Menyiarkan Berita Gembira dan Mengucapkan Selamat di Saat Kelahiran
Bismillahirrahmanirrahim
Kajian ke-7 ini menjelaskan tentang bab "Memperhatikan Anak Pasca Lahir".
Bab ini akan dibagi menjadi beberapa pertemuan.
---
๐ฑ๐ฑ๐ฑ
Selepas kelahiran anak, dianjurkan bagi orang tua atau wali dan orang yang berada di sekitarnya untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
Yang pertama,
dianjurkan untuk menyiarkan berita gembira (al-Bisyaroh) dan mengucapkan selamat (tahni’ah) di saat kelahiran.
Segera setelah persalinan, sebarkan berita gembira ini kepada keluarga dan kerabat agar semua merasa turut gembira atas momen yang penuh suka cita ini.
“Adapun nikmat dari Rabbmu maka sampaikanlah.” [Ad Dhuha: 11]
Tidak semua yang menyampaikan nikmat Allah kepada orang lain, dinilai sombong dan riya’.
Syukur meliputi tiga hal:
๐Dengan hati
๐Dengan lisan (mengucapkan Alhamdulillah dan menyampaikan nikmat yang Allah beri kepada dia)
๐Dengan perbuatan.
Yang menjadi pembeda utama antara orang yang sombong dan orang yang menyampaikan nikmat adalah niat dalam hati.
Di sisi lain, Apabila ketika mendengar kabar gembira dari saudara kita kemudian hati kita sesak, ada yang salah dengan hati kita.
Fitrah manusia menyenangi anak-anak.
ุงْูู َุงُู َูุงْูุจََُููู ุฒَِููุฉُ ุงْูุญََูุงุฉِ ุงูุฏَُّْููุง ۖ َูุงْูุจَุงَِููุงุชُ ุงูุตَّุงِูุญَุงุชُ ุฎَْูุฑٌ ุนِْูุฏَ ุฑَุจَِّู ุซََูุงุจًุง َูุฎَْูุฑٌ ุฃَู ًَูุง
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." [QS. Al-Kahfi: 46]
Mencintai sesuatu yang indah adalah tabiat manusia. Di sisi lain, harta dan anak dapat menjadi ujian bagi manusia.
َูุงุนَْูู ُูุง ุฃََّูู َุง ุฃَู َْูุงُُููู ْ َูุฃََْููุงุฏُُูู ْ ِูุชَْูุฉٌ َูุฃََّู ุงََّููู ุนِْูุฏَُู ุฃَุฌْุฑٌ ุนَุธِูู ٌ
"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." [QS. Al Anfal: 28]
ุฅَِّูู َุง ุฃَู َْูุงُُููู ْ َูุฃََْููุงุฏُُูู ْ ِูุชَْูุฉٌ ۚ َูุงَُّููู ุนِْูุฏَُู ุฃَุฌْุฑٌ ุนَุธِูู ٌ
“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah ujian bagimu, tetapi di sisi Allah ada pahala yang besar.” [QS. At Thagabun: 15]
Di akhir kedua ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa di sisi Allah lah pahala yang besar.
Artinya, jangan sampai nikmat harta dan anak menjadi penyebab kita lalai dari ketaatan kepada Allah.
Orang tua yang lalai, memberikan anaknya segala fasilitas yang itu justru tidak mendidik anaknya, maka hal tersebut akan menjadi musuh bagi orang tua itu sendiri.
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ุฅَِّู ู ِْู ุฃَุฒَْูุงุฌُِูู ْ َูุฃََْููุงุฏُِูู ْ ุนَุฏًُّูุง َُููู ْ َูุงุญْุฐَุฑُُููู ْ ۚ َูุฅِْู ุชَุนُْููุง َูุชَุตَْูุญُูุง َูุชَุบِْูุฑُูุง َูุฅَِّู ุงََّููู ุบَُููุฑٌ ุฑَุญِูู ٌ
"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [At Thagabun: 14]
---
Nikmat paling besar setelah nikmat islam dan iman adalah memiliki anak yang shalih.
Para salaf berkata,
“Keshalihan itu adalah dari Allah, adapun adab dan etika adalah dari orang tuanya.”
Berdo'alah agar dikaruniai anak yang shalih, baik saat sebelum menikah, terlebih ketika sudah menikah.
َูุงَّูุฐَِูู ََُُูููููู ุฑَุจََّูุง َูุจْ ََููุง ู ِْู ุฃَุฒَْูุงุฌَِูุง َูุฐُุฑَِّّูุงุชَِูุง ُูุฑَّุฉَ ุฃَุนٍُْูู َูุงุฌْุนََْููุง ِْููู ُุชََِّููู ุฅِู َุงู ًุง
"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." [QS. Al Furqan: 74]
Di dalam Al-Qur'an terdapat contoh nabi dan orang shalih yang berdo'a kepada Allah meminta keturunan yang baik.
Sebutlah Nabi Zakaria, Nabi Ibrahim, dan Imraan.
َُููุงَِูู ุฏَุนَุง ุฒََูุฑَِّูุง ุฑَุจَُّู ۖ َูุงَู ุฑَุจِّ َูุจْ ِูู ู ِْู َูุฏَُْูู ุฐُุฑَِّّูุฉً ุทَِّูุจَุฉً ۖ ุฅََِّูู ุณَู ِูุนُ ุงูุฏُّุนَุงุกِ
"Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa"." [QS. Ali Imraan: 38]
َูุง ุฒََูุฑَِّูุง ุฅَِّูุง ُูุจَุดِّุฑَُู ุจِุบَُูุงู ٍ ุงุณْู ُُู َูุญَْٰูู َูู ْ َูุฌْุนَْู َُูู ู ِْู َูุจُْู ุณَู ًِّูุง
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia."[QS. Maryam: 7]
Artinya, apabila ingin memiliki anak yang shalih, maka diawali dengan berdo’a.
Hidayah itu di tangan Allah, yang bisa memberikan keshalihan hanya Allah saja.
---
Mengabarkan kelahiran akan menggembirakan hati saudara dan kerabat kita. Memasukkan kegembiraan dalam hati orang lain adalah hal yang dicintai Allah.
---
๐ป๐ป๐ป
Allah berfirman mengisahkan Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู beserta Malaikat:
“Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Ya’qubb. [QS. Hud: 71]
Allah juga berfirman mengisahkan Zakaria ุนููู ุงูุณูุงู di Surat Ali Imran: 39.
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".
---
Adapun tahni’ah (ucapan selamat), memang tidak ada nash spesifik dari Nabi ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู yang menyatakannya kecuali apa yang dikemukakan oleh Ibunda kaum muslimin, ‘Aisyah ุฑุถู ุงููู ุนููุง :
“Rasulullah ketika dibawakan bayi kepada beliau, maka beliau mendoakannya dengan keberkahan dan mentahniknya (mengoles langit-langit mulut bayi dengan kurma yang telah dikunyah).
Dari Abu Bakar bin Al-Mundzir beliau berkata: Diriwayatkan kepada kami dari al-Hasan al-Bashri, bahwa ada seorang pria datang menemui beliau lalu di sampingnya ada seseorang yang baru saja dikaruniai bayi. Maka pria tersebut berkata kepadanya:
“penunggang kuda itu mengucapkan selamat (atas kelahiran anakmu) padamu.”
Al Hasan Al Bashri lalu bertanya:
“Darimana kamu tahu dia itu seorang penunggang kuda ataukah himar (keledai)?”
Pria itu menukas:
“Lalu bagaimana (ucapan selamat yang tepat) untuk kami ucapkan?”
Al Hasan Al Bashri menjawab:
“Ucapkan Buurika laka fii Mauhuub laka wa syakartal Waahib wa Ruzqita Birrohu wa Balagho ayuddahu.”
[Semoga diberi keberkahan kepadamu, dan kaupun bersyukur kepada Sang Pemberi dan dikarunia kebaikannya sehingga ia mencapai kedewasaan].
Doa tersebut di atas bukan sunnah Nabi. Tetapi boleh diucapkan karena doa atas kelahiran anak bebas dan umum, yang penting doanya baik.
Doa selain dari Nabi hendaknya tidak kita senantiasakan.
---
Allah jadikan di pandangan mata kita senang pada anak. Kecintaan kita kepada anak harus lebih rendah ketimbang cinta kepada Allah.
Ada koridor dalam mencintai anak:
Yaitu orang tua mencintai anak sesuai dengan batasannya, tidak melebihi kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Konsekuensinya adalah mendidik anak sesuai dengan Allah dan Rasul-Nya.
“Tidak dikatakan beriman kecuali apabila aku (Rasulullah) lebih dicintai ketimbang orang lain.”
Jangan sampai kecintaan kita terhadap anak-anak kita membuat kita bakhil dan jahil.
Nabi ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู pernah keluar menggendong salah satu cucu beliau, kemudian bersabda, “Demi Allah sesungguhnya kalian itu membuat orang menjadi bakhil dan jahil, padahal kalian itu seperti rayhan dari Allah subhanahu wa ta’ala.”
Rasulullah saat itu sedang memberi penjelasan kepada Para Sahabat bahwa anak-anak bisa membuat orang tuanya menjadi bakhil dan bodoh, padahal anak-anak laksana bunga yang mekar.
Jangan sampai orang tua menjadi sibuk bekerja, berat bersedekah karena takut akan kekurangan kepada anaknya.
Jangan sampai orang tua sampai menjadi sibuk memenuhi keinginan anaknya sehingga meninggalkan majelis ilmu.
---
Anak adalah ujian bagi orang tuanya.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi bersabda, Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada malaikat,
“Kalian telah mengambil putra dari hamba-Ku?” Malaikat menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku? (yang anaknya meninggal)” Malaikat menjawab, “Hambamu bertahmid kepadaMu kemudian beristirja kepada-Mu.” Allah berfirman, “Bangunkanlah hamba-Ku di surga dengan Baitu Hamd.”
Dikarenakan orang tua bersabar atas wafatnya anaknya.
Dicabutnya seorang anak memang ujian berat yang membuat orangtuanya sedih, tetapi apabila kita mampu bersabar dan ridha menerima takdir-Nya, Allah akan siapkan surga baginya. Kematian orang yang dicintai adalah ujian dari Allah, apakah akan membuat dirinya semakin dekat dengan Allah ataukan semakin membuat dirinya marah dengan Allah.
---
Selesai diringkas di Denpasar, Bali
28 Sya'ban 1441H
Kajian ke-7 ini menjelaskan tentang bab "Memperhatikan Anak Pasca Lahir".
Bab ini akan dibagi menjadi beberapa pertemuan.
---
๐ฑ๐ฑ๐ฑ
Selepas kelahiran anak, dianjurkan bagi orang tua atau wali dan orang yang berada di sekitarnya untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
Yang pertama,
dianjurkan untuk menyiarkan berita gembira (al-Bisyaroh) dan mengucapkan selamat (tahni’ah) di saat kelahiran.
Segera setelah persalinan, sebarkan berita gembira ini kepada keluarga dan kerabat agar semua merasa turut gembira atas momen yang penuh suka cita ini.
“Adapun nikmat dari Rabbmu maka sampaikanlah.” [Ad Dhuha: 11]
Tidak semua yang menyampaikan nikmat Allah kepada orang lain, dinilai sombong dan riya’.
Syukur meliputi tiga hal:
๐Dengan hati
๐Dengan lisan (mengucapkan Alhamdulillah dan menyampaikan nikmat yang Allah beri kepada dia)
๐Dengan perbuatan.
Yang menjadi pembeda utama antara orang yang sombong dan orang yang menyampaikan nikmat adalah niat dalam hati.
Di sisi lain, Apabila ketika mendengar kabar gembira dari saudara kita kemudian hati kita sesak, ada yang salah dengan hati kita.
Fitrah manusia menyenangi anak-anak.
ุงْูู َุงُู َูุงْูุจََُููู ุฒَِููุฉُ ุงْูุญََูุงุฉِ ุงูุฏَُّْููุง ۖ َูุงْูุจَุงَِููุงุชُ ุงูุตَّุงِูุญَุงุชُ ุฎَْูุฑٌ ุนِْูุฏَ ุฑَุจَِّู ุซََูุงุจًุง َูุฎَْูุฑٌ ุฃَู ًَูุง
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." [QS. Al-Kahfi: 46]
Mencintai sesuatu yang indah adalah tabiat manusia. Di sisi lain, harta dan anak dapat menjadi ujian bagi manusia.
َูุงุนَْูู ُูุง ุฃََّูู َุง ุฃَู َْูุงُُููู ْ َูุฃََْููุงุฏُُูู ْ ِูุชَْูุฉٌ َูุฃََّู ุงََّููู ุนِْูุฏَُู ุฃَุฌْุฑٌ ุนَุธِูู ٌ
"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." [QS. Al Anfal: 28]
ุฅَِّูู َุง ุฃَู َْูุงُُููู ْ َูุฃََْููุงุฏُُูู ْ ِูุชَْูุฉٌ ۚ َูุงَُّููู ุนِْูุฏَُู ุฃَุฌْุฑٌ ุนَุธِูู ٌ
“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah ujian bagimu, tetapi di sisi Allah ada pahala yang besar.” [QS. At Thagabun: 15]
Di akhir kedua ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa di sisi Allah lah pahala yang besar.
Artinya, jangan sampai nikmat harta dan anak menjadi penyebab kita lalai dari ketaatan kepada Allah.
Orang tua yang lalai, memberikan anaknya segala fasilitas yang itu justru tidak mendidik anaknya, maka hal tersebut akan menjadi musuh bagi orang tua itu sendiri.
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ุฅَِّู ู ِْู ุฃَุฒَْูุงุฌُِูู ْ َูุฃََْููุงุฏُِูู ْ ุนَุฏًُّูุง َُููู ْ َูุงุญْุฐَุฑُُููู ْ ۚ َูุฅِْู ุชَุนُْููุง َูุชَุตَْูุญُูุง َูุชَุบِْูุฑُูุง َูุฅَِّู ุงََّููู ุบَُููุฑٌ ุฑَุญِูู ٌ
"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [At Thagabun: 14]
from @naetokki |
---
Nikmat paling besar setelah nikmat islam dan iman adalah memiliki anak yang shalih.
Para salaf berkata,
“Keshalihan itu adalah dari Allah, adapun adab dan etika adalah dari orang tuanya.”
Berdo'alah agar dikaruniai anak yang shalih, baik saat sebelum menikah, terlebih ketika sudah menikah.
َูุงَّูุฐَِูู ََُُูููููู ุฑَุจََّูุง َูุจْ ََููุง ู ِْู ุฃَุฒَْูุงุฌَِูุง َูุฐُุฑَِّّูุงุชَِูุง ُูุฑَّุฉَ ุฃَุนٍُْูู َูุงุฌْุนََْููุง ِْููู ُุชََِّููู ุฅِู َุงู ًุง
"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." [QS. Al Furqan: 74]
Di dalam Al-Qur'an terdapat contoh nabi dan orang shalih yang berdo'a kepada Allah meminta keturunan yang baik.
Sebutlah Nabi Zakaria, Nabi Ibrahim, dan Imraan.
َُููุงَِูู ุฏَุนَุง ุฒََูุฑَِّูุง ุฑَุจَُّู ۖ َูุงَู ุฑَุจِّ َูุจْ ِูู ู ِْู َูุฏَُْูู ุฐُุฑَِّّูุฉً ุทَِّูุจَุฉً ۖ ุฅََِّูู ุณَู ِูุนُ ุงูุฏُّุนَุงุกِ
"Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa"." [QS. Ali Imraan: 38]
َูุง ุฒََูุฑَِّูุง ุฅَِّูุง ُูุจَุดِّุฑَُู ุจِุบَُูุงู ٍ ุงุณْู ُُู َูุญَْٰูู َูู ْ َูุฌْุนَْู َُูู ู ِْู َูุจُْู ุณَู ًِّูุง
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia."[QS. Maryam: 7]
Artinya, apabila ingin memiliki anak yang shalih, maka diawali dengan berdo’a.
Hidayah itu di tangan Allah, yang bisa memberikan keshalihan hanya Allah saja.
---
Mengabarkan kelahiran akan menggembirakan hati saudara dan kerabat kita. Memasukkan kegembiraan dalam hati orang lain adalah hal yang dicintai Allah.
---
๐ป๐ป๐ป
Allah berfirman mengisahkan Ibrahim ุนููู ุงูุณูุงู beserta Malaikat:
“Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Ya’qubb. [QS. Hud: 71]
Allah juga berfirman mengisahkan Zakaria ุนููู ุงูุณูุงู di Surat Ali Imran: 39.
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".
---
Adapun tahni’ah (ucapan selamat), memang tidak ada nash spesifik dari Nabi ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู yang menyatakannya kecuali apa yang dikemukakan oleh Ibunda kaum muslimin, ‘Aisyah ุฑุถู ุงููู ุนููุง :
“Rasulullah ketika dibawakan bayi kepada beliau, maka beliau mendoakannya dengan keberkahan dan mentahniknya (mengoles langit-langit mulut bayi dengan kurma yang telah dikunyah).
Dari Abu Bakar bin Al-Mundzir beliau berkata: Diriwayatkan kepada kami dari al-Hasan al-Bashri, bahwa ada seorang pria datang menemui beliau lalu di sampingnya ada seseorang yang baru saja dikaruniai bayi. Maka pria tersebut berkata kepadanya:
“penunggang kuda itu mengucapkan selamat (atas kelahiran anakmu) padamu.”
Al Hasan Al Bashri lalu bertanya:
“Darimana kamu tahu dia itu seorang penunggang kuda ataukah himar (keledai)?”
Pria itu menukas:
“Lalu bagaimana (ucapan selamat yang tepat) untuk kami ucapkan?”
Al Hasan Al Bashri menjawab:
“Ucapkan Buurika laka fii Mauhuub laka wa syakartal Waahib wa Ruzqita Birrohu wa Balagho ayuddahu.”
[Semoga diberi keberkahan kepadamu, dan kaupun bersyukur kepada Sang Pemberi dan dikarunia kebaikannya sehingga ia mencapai kedewasaan].
Doa tersebut di atas bukan sunnah Nabi. Tetapi boleh diucapkan karena doa atas kelahiran anak bebas dan umum, yang penting doanya baik.
Doa selain dari Nabi hendaknya tidak kita senantiasakan.
---
Allah jadikan di pandangan mata kita senang pada anak. Kecintaan kita kepada anak harus lebih rendah ketimbang cinta kepada Allah.
Ada koridor dalam mencintai anak:
Yaitu orang tua mencintai anak sesuai dengan batasannya, tidak melebihi kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Konsekuensinya adalah mendidik anak sesuai dengan Allah dan Rasul-Nya.
“Tidak dikatakan beriman kecuali apabila aku (Rasulullah) lebih dicintai ketimbang orang lain.”
Jangan sampai kecintaan kita terhadap anak-anak kita membuat kita bakhil dan jahil.
Nabi ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู pernah keluar menggendong salah satu cucu beliau, kemudian bersabda, “Demi Allah sesungguhnya kalian itu membuat orang menjadi bakhil dan jahil, padahal kalian itu seperti rayhan dari Allah subhanahu wa ta’ala.”
Rasulullah saat itu sedang memberi penjelasan kepada Para Sahabat bahwa anak-anak bisa membuat orang tuanya menjadi bakhil dan bodoh, padahal anak-anak laksana bunga yang mekar.
Jangan sampai orang tua menjadi sibuk bekerja, berat bersedekah karena takut akan kekurangan kepada anaknya.
Jangan sampai orang tua sampai menjadi sibuk memenuhi keinginan anaknya sehingga meninggalkan majelis ilmu.
---
Anak adalah ujian bagi orang tuanya.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi bersabda, Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada malaikat,
“Kalian telah mengambil putra dari hamba-Ku?” Malaikat menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku? (yang anaknya meninggal)” Malaikat menjawab, “Hambamu bertahmid kepadaMu kemudian beristirja kepada-Mu.” Allah berfirman, “Bangunkanlah hamba-Ku di surga dengan Baitu Hamd.”
Dikarenakan orang tua bersabar atas wafatnya anaknya.
Dicabutnya seorang anak memang ujian berat yang membuat orangtuanya sedih, tetapi apabila kita mampu bersabar dan ridha menerima takdir-Nya, Allah akan siapkan surga baginya. Kematian orang yang dicintai adalah ujian dari Allah, apakah akan membuat dirinya semakin dekat dengan Allah ataukan semakin membuat dirinya marah dengan Allah.
---
Selesai diringkas di Denpasar, Bali
28 Sya'ban 1441H
Comments
Post a Comment