِّุจَُููุง ุฅَِูู ุงَِّููู ุฒَُْููู
"Dan orang-orang yang mengambil wali (pelindung) selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” [Az Zumar: 3]
Hal tersebut sama dengan syubhat yang dilontarkan peminta-minta di kubur.
---
๐๐๐
Hendaknya kita mengubah nama yang mengandung tazkiyah (pensucian diri).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,
ุฃَّู ุฒََْููุจَ َูุงَู ุงุณْู َُูุง ุจَุฑّุฉَ، ََِูููู: ุชُุฒَّูู َْููุณََูุง، َูุณَู ّุงَูุง ุฑَุณُُูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุฒََْููุจَ
Dulu Zainab bernama Barrah, sehingga orang berkomentar: dia memuji dirinya sendiri. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menangganti namanya dengan Zainab. (HR. Bukhari 6192 & Muslim 5732)
Dalam riwayat lain, Juwairiyah juga sebelumnya bernama Barrah, kemudian diganti oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama Juwairiyah. (HR. Muslim 5729).
Barrah artinya adalah wanita yang sangat baik sekali.
“...Karena beliau tidak suka apabila beliau dikatakan bahwasanya 'Rasulullah keluar dari kebaikan/kesucian.'”
Contoh: “Nabi mana?”
“Nabi keluar dari barrah (kebaikan).”
---
Al Hafidz Ibnu Qayyim mengatakan bahwa nama memiliki pengaruh pada orang yang diberi nama tersebut.
Kaidah memberi nama:
๐Berikan nama dengan nama yang baik, jika mengandung penghambaan kepada selain Allah, contoh Abdul Rasul, Abdul Malaaika, Abdu Syams, maka itu tidak boleh, harus diganti.
๐Tidak mengandung nama yang khusus untuk Allah, contoh Al-Khaliq (pencipta), Ar Rahmaan, Rabb, Ar Raazaq.
Qowiiy, Haliim maka boleh.
๐Tidak boleh memberi nama anak dengan nama orang kafir/fasik atau kekhususan orang kafir. Contoh: Mathius, George, Paulus.
๐Tidak boleh memberi nama anak dengan nama berhala/thaghut/dewa/dewi.
Contoh: Dewa, Dewi, Siwa, Wisnu
๐Dibenci memberi nama yang mana memberi arti yang jelek atau bisa menjadi bahan olokan
Contoh: Harb (perang), Corona, Covid
๐Dibenci memberi nama yang bisa mengandung arti-arti yang jelek, bisa mengundang syahwat, khususnya untuk anak perempuan, contoh: Bohai
๐Dibenci memberi nama artis/orang fasik.
๐Tidak boleh memberi nama dengan nama yang mengandung dosa/maksiat.
๐Dibenci memberi nama dengan nama-nama hewan yang memiliki sifat yang jelek contoh Kalb (anjing), adapun untuk Asad (singa, maksudnya keberanian) maka boleh.
๐Dibenci memberi nama dengan menyandarkan pada nama Islam dan Diin, contoh Syaikhul Islam, Nurul Islam, Syamsu Diin, Nashirudiin, Muhyii Diin, karena semacam memuji diri.
Syekh Al Albani yang memiliki nama Nashiruddin Al Albani, juga tidak menyukai nama "Nashiruddin" tersebut.
Tetapi para 'ulama, baik Syaikhul Islam maupun 'ulama yang memiliki nama yang disandarkan pada "islam atau diin" , mereka tetap dipanggil dengan nama tersebut, sebagai bentuk penghormatan karena memang mereka terbukti demikian.
๐Makhruh hukumnya memberi nama yang disandarkan kepada lafadz “Allah”, kecuali Abdullah dan Amatullah
Contoh: Hasbullah, Nurullah, Rahmatullah.
๐Menurut sebagian ‘ulama, makhruh hukumnya memberi nama-nama malaikat.
๐Dibenci memberi nama ayat-ayat mutasyabihat, yang mana hanya Allah saja yang tahu maknanya.
Contoh Muhammad Yasin, Muhammad Thaha
---
Urutan nama terbaik:
๐ฑAbdullah dan Abdurrahman
๐ฑSemua nama yang disandarkan kepada Asma’ul Husna, contoh: Abdul Ghaniy, Abdul Latif
๐ฑNama Nabi dan Rasul, khususnya ‘Ulul Azmi
๐ฑMemberi nama dari nama orang-orang shalih, agar mereka tahu bahwa nama mereka adalah nama orang shalih, sehingga mereka berusaha meneladani.
๐ฑMemberi nama yang mengandung makna yang benar dan baik.
---
Nama yang Anda berikan adalah nama yang akan diseru hingga hari kiamat kelak. Oleh karena itu, tidak boleh memberi nama dengan nama-nama yang jelek.
Menurut Abu Zaid (kalau tidak salah dengar, maaf tidak jelas mendengarnya), panduan memberi nama adalah sebagai berikut:
๐Tidak menggunakan nama bertumpuk, cukup satu nama lalu dinisbatkan kepada ayah/kakeknya.
Contoh tidak benar: Joko Waluyo Sido Mulyo,
Contoh yang benar: Muhammad bin Abdullah.
๐Nama yang dibenci adalah yang menggunakan bahasa selain Arab
---
Selesai diringkas di Denpasar, Bali
1 Ramadhan 1441H.
Comments
Post a Comment