Tujuan Pendidikan Anak di Dalam Islam
Bismillahirrahmanirrahim
Kajian ke-4 dari rangkaian kajian "Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak"
---
πππ
Aktivitas tarbiyah tidak akan lepas dari tardib dan ta'lim, mengajarkan adab dan mengajarkan ilmu.
Secara etimologi, tarbiyah berasal dari kata:
✔"Raba-Yarbu" makananya nama-yanmu, perkembangan. Ini sama dengan akar kata riba
✔ yang kedua, berasal dari kata "Robia-Yarba", maknanya nasya'a, bertumbuh.
✔ yang ketiga, berasal dari Rabba-Yarubbu, maknanya Qoma alaihi (yang memimpin/menjaga/memelihara/mengurusi/memperbaiki/mengatur).
hal ini adalah tanggung jawab pemimpin, maksudnya adalah orang tua.
---
'Ulama bahasa ketika berbicara tentang tarbiyah, mereka mengatakan bahwa tarbiyah adalah "menyampaikan sesuatu hingga sampai tingikat kesempurnaannya".
Maksudnya adalah menuju pada tingkat optimalnya, karena manusia tidak ada yang sempurna.
Tarbiyah berarti mengembangkan potensinya,
di dalamnya ada proses, dari satu kondisi ke kondisi setelahnya. Menunjukkan bahwa tarbiyah tidak bisa instan. Ada step yang harus diikuti dan dilewati. Dan langkah-langkah ini pasti ada tujuannya.
---
Langkah-langkah ini harus dilakukan kontinyu sampai mencapai destinasinya. Hal ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah.
Semua proses pendidikan ini adalah untuk menyempurnakan fitrah manusia, mengoptimalkan akal manusia sesuai dengan syari'at Allah, hal ini tdk bisa dilakukan kecuali dengan prinsip-prinsip dan aturan yang sesuai.
---
Pendidikan islam adalah pendidikan yang paling sempurna.
Orang-orang kafir berusaha mengoptimalkan dari sisi dhahir saja (fisik dan akal) tetapi tidak menyentuh masalah hati.
"Suatu hal yang telah jelas bahwa mendidik anak dalam islam memiliki tujuan yang nyata dan spesifik, yaitu mempersiapkan mereka untuk beribadah kepada Allah."
Ini adalah tujuan Allah menciptakan kita.
Diantara kesempurnaan agama kita bahwa namanya ibadah tidak hanya terbatas pada shalat, puasa, haji saja. Semua amalan/aktivitas yg dikerjakan seorang muslim dalam rangka mengharapkan wajah Allah, maka ini termasuk ibadah. Aktivitas keseharian kita jika diniatkan untuk ketaatan kepada Allah, maka akan bernilai ibadah.
Niat bisa menjadikan amalan yang mubah bernilai ibadah.
Yang bisa bernilai ibadah adalah hal yang hukum asalnya mubah. Jika asal perbuatan itu haram, meskipun niatnya baik, maka tidak akan mengubah hakikatnya.
"Tujuan itu tidak menghalalkan segala cara, cara/metode itu mengikuti tujuan."
Asalkan sarananya hukumnya mubah.
Contoh menggunakan zoom ini hukumnya kan mubah, menggunakannya untuk ghibah maka hukumnya aharam.
QS. Al Baqarah: 272
"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya."
---
πΏπΏπΏ
"Dan janganlah kamu berinfak kecuali mencari wajah Allah."
Di antara nikmat terbesar bagi seorang hamba adalah mampu melihat wajah Allah. Tentu Allah berbeda dengan makhluk-Nya, jangan disamakan dengan wajah makhluk-Nya. Ketika Allah sudah menetapkan sebuah sifat-Nya, tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya. Wajah Allah tidak perlu ditakwil menjadi ridha Allah. Akal kita tidak akan mampu menerkanya, karena Allah berbeda dengan makhluk-Nya.
Ketika sudah cinta, tentu kita ingin bertemu dengan yang dicinta. Begitu pula dengan seorang anak ketika sudah mencintai Allah lalu mengatakan, "Aku ingin bertemu Allah, Allah itu seperti apa?" Maka kita katakan, "Kami juga belum mengetahui, nak." Semoga kita bertemu dengan Rasulullah dan para Sahabat Nabi di surga dan mendapatkan tambahan kenikmatan berupa bertemu dengan wajah Allah.
Seseorang akan bersama dengan yang ia cintai. Oleh karena itu jangan sampai membiarkan anak kita cenderung mengikuti syahwatnya, di antaranya adalah mengikuti orang-orang yang lebih mementingkan dunia, mendahulukan kecantikan fisiknya, padahal kebaikan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Ayat mengenai wajah Allah ada di Surat Ar Ruum ayat 38-39
---
π»π»π»
Ketika kita berbicara tentang tujuan pendidikan, ada hadaf dan ghayah.
Hadaf itu sasaran kita, sementara ghayah adalah tujuan tertinggi.
Bahasa lain kita adalah visi dan misi.
Visi adalah acuan terakhir kita, sementara misi adalah bagian-bagian kecil aktivitas yang bisa mengantarkan kita ke visi.
Ghayah kita adalah masuk surga, mendapatkan kemenangan yang paling besar. Adapun hadaf kita, supaya kita bisa menuju ke sana, ada kegiatan-kegiatan yang perlu kita lakukan. Di antaranya adalah, menumbukan fitrah, mengembangkan potensi, mengoptimalkan akal mereka agar bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah fil ard. Khalifah fil ard bukan berarti menggantikan Allah di muka bumi, tetapi menggantikan umat-umat sebelumnya.
Kita harus selektif dalam mengambil ilmu. Dalam makanan saja kita selektif, tetapi soal ilmu kita abai bahkan mengambil sesuai dengan nafsunya. Misalnya adalah mencari pendapat-pendapat yang paling ringan. Ulama menyebutkan orang-orang yang mengambil pendapat-pendapat yang paling sesuai dengan dirinya sebagai orang yang zindiq.
Semua ilmu itu melalaikan kecuali ilmu hadist dan ilmu fiqih.
Ilmu hadits adalah ilmu yang mulia, ketika kita belajar hadits, "Apakah benar ini dari Rasulullah?"
"Barangsiapa berdusta anas namaku, maka siapkan tempat duduknya di api neraka."
---
Fitrah anak bisa tumbuh dengan wahyu Allah. Dengan cara tersebut, fitrah anak tersebut akan terjaga akan murni.
Tujuan utama kita adalah mempersiapkan anak untuk menjadi hamba Allah.
---
Tipe orang yang berpergian:
π Ada yg sudah menentukan tujuan
Diantara mereka ada yang tidak punya ilmu lalu menetapkan tujuan yang salah.
Kita sebagai muslim menjadikan tujuan kita ada di akhirat, yaitu surga Allah.
"Manusia itu sejak dilahirkan, statusnya tidak lepas dari musafir. Dan tidak-lah dari tujuan mereka ini kecuali mereka akan sampai ke surga atau neraka."
π Ada yg punya tujuan tetapi tidak tahu caranya
Diantara mereka:
πΎBerinovasi dan mencari jalan sendiri. Maka mereka hanya mendapat kelelahan. Mereka adalah orang yang semangat tetapi tidak diberi hidayah ilmu.
πΎ Tahu ilmunya tetapi malas untuk mengamalkan.
Syaikh Al Albani mengatakan, "Tidak lah penting apakah engkau mencapai tujuan atau tidak, yang penting adalah engkau ada di jalan kebenaran selama engkau hidup."
Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah Maha Adil. Sebelum melakukan perjalanan, kita diberi bekal berupa fitrah keimanan, ketika anak meninggal sebelum baligh, maka dia masuk surga.
Akal kita adalah sesuatu yang sudah Allah karuniakan sehungga kita bisa memilah-milah, mana yang baik dan mana yang buruk.
Oleh karena itu konsepsi tentang alam semesta, semua ini ada penciptanya, semua ini adalah hamba, yang diberi kemampuan untuk memahami adalah manusia, harusnya hal tersebut membuat kita menjadi seseorang yang lebih baik. Oleh karena itu manusia sebgai khalifah di muka bumi.
Jika peran kita di dunia ini begitu penting, maka tujuan kita di dunia ini pun tdk kalah pentingnya.
Allah sering kali mengajak kita berpikir, mengenai ayat-ayat kauniyah Allah.
Dengan memahami ayat-ayat kauniyah, akan menghadirkan rasa bersyukur anak kepada Allah.
---
Selesai diringkas di Denpasar, Bali
23 Sya'ban 1441H.
Kajian ke-4 dari rangkaian kajian "Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak"
---
πππ
Aktivitas tarbiyah tidak akan lepas dari tardib dan ta'lim, mengajarkan adab dan mengajarkan ilmu.
Secara etimologi, tarbiyah berasal dari kata:
✔"Raba-Yarbu" makananya nama-yanmu, perkembangan. Ini sama dengan akar kata riba
✔ yang kedua, berasal dari kata "Robia-Yarba", maknanya nasya'a, bertumbuh.
✔ yang ketiga, berasal dari Rabba-Yarubbu, maknanya Qoma alaihi (yang memimpin/menjaga/memelihara/mengurusi/memperbaiki/mengatur).
hal ini adalah tanggung jawab pemimpin, maksudnya adalah orang tua.
---
'Ulama bahasa ketika berbicara tentang tarbiyah, mereka mengatakan bahwa tarbiyah adalah "menyampaikan sesuatu hingga sampai tingikat kesempurnaannya".
Maksudnya adalah menuju pada tingkat optimalnya, karena manusia tidak ada yang sempurna.
Tarbiyah berarti mengembangkan potensinya,
di dalamnya ada proses, dari satu kondisi ke kondisi setelahnya. Menunjukkan bahwa tarbiyah tidak bisa instan. Ada step yang harus diikuti dan dilewati. Dan langkah-langkah ini pasti ada tujuannya.
---
Langkah-langkah ini harus dilakukan kontinyu sampai mencapai destinasinya. Hal ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah.
Semua proses pendidikan ini adalah untuk menyempurnakan fitrah manusia, mengoptimalkan akal manusia sesuai dengan syari'at Allah, hal ini tdk bisa dilakukan kecuali dengan prinsip-prinsip dan aturan yang sesuai.
Surabaya |
---
Pendidikan islam adalah pendidikan yang paling sempurna.
Orang-orang kafir berusaha mengoptimalkan dari sisi dhahir saja (fisik dan akal) tetapi tidak menyentuh masalah hati.
"Suatu hal yang telah jelas bahwa mendidik anak dalam islam memiliki tujuan yang nyata dan spesifik, yaitu mempersiapkan mereka untuk beribadah kepada Allah."
Ini adalah tujuan Allah menciptakan kita.
Diantara kesempurnaan agama kita bahwa namanya ibadah tidak hanya terbatas pada shalat, puasa, haji saja. Semua amalan/aktivitas yg dikerjakan seorang muslim dalam rangka mengharapkan wajah Allah, maka ini termasuk ibadah. Aktivitas keseharian kita jika diniatkan untuk ketaatan kepada Allah, maka akan bernilai ibadah.
Niat bisa menjadikan amalan yang mubah bernilai ibadah.
Yang bisa bernilai ibadah adalah hal yang hukum asalnya mubah. Jika asal perbuatan itu haram, meskipun niatnya baik, maka tidak akan mengubah hakikatnya.
"Tujuan itu tidak menghalalkan segala cara, cara/metode itu mengikuti tujuan."
Asalkan sarananya hukumnya mubah.
Contoh menggunakan zoom ini hukumnya kan mubah, menggunakannya untuk ghibah maka hukumnya aharam.
QS. Al Baqarah: 272
"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya."
---
πΏπΏπΏ
"Dan janganlah kamu berinfak kecuali mencari wajah Allah."
Di antara nikmat terbesar bagi seorang hamba adalah mampu melihat wajah Allah. Tentu Allah berbeda dengan makhluk-Nya, jangan disamakan dengan wajah makhluk-Nya. Ketika Allah sudah menetapkan sebuah sifat-Nya, tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya. Wajah Allah tidak perlu ditakwil menjadi ridha Allah. Akal kita tidak akan mampu menerkanya, karena Allah berbeda dengan makhluk-Nya.
Ketika sudah cinta, tentu kita ingin bertemu dengan yang dicinta. Begitu pula dengan seorang anak ketika sudah mencintai Allah lalu mengatakan, "Aku ingin bertemu Allah, Allah itu seperti apa?" Maka kita katakan, "Kami juga belum mengetahui, nak." Semoga kita bertemu dengan Rasulullah dan para Sahabat Nabi di surga dan mendapatkan tambahan kenikmatan berupa bertemu dengan wajah Allah.
Seseorang akan bersama dengan yang ia cintai. Oleh karena itu jangan sampai membiarkan anak kita cenderung mengikuti syahwatnya, di antaranya adalah mengikuti orang-orang yang lebih mementingkan dunia, mendahulukan kecantikan fisiknya, padahal kebaikan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Ayat mengenai wajah Allah ada di Surat Ar Ruum ayat 38-39
---
π»π»π»
Ketika kita berbicara tentang tujuan pendidikan, ada hadaf dan ghayah.
Hadaf itu sasaran kita, sementara ghayah adalah tujuan tertinggi.
Bahasa lain kita adalah visi dan misi.
Visi adalah acuan terakhir kita, sementara misi adalah bagian-bagian kecil aktivitas yang bisa mengantarkan kita ke visi.
Ghayah kita adalah masuk surga, mendapatkan kemenangan yang paling besar. Adapun hadaf kita, supaya kita bisa menuju ke sana, ada kegiatan-kegiatan yang perlu kita lakukan. Di antaranya adalah, menumbukan fitrah, mengembangkan potensi, mengoptimalkan akal mereka agar bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah fil ard. Khalifah fil ard bukan berarti menggantikan Allah di muka bumi, tetapi menggantikan umat-umat sebelumnya.
Kita harus selektif dalam mengambil ilmu. Dalam makanan saja kita selektif, tetapi soal ilmu kita abai bahkan mengambil sesuai dengan nafsunya. Misalnya adalah mencari pendapat-pendapat yang paling ringan. Ulama menyebutkan orang-orang yang mengambil pendapat-pendapat yang paling sesuai dengan dirinya sebagai orang yang zindiq.
Semua ilmu itu melalaikan kecuali ilmu hadist dan ilmu fiqih.
Ilmu hadits adalah ilmu yang mulia, ketika kita belajar hadits, "Apakah benar ini dari Rasulullah?"
"Barangsiapa berdusta anas namaku, maka siapkan tempat duduknya di api neraka."
---
Fitrah anak bisa tumbuh dengan wahyu Allah. Dengan cara tersebut, fitrah anak tersebut akan terjaga akan murni.
Tujuan utama kita adalah mempersiapkan anak untuk menjadi hamba Allah.
---
Tipe orang yang berpergian:
π Ada yg sudah menentukan tujuan
Diantara mereka ada yang tidak punya ilmu lalu menetapkan tujuan yang salah.
Kita sebagai muslim menjadikan tujuan kita ada di akhirat, yaitu surga Allah.
"Manusia itu sejak dilahirkan, statusnya tidak lepas dari musafir. Dan tidak-lah dari tujuan mereka ini kecuali mereka akan sampai ke surga atau neraka."
π Ada yg punya tujuan tetapi tidak tahu caranya
Diantara mereka:
πΎBerinovasi dan mencari jalan sendiri. Maka mereka hanya mendapat kelelahan. Mereka adalah orang yang semangat tetapi tidak diberi hidayah ilmu.
πΎ Tahu ilmunya tetapi malas untuk mengamalkan.
Syaikh Al Albani mengatakan, "Tidak lah penting apakah engkau mencapai tujuan atau tidak, yang penting adalah engkau ada di jalan kebenaran selama engkau hidup."
Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah Maha Adil. Sebelum melakukan perjalanan, kita diberi bekal berupa fitrah keimanan, ketika anak meninggal sebelum baligh, maka dia masuk surga.
Akal kita adalah sesuatu yang sudah Allah karuniakan sehungga kita bisa memilah-milah, mana yang baik dan mana yang buruk.
Oleh karena itu konsepsi tentang alam semesta, semua ini ada penciptanya, semua ini adalah hamba, yang diberi kemampuan untuk memahami adalah manusia, harusnya hal tersebut membuat kita menjadi seseorang yang lebih baik. Oleh karena itu manusia sebgai khalifah di muka bumi.
Jika peran kita di dunia ini begitu penting, maka tujuan kita di dunia ini pun tdk kalah pentingnya.
Allah sering kali mengajak kita berpikir, mengenai ayat-ayat kauniyah Allah.
Dengan memahami ayat-ayat kauniyah, akan menghadirkan rasa bersyukur anak kepada Allah.
---
Selesai diringkas di Denpasar, Bali
23 Sya'ban 1441H.
Comments
Post a Comment