Urgensi Keluarga di Dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim

Kajian ke-3 bahasan Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak oleh Ustadz Abu Salma Muhammad dengan buku rujukan "Al Wajiiz fii Attarbiyah Alawlad".

---
🌿🌿
Keluarga memiliki urgensi yang nyata dalam pendidikan, hal ini disepakati oleh seluruh manusia, baik muslim maupun kafir.

Mengapa demikian? Karena keluarga adalah tempat tumbuh pertama kali bagi seorang anak.

Individu di sekitar anak akan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan anak-anak. Terutama di fase paling penting pada kehidupan anak, yaitu di tahun-tahun pertama kehidupannya.

Di dalam Islam, para 'ulama membagi fase-fase perkembangan, meskipun dengan menggunakan lafadz/redaksi yang berbeda.

Dan ini berangkat dari hadits Rasulullah صلى الله عليه و سلم yang menyuruh anak untuk shalat di usia 7 tahun,

"Perintahkan anakmu untuk shalat ketika usia mereka 7 tahun! Dan pukul ketika usia 10 tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!" [HR. Abu Dawud No.495]

Para 'ulama membagi usia:

1) Di bawah 7 tahun (طفولیت/tufuliyah/kanak-kanak):
💢 Tufuliyah shugra (طفوليت صغير)
Usia 0-2 tahun.

Mengapa sampai 2 tahun? Datang sejumlah dalil dari Al Qur'an maupun hadits untuk menyapih anak di usia 2 tahun. Berarti di usia 2 tahun ini ada sesuatu yang berbeda, ada karakteristik yang berbeda.

💢Tufuliyah kubro (طفوليت كبير)

2) 7-10 thn (mumayyiz)

3) 10-baligh (sekitar 14 thn) (murahiq)

---

Istilah klasifikasi fase perkembangan manusia oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani:

🍒Janin

🍒 Bayi 0-2thn disebut Shobi (dilahirkan, disusui, dan disapih)

🍒2-7thn disebut Ghulam
Seperti pada hadist ketika Rasulullah menasehati Ibnu Abbas رضي الله عنه

يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ

"Wahai anak kecil, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat." [HR. Tirmidzi 2516]

🍒7-10thn disebut Yahik

🍒10thn-baligh disebut Azawirah

Artinya ada step-step yang dialami oleh manusia, hal ini merupakan sesuatu yg bersifat aksiomatis, tidak perlu diamati atau diteliti.

Klasifikasi ilmu:
🍇Ilmu Nadhori
Ilmu yang perlu dilakukan penelitian, contoh masalah shalat, artinya sebelum shalat kita teliti dulu bagaimana dalilnya.

🍇Ilmu Doruri
Ilmu yang bersifat aksiomatis, tidak perlu dicari dalilnya.
Contohnya, Allah itu ahad, kita ini makhluk berarti ada penciptanya. Tanpa perlu berpikir panjang dan menelaah kita sudah tahu.

Kita pasti dapati bahwa manusia itu berkembang dan bertahap.
---

Oleh karena itu penulis mengatakan bahwa fase paling penting adalah di tahun-tahun pertama kehidupannya. Karena usia ini adalah usia dimana sesuatu yang ditanamkan kepada anak akan merasuk sangat dalam sehingga tidak mudah untuk dicabut atau diubah lagi setelahnya.

Bayi diibaratkan sebagai ranting yang masih lunak, artinya masih mudah untuk dibentuk.

Ketika sudah menjadi dahan, tentunya akan sangat sulit untuk dibentuk lagi.

Karakter manusia dibentuk mulai usia dininya.

Imam Hasan Al Basri mengatakan "Mendidik anak di usia kecilnya bagai memahat di atas batu."

  ---

Tampaklah bahwa keluarga memiliki urgensi yang besar dalam membangun masyarakat, keluarga adalah batu bata yang menjadi pondasi untuk membangun bangsa.

Penulis menggunakan metode memberikan perumpamaan. Metode ini sangatlah baik untuk mendidik.

Rasulullah juga menggunakan metode tersebut, contohnya dalam hadits beliau

“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” [HR. Bukhari No. 481]

Baiti Jannati


---

Sungguh musuh-musuh islam menyadari peranan penting keluarga. Mereka tidak segan-segan untuk mengerahkan seluruh tenaga untuk menghancurkan keluarga muslim.

Diantara cara mereka adalah:
🌾Merusak wanita muslimah, membujuk mereka untuk keluar dari peran utama di dalam keluarga dan peran wanita di dalam mempersiapkan generasi kaum muslimin.

Mereka tahu bahwa besarnya suatu negara ada pada wanita, karena wanita adalah pilar negara, sebagai sekolah pertama. Jika mereka keluar rumah, siapa yang akan mendidik anak-anaknya? siapa yg akan mendidik kaum muslimin?

🌾Merusak anak-anak kaum muslimin dengan membuat tempat-tempat pendidikan yang jauh dari keluarga sehingga lebih mudah bagi mereka untuk merusak generasi muda.

Banyak orang kafir membuka beasiswa di kampus-kampus mereka untuk kaum muslimin. Ketika anak-anak itu pulang, mereka membawa virus syubhat orientalis, pemahaman liberalis, dsb.

Mereka dijauhkan dari keluarga sehingga tidak ada yang menasehati dan mengontrol mereka. Di negeri-negeri kafir itu mereka diberi sarana-sarana untuk menyalurkan syahwatnya.

🌾Merusak masyarakat dengan menyebar kerusakan dan kekacauan di dalam masyarakat yang di dalamnya mengandung upaya penghancuran terhadap keluarga, personilnya berikut masyarakatnya.

Hal ini merupakan sunnah kauniyah Allah.

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [QS. Al-Baqarah: 120]

---
Kita memang digiring untuk mengikuti kebiasaan orang kafir. Anak-anak muslimin diserang orang-orang kafir bukan hanya dengan fisik, tetapi juga dengan ghozwul fikri, dengan dua cara:
🍃Syubhat
untuk orang-orang yang bodoh agamanya tapi semangat ibadah
🍃 Syahwat
Syahwat dapat menyerang siapa saja, bahkan alim ulama sekali pun.

---
Orang-orang yang membenci agama kita dikatakan sebagai syaitan. Manusia yang menghalang-halangi orang beriman dari jalan yang benar, sejatinya ia adalah syetan. Syetan manusia ini lebih berbahaya ketimbang syetan dari jenis jin.

Mereka tidak hanya mendhalimi diri sendiri dengan bermaksiat, tetapi mereka juga dhalim kepada orang lain untuk melakukan maksiat.

---

Sebelumnya, para 'ulama telah menyadari betapa pentingnya peran keluarga di dalam pendidikan.

Syaikh Abu Hamid Al Ghazali mengatakan,

💢💢"Sesungguhnya anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Dan hatinya suci, bagaikan permata yang belum dijamah atau masih bebas dari segala guratan. Dan hati itu siap untuk menerima segala bentuk coretan-coretan atau ukiran-ukiran.

Hati akan condong kepada sesuatu yang hati itu diarahkan kepadanya. Jika anak dibiasakan dengan kebaikan dan dididik dengan kebaikan maka dia akan tumbuh di dalam kebaikan itu. Maka kedua orang tuanya akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Demikian pula setiap guru dan pendidiknya.

Akan tetapi jika dibiasakan dengan keburukan, dan ia ditelantarkan sebagaimana hewan ditelantarkan, maka ia akan binasa dan celaka, dan dosanya pun akan menimpa wali atau org tuanya.

Maka sepatutnya, melindunginya, mendidiknya, mengajarkan adab, dan juga membinanya, mengajarkan kedisiplinan dan ilmu, mengajarkan akhlak-akhlak yang mulia, menjaganya dari teman-teman yang buruk, dan hendaknya dia tidak membiasakan anaknya selalu dalam kesenangan, tidak menjadikan anak mencintai kemewahan, sehingga ia akan menyia-nyiakan usianya dalam rangka mencari dunia ketika dia dewasa nanti."💢💢

---

Apa itu keluarga dan apa peran keluarga?

Al Qur'an menyebut keluarga dengan tiga kata:
🌂 Ahlun/Aluu (أهل/ال)
Contoh: ال عمران Aluu Imraan, keluarga Imraan

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

"Sesungguhnya Allah memilih Adam, Nuh, keluarga Imran dan keluarga ibrahim melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)." [QS. Ali Imran: 33]

Ahlun memiliki beberapa makna jika diidhafahkan, contoh:
• Ahlul bait (أهل البيت), pemilik rumah,
maksudnya secara umum, orang yang berada di dalam rumah,
maksudnya secara khusus adalah keluarga Rasulullah.

• Ahlul Islam(أهل الإسلام), umat Islam, pemeluk agama Islam,
maksudnya mereka adalah keluarga kita se-Islam.

• Ahlu Rajuul (أهل الرجول), artinya adalah keluarga seketurunan, senasab dengan orang tadi.

• Ahlullah (أهل الله)

إنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” [HR. Ahmad]

🌂Kurba (قريب)
Orang yang memiliki hubungan kekerabatan

🌂Asyiroh (أشيرة)
Keluarga yang satu keturunan, biasanya jumlahnya banyak.

---

Umumnya ketika bicara keluarga, yang dimaksud adalah suatu kumpulan antara laki-laki dan perempuan yang berkumpul karena hubungan pernikahan, lalu mereka hidup bersama dalam rangka mencari sakinah, mawadah, wa rahmah dan dalam rangka melanggengkan keturunan mereka.

Abu Hamid Al Ghazali menjabarkan tujuan adanya keluarga:

🍄melanggengkan keturunan,

"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." [QS. Al Furqan: 74]

🍄memenuhi hajat manusia, menyalurkan syahwat,

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." [QS. Ali Imraan: 14]

🍄memelihara diri, menjaga kesucian diri, untuk mencapai kesempurnaan agama,

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." [QS. Ar Ruum: 21]

🍄menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam rangka menjalankan kewajiban-kewajiban dan hak-hak dalam rangka melanggengkan amalan kita agar amalan senantiasa mengalirkan pahala.

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." [QS. An Nisaa: 34]

pihak yang dibebani tanggung jawab paling berat adalah laki-laki. Mereka berkewajiban untuk mencari nafkah untuk istri dan anak.

Suami harus memberi nasihat kepada istri terlebih dahulu dengan nasihat terbaik. Rasulullah mengibaratkan wanita seperti gelas-gelas kaca.

🍄membangun negeri/bangsa yang tuma'ninah, damai atas dasar cinta kasih dan kasih sayang.

"Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". [QS. Al A'raf: 189]

---

Selesai diringkas di Denpasar, Bali

22 Sya'ban 1441H.

Comments

Popular posts from this blog

Resign untuk Kedua Kalinya

Alasan BB Hafshah Stuck Berbulan-bulan

Mendidik Tidak Mendadak - Ustadz Abdul Kholiq Hafidzahullah

Bukan Sekedar Pindah ke Kontrakan

Sistem Sekolah: Dulu Tidak Ada Yang Memberitahu Aku Tentang Ini