Dari 0 ke 100

Bismillahirrahmanirrahim

Dulu, di tahun 2018, ketika masa mencari jodoh,

aku pernah membaca tulisan salah seorang temanku yang saat itu sudah memasuki tahun kedua pernikahan.

Kurang lebih begini isinya

"Aku memandang bahwa pernikahan itu lebih baik dibangun dari 0 ke 100 bukan 100 ke 0.

Artinya lebih baik cinta itu tumbuh sedikit demi sedikit ketimbang menikah pada level cinta tertinggi kemudian turun perlahan seiring berjalannya waktu."


Deg.

Air mataku menetes tak tertahankan waktu itu.

Aku sangat setuju dengan apa yang dia katakan.

Betapa memang cinta itu harusnya dibangun perlahan-lahan.

Tidaklah penting apakah kamu mencintai seseorang yang kamu nikahi atau tidak,

karena sejatinya cinta itu proses yang terus bertumbuh.

Cinta itu tumbuh seiring dengan interaksi,

cinta tumbuh dengan hal-hal yang dilalui bersama.



Dan benar, aku merasakannya sekarang.

Aku merasa kadar cintaku kepada suami semakin bertambah ketimbang ketika di awal menikah dulu.

Aku merasa semua hal yang kami lewati bersama, semua kesulitan yang kami hadapi bersama, membuat ikatan hati semakin kuat.



Maka, dear ukhti

Lepaskan siapapun yang tidak memberi kejelasan.

Menikahlah dengan orang yang Allah mudahkan kamu untuk menikah dengannya.

Jangan takut akan was-was syetan.

Jangan takut tidak bisa mencintai orang yang kamu nikahi.

Dengar, sejatinya cinta yang sejati itu tumbuh.

Dari 0 menjadi 1

Dari 1 menjadi 2

dan seterusnya.

Bukan perasaan yang tiba-tiba datang menghampiri karena harta, ketampanan atau perhatian yang bukan pada tempatnya.



Ingatlah satu kaidah yang dulu coba aku terapkan ini.

"Jujurlah kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan permintaan kita."

Jika kita jujur ingin laki-laki yang baik,

maka kita pun harus jujur dengan berusaha mencarinya dengan cara yang baik.

Karena dengan jalan itulah Allah akan ridha, dengan jalan itulah permohonanmu akan mudah untuk dikabulkan.


Tetapi, jika engkau menginginkan laki-laki yang baik,

dan engkau mencarinya dengan jalan yang Allah murkai, seperti pacaran,

maka, jangan salahkan Allah jika terjadi sesuatu pada rumah tanggamu nanti.


Ingatlah, setiap rumah tangga itu pasti diuji, pasti!

Tetapi, bisa jadi ujian yang terjadi adalah sebab dari kesalahan kita di masa lalu, termasuk di masa pra-pernikahan.

Maka, pastikan bahwa jalan yang engkau tempuh benar-benar bersih.

Agar ketika terjadi ujian di rumah tanggamu, engkau menyadari bahwa itu bukan balasan dari perbuatan burukmu dalam mencari pasangan hidup.

---

Ditulis di Denpasar, Bali

3 Syawal 1441H

Selamat Hari Raya Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin
dari dua insan yang sedang belajar mencintai dengan sebaik-baiknya

Comments

  1. Jleb banget mbaak, pengin nangis bacanyaa.. huhu..

    ReplyDelete
  2. Maa sya Allaah.. Baarakallahu Fiik mba, sangat menjadi reminder buat diri ini '')
    Mohon doanya mba untuk para single-lillah ''))

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Parenting Delusion: Hal yang Dianggap Ilmu Parenting, padahal Bukan

02. Pendidikan Karakter Nabawiyah 0-7 Tahun