Memberikan Perhatian di Usia 6 Tahun Pertama Kehidupan Anak (Bag. 2)
Bismillahirrahmanirrahim
Serial ke-15 dari kajian "Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak" yang dibawakan oleh Ustadz Abu Salma Muhammad.
Masih dalam bahasan "Memberikan Perhatian di Usia 6 Tahun Pertama Kehidupan Anak."
---
πππ
Ketiga: Memberikan contoh berupa keteladanan yang baik dari orang tua untuk anaknya dari semenjak periode awal kehidupannya.
Allah Ψ³Ψ¨ΨΨ§ΩΩ Ω ΨͺΨΉΨ§ΩΩ abadikan Luqman dalam Al Quran, padahal beliau bukan nabi ataupun rasul.
Allah menjadikan beliau figur yang patut kita contoh. Allah memuji beliau, dalam surat Luqman ayat ke 12,
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Allah tidak butuh syukur kita, Allah Maha Kaya.
Di antara karunia yang sering kita lalaikan –selain yang dikatakan oleh Nabi berupa kesempatan atau waktu— adalah anak-anak kita.
Kita seringkali lalai betapa anak-anak adalah nikmat dari Allah Ψ³Ψ¨ΨΨ§ΩΩ Ω ΨͺΨΉΨ§ΩΩ yang harus kita jaga, harus kita syukuri.
Ketika Allah titipkan karunia kepada kita, Allah akan bertanya, untuk apa karunia tersebut?
Di antara cara kita menjaga karunia ini adalah memeliharan dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya.
Ini tidak bisa kita lakukan apabila kita tidak belajar. Ini semua butuh ilmu, karena kita tidak sedang menghadapi barang yang kita bisa eksprimen dengannya.
Kita tidak bisa mendidik mereka kecuali dengan pengetahuan, dengan dalil. Ilmu adalah apa-apa yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya.
Berbekallah karena sebaik-baik bekal adalah ketakwaan. Dan takwa tidak bisa diraih kecuali dengan ilmu.
---
πΏπΏπΏ
Mendidik anak di usia 6 tahun (mumayyis)
Penulis menjelaskan pentingnya memberikan contoh berupa keteladanan. Usia 0-2 tahun dominan pendengarannya, usia 3-5 tahun dominan penglihatannya.
Ada alat untuk merespon dengan mencontoh.
Oleh karena itu apabila orangtuanya sering mentalkin dengan kalimat-kalimat taybah, anak akan merespon dengan mencontoh dan menirunya.
Oleh karena itu pendidikan tidak akan efektif kecuali dengan qudwah dengan uswah berupa keteladanan.
Diantara metode pendidikan para salaf yang diterapkan orang-orang kafir di Jepang dan Barat adalah mendahulukan adab sebelum ilmu.
Sayyiduna Ali menafisrkan surah At Tahrim 6 : jagalah diri kalian dan keluarga kalian dengan cara mengajarkan adab dan ilmu.
Imam Malik mengatakan, pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.
Abdullah ibnu Mubarak mengatakan, Kami belajar adab selama 30 tahun dan mempelajari ilmu 20 tahun.
DI usia-usia dini harus kita biasakan anak-anak kita supaya beradab dengan baik
Hadits Riwayat At Thabrani dalam mu’jam al kabir, dengan sanadnya diperselisihkan para ulama, Rasulullah Ψ΅ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΨΉΩΩΩ Ω Ψ³ΩΩ bersabda,
"Ajarkan anak-anak kebaikan. Karena susungguhnya kebaikan adalah kebiasaan."
Kita harus biasakan mereka di atas kebaikan. Agama kita menerangkan seluruh aspek kehidupan. Mulai dari kamar mandi, kamar mandi, terhadap pribadi, terhadap orang lain, dan tertinggi adalah adak kepada Allah.
---
Di antara adab kita kepada Allah adalah bersyukur kepada Allah. Di antara adab kepada Allah adalah selalu muraqabah terahadap Allah sehingga kita selalu tenang karena Allah selalu mengawasi kita.
Lalu adab-adab yang berkaitan dengan perilakuk anak. Metode yang paling baik adalah menggunakan qudwah. Tidak bisa hanya mengatakan, harus dengan contoh.
Namun ada hal yang perlu diperhatikan, sebelum mengajarkan adab kepada anak-anak kita adalah mendidik hati mereka untuk cinta kepada Allah Ψ³Ψ¨ΨΨ§ΩΩ Ω ΨͺΨΉΨ§ΩΩ, Rabb mereka.
Dalam buku ini, kita sudah masuk ke langkah ketiga, yaitu memberikan contoh kepada anak semenjak awal kehidupannya.
Memang awalnya ini adalah tidak berpengaruh. Namun apabila kita biasakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang terarah, yang sesuai dengan adab-adab yang baik, akan berpengaruh kepada anak.
Ayah dan bunda harus memegang teguh kepada manhaj Islam. Islam tidak sebatas keyakinan saja, Islam adalah way of life.
Berbeda dengan sekte murjiah yang hanya bermodalkan yakin, amal tidak punya pengaruh terhadap iman. Padahal iman itu membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dalam perbuatan. Tidak bisa hanya mengaku, “aku beriman”.
Memang benar, kita tidak boleh menilai dari penampilannya saja, tetapi tidak bisa dijadikan untuk melegalkan keburukan.
Memang tidak semua orang yang tidak berjenggot itu buruk, tetapi umumnya orang-orang yang berjenggot itu baik.
Beragama tidak sebatas “aku shalat, aku berzakat,” tetapi dalam muamalah tidak menerapkannya, hanya menganggap Islam sebatas pakaian yang bisa dilepas begitu saja.
---
πΎπΎπΎ
Ayah dan bunda jangan pernah mengira dikarenakan anak tersebut masih kecil, sehingga dikatakan masih belum mengerti. Lalu dengan enaknya orangtua berperilaku dengan perilaku yang salah di depan anaknya.
Padahal itu bisa mempengaruhi mereka, mereka akan mencontoh perilaku kita. Ini akan mempengaruhi kejiwaan mereka karena Allah sudah memberikan alatnya meskipun kesadarannya berkembang belakangan.
Mengajarkan pendidikan kepada anak-anak, jadikan dulu dia cinta kepada Allah. Ini pondasi dalam pendidikan.
Didik dia dengan hikmah,
keteladanan,
kesabaran,
dibiasakan terus menerus, berkesinambungan sampai menjadi kebiasaan bagi mereka.
Lakukan dengan sedikit-sedikit. Jangan langsung semua adab kita ajarkan. Berikan selalu motivasi bahwa Allah sayang.
Tidak bisa kita paksa karena anak-anak bukan robot. Anak kita juga bukan hewan.
---
π»π»π»
π± Di antara adab-adabnya adalah Attayamun, membiasakan mendahulukan dengan tangan kanan.
Mungkin anak-anak masih bingung, tetapi kita biasakan. Misal mengambil makanan, makan dan minum. Apabila dia masih belum tahu, kita ajarkan dengan lemah lembut.
Rasulullah Ψ΅ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΨΉΩΩΩ Ω Ψ³ΩΩ dalam hadits Umar bin Abi Salamah, anak tiri Rasulullah, Umar bin Abi Salamah bercerita, ketika aku dalam pangkuan Rasulullah, aku meraih-meraih makanan lalu Rasul berkata, “Wahai anak, ucapkan bismillah, makanlah dengan tangan kanan, ambil dari yang dekat.”
Apabila anak kita meraih makanan dengan tangan kiri, mungkin kita akan mengatakan, “Heh heh, ambil pakai tangan kanan.” Nabi tidak seperti itu, Nabi mengingkari terlebih dahulu lalu diajarkan dengan lembah lembut.
“Jangan makan kepada tangan kiri karena setan makan dengan tangan kiri.”
Nabi tidak memberikan larangan kepada anak kecil.
Melarang anak mungkin bisa kita pahami, tetapi anak-anak belum bisa memahami larangan dengan baik.
Tetapi apabila kita mengatakan, “Nak, makan dengan tangan kanan ya. Karena Allah sayang melakukan kebaikan dengan tangan kanan.” Ditunjukkan mana tangan kanannya.
Ketika kita melarang, apalagi tidak memberitahukan yang benar, anak akan kehilangan kreativitasnya.
π± Kemudian pada usia mumayyis, kita ajarkan untuk memakai pakaian sendiri. DIdahului dengan bagian kanan dahulu, ketika melepaskannya mendahulukan kiri dulu.
π± Ketika tidur, jangan dibiasakan anak kita tidur dengan telungkup. Kita biasakan untuk tidur berbaring. Namun ini bukan keharusan, ketika anak merasa tidak nyaman, boleh menghadap ke kiri atau ke atas, tetapi jangan telungkup.
Ibu-ibu hamil dianjurkan untuk menghadap ke kanan, karena apabila menghadap kiri tidak baik secara medis.
Namun apabila ada kelainan, boleh menghadap ke kiri apabila ada maslahat baginya.
π± Kita hindarkan pula pada usia ini untuk membiasakan membuka aurat.
π± Pada usia ini kita biasakan pula shalat. Yang dimaksud adalah kita mengajari shalat dengan semua konsekuensi-konsekuensinya (lawazim).
Misal adalah thaharah, menghilangkan kotoran secara maknawi. Di antara lawazim nya shalat adalah menutup aurat. Agar mereka terbiasa untuk menutup aurat meski di luar shalat.
π± Kita cegah anak kecil menghisap jari dan menggigit-gigit kukunya. Ini jorok, sementara agama kita mengajarkan kebersihan.
π± Kita biasakan untuk bersikap itidal dalam makan, minum, dan menjauhi bersikap rakus. Jangan biasakan mereka makan berlebihan sampai kekenyangan.
π± Kita cegah anak bermain-main dengan hidungnya. Apabila ada upilnya, sekadar membuang upilnya tidak masalah.
π± Kita biasakan untuk bertasmiyah (basmalah) dalam semua perbuatan yang baik. Basmalah ini adab kita kepada Allah, karena mendahulukan nama Allah.
π± Kita biasakan anak untuk makan yang dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum orang lain. Apabila ingin mengambil yang jauh, kita ajarkan untuk minta tolong kepada orang lain.
π± Kita cegah untuk memandang makanan dengan tajam dan pada orang yang sedang makan. Apabila tidak suka, ajarkan untuk tidak membuang-buang makanan.
π± Kita biasakan untuk tidak tergesa-gesa dalam makan, mengunyah makanan dengan baik.
π± Kita biasakan untuk memakan makanan yang ada dan tidak mencari-cari makanan yang tidak ada. Kita mengajarkan bentuk qanaah. Kita harus jelaskan dengan cara yang baik.
π± Kita biasakan anak untuk membersihkan mulutnya dengan siwak atau sikat gigi. Kita harus sabar, kita jelaskan pentingnya membersihkan gigi.
π± Kita didik anak untuk sosiocentris, yaitu dengan itsar, mendahulukan orang lain dalam hal makanan. Dia mempersilahkan dulu temannya untuk mengambil terlebih dahulu. Biasakan untuk menawarkan makanan yang dibawa. Kita ajarkan adab supaya mendahulukan temannya, tetangganya atau kerabatnya.
π± Kita biasakan anak untuk mengucapkan tahlil, karena ini dzikir terbaik.
π± Kita biasakan anak untuk bertahmid. Misal habis bersin dan mendoakan orang lain yang bersin.
π± Kita melatih anak untuk menahan menguap. Ajarkan bahwa setan tertawa melihat orang yang menguap lebar. Boleh menguap tetapi kita tutup. Jangan sampai mengeluarkan suara.
π± Kita biasakan untuk berapresiasi, berterima kasih seremeh apapun yang diterimanya.
π± Membiasakan anak untuk tidak memanggil langsung namanya. Kita tidak boleh mengatakan jangan mengucapkan papa atau mama karena itu ada dalam Bahasa Arab
π± Kita biasakan agar tidak berjalan di depan kedua orang tuanya atau yang lebih tua darinya.
π± Kita biasakan anak berjalan di trotoar agar tidak berjalan sembarangan.
π± Kita biasakan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
π± Kita biasakan untuk mengucapkan salam dan membalas salam yang menyalaminya.
π± Kita biasakan talqin berkata-kata dan berbicara dengan bahasa yang benar.
π± Kita biasakan untuk menurut perkataan orang tuanya atau orang yang lebih tua asalakan hal yang mubah.
π± Kita berusaha memperbaiki apabila ada bandel. Ini baik, daripada dibiarkan dalam pembangkangan dan pembadndelan
π± Hendaknya orang tua apresiasi apabila anak menuruti perintah orang tuanya.
π± Tidak melarang bermaing selama masih aman, walaupun membuat bajunya kotor.
π± Kita didik anak untuk tidak beramin dengan mainan yang mengandung gambar-gambar haram, meskiupn ada khilaf di dalamnya.
π± Membiasakan anak untuk menghormati orang lain dengan tidak merampas mainan orang lain meski saudaranya.
---
Selesai diringkas di Monang-Maning,
Denpasar, Bali,
12 Ramadhan 1441H.
Serial ke-15 dari kajian "Bimbingan Praktis dalam Mendidik Anak" yang dibawakan oleh Ustadz Abu Salma Muhammad.
Masih dalam bahasan "Memberikan Perhatian di Usia 6 Tahun Pertama Kehidupan Anak."
---
πππ
Ketiga: Memberikan contoh berupa keteladanan yang baik dari orang tua untuk anaknya dari semenjak periode awal kehidupannya.
Allah Ψ³Ψ¨ΨΨ§ΩΩ Ω ΨͺΨΉΨ§ΩΩ abadikan Luqman dalam Al Quran, padahal beliau bukan nabi ataupun rasul.
Allah menjadikan beliau figur yang patut kita contoh. Allah memuji beliau, dalam surat Luqman ayat ke 12,
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Allah tidak butuh syukur kita, Allah Maha Kaya.
Di antara karunia yang sering kita lalaikan –selain yang dikatakan oleh Nabi berupa kesempatan atau waktu— adalah anak-anak kita.
Kita seringkali lalai betapa anak-anak adalah nikmat dari Allah Ψ³Ψ¨ΨΨ§ΩΩ Ω ΨͺΨΉΨ§ΩΩ yang harus kita jaga, harus kita syukuri.
Ketika Allah titipkan karunia kepada kita, Allah akan bertanya, untuk apa karunia tersebut?
Di antara cara kita menjaga karunia ini adalah memeliharan dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya.
Ini tidak bisa kita lakukan apabila kita tidak belajar. Ini semua butuh ilmu, karena kita tidak sedang menghadapi barang yang kita bisa eksprimen dengannya.
Kita tidak bisa mendidik mereka kecuali dengan pengetahuan, dengan dalil. Ilmu adalah apa-apa yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya.
Berbekallah karena sebaik-baik bekal adalah ketakwaan. Dan takwa tidak bisa diraih kecuali dengan ilmu.
---
πΏπΏπΏ
Mendidik anak di usia 6 tahun (mumayyis)
Penulis menjelaskan pentingnya memberikan contoh berupa keteladanan. Usia 0-2 tahun dominan pendengarannya, usia 3-5 tahun dominan penglihatannya.
Ada alat untuk merespon dengan mencontoh.
Oleh karena itu apabila orangtuanya sering mentalkin dengan kalimat-kalimat taybah, anak akan merespon dengan mencontoh dan menirunya.
Oleh karena itu pendidikan tidak akan efektif kecuali dengan qudwah dengan uswah berupa keteladanan.
Diantara metode pendidikan para salaf yang diterapkan orang-orang kafir di Jepang dan Barat adalah mendahulukan adab sebelum ilmu.
Sayyiduna Ali menafisrkan surah At Tahrim 6 : jagalah diri kalian dan keluarga kalian dengan cara mengajarkan adab dan ilmu.
Imam Malik mengatakan, pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.
Abdullah ibnu Mubarak mengatakan, Kami belajar adab selama 30 tahun dan mempelajari ilmu 20 tahun.
DI usia-usia dini harus kita biasakan anak-anak kita supaya beradab dengan baik
Hadits Riwayat At Thabrani dalam mu’jam al kabir, dengan sanadnya diperselisihkan para ulama, Rasulullah Ψ΅ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΨΉΩΩΩ Ω Ψ³ΩΩ bersabda,
"Ajarkan anak-anak kebaikan. Karena susungguhnya kebaikan adalah kebiasaan."
Kita harus biasakan mereka di atas kebaikan. Agama kita menerangkan seluruh aspek kehidupan. Mulai dari kamar mandi, kamar mandi, terhadap pribadi, terhadap orang lain, dan tertinggi adalah adak kepada Allah.
from @mothergood.ly |
---
Di antara adab kita kepada Allah adalah bersyukur kepada Allah. Di antara adab kepada Allah adalah selalu muraqabah terahadap Allah sehingga kita selalu tenang karena Allah selalu mengawasi kita.
Lalu adab-adab yang berkaitan dengan perilakuk anak. Metode yang paling baik adalah menggunakan qudwah. Tidak bisa hanya mengatakan, harus dengan contoh.
Namun ada hal yang perlu diperhatikan, sebelum mengajarkan adab kepada anak-anak kita adalah mendidik hati mereka untuk cinta kepada Allah Ψ³Ψ¨ΨΨ§ΩΩ Ω ΨͺΨΉΨ§ΩΩ, Rabb mereka.
Dalam buku ini, kita sudah masuk ke langkah ketiga, yaitu memberikan contoh kepada anak semenjak awal kehidupannya.
Memang awalnya ini adalah tidak berpengaruh. Namun apabila kita biasakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang terarah, yang sesuai dengan adab-adab yang baik, akan berpengaruh kepada anak.
Ayah dan bunda harus memegang teguh kepada manhaj Islam. Islam tidak sebatas keyakinan saja, Islam adalah way of life.
Berbeda dengan sekte murjiah yang hanya bermodalkan yakin, amal tidak punya pengaruh terhadap iman. Padahal iman itu membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dalam perbuatan. Tidak bisa hanya mengaku, “aku beriman”.
Memang benar, kita tidak boleh menilai dari penampilannya saja, tetapi tidak bisa dijadikan untuk melegalkan keburukan.
Memang tidak semua orang yang tidak berjenggot itu buruk, tetapi umumnya orang-orang yang berjenggot itu baik.
Beragama tidak sebatas “aku shalat, aku berzakat,” tetapi dalam muamalah tidak menerapkannya, hanya menganggap Islam sebatas pakaian yang bisa dilepas begitu saja.
---
πΎπΎπΎ
Ayah dan bunda jangan pernah mengira dikarenakan anak tersebut masih kecil, sehingga dikatakan masih belum mengerti. Lalu dengan enaknya orangtua berperilaku dengan perilaku yang salah di depan anaknya.
Padahal itu bisa mempengaruhi mereka, mereka akan mencontoh perilaku kita. Ini akan mempengaruhi kejiwaan mereka karena Allah sudah memberikan alatnya meskipun kesadarannya berkembang belakangan.
Mengajarkan pendidikan kepada anak-anak, jadikan dulu dia cinta kepada Allah. Ini pondasi dalam pendidikan.
Didik dia dengan hikmah,
keteladanan,
kesabaran,
dibiasakan terus menerus, berkesinambungan sampai menjadi kebiasaan bagi mereka.
Lakukan dengan sedikit-sedikit. Jangan langsung semua adab kita ajarkan. Berikan selalu motivasi bahwa Allah sayang.
Tidak bisa kita paksa karena anak-anak bukan robot. Anak kita juga bukan hewan.
---
π»π»π»
π± Di antara adab-adabnya adalah Attayamun, membiasakan mendahulukan dengan tangan kanan.
Mungkin anak-anak masih bingung, tetapi kita biasakan. Misal mengambil makanan, makan dan minum. Apabila dia masih belum tahu, kita ajarkan dengan lemah lembut.
Rasulullah Ψ΅ΩΩ Ψ§ΩΩΩ ΨΉΩΩΩ Ω Ψ³ΩΩ dalam hadits Umar bin Abi Salamah, anak tiri Rasulullah, Umar bin Abi Salamah bercerita, ketika aku dalam pangkuan Rasulullah, aku meraih-meraih makanan lalu Rasul berkata, “Wahai anak, ucapkan bismillah, makanlah dengan tangan kanan, ambil dari yang dekat.”
Apabila anak kita meraih makanan dengan tangan kiri, mungkin kita akan mengatakan, “Heh heh, ambil pakai tangan kanan.” Nabi tidak seperti itu, Nabi mengingkari terlebih dahulu lalu diajarkan dengan lembah lembut.
“Jangan makan kepada tangan kiri karena setan makan dengan tangan kiri.”
Nabi tidak memberikan larangan kepada anak kecil.
Melarang anak mungkin bisa kita pahami, tetapi anak-anak belum bisa memahami larangan dengan baik.
Tetapi apabila kita mengatakan, “Nak, makan dengan tangan kanan ya. Karena Allah sayang melakukan kebaikan dengan tangan kanan.” Ditunjukkan mana tangan kanannya.
Ketika kita melarang, apalagi tidak memberitahukan yang benar, anak akan kehilangan kreativitasnya.
π± Kemudian pada usia mumayyis, kita ajarkan untuk memakai pakaian sendiri. DIdahului dengan bagian kanan dahulu, ketika melepaskannya mendahulukan kiri dulu.
π± Ketika tidur, jangan dibiasakan anak kita tidur dengan telungkup. Kita biasakan untuk tidur berbaring. Namun ini bukan keharusan, ketika anak merasa tidak nyaman, boleh menghadap ke kiri atau ke atas, tetapi jangan telungkup.
Ibu-ibu hamil dianjurkan untuk menghadap ke kanan, karena apabila menghadap kiri tidak baik secara medis.
Namun apabila ada kelainan, boleh menghadap ke kiri apabila ada maslahat baginya.
π± Kita hindarkan pula pada usia ini untuk membiasakan membuka aurat.
π± Pada usia ini kita biasakan pula shalat. Yang dimaksud adalah kita mengajari shalat dengan semua konsekuensi-konsekuensinya (lawazim).
Misal adalah thaharah, menghilangkan kotoran secara maknawi. Di antara lawazim nya shalat adalah menutup aurat. Agar mereka terbiasa untuk menutup aurat meski di luar shalat.
π± Kita cegah anak kecil menghisap jari dan menggigit-gigit kukunya. Ini jorok, sementara agama kita mengajarkan kebersihan.
π± Kita biasakan untuk bersikap itidal dalam makan, minum, dan menjauhi bersikap rakus. Jangan biasakan mereka makan berlebihan sampai kekenyangan.
π± Kita cegah anak bermain-main dengan hidungnya. Apabila ada upilnya, sekadar membuang upilnya tidak masalah.
π± Kita biasakan untuk bertasmiyah (basmalah) dalam semua perbuatan yang baik. Basmalah ini adab kita kepada Allah, karena mendahulukan nama Allah.
π± Kita biasakan anak untuk makan yang dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum orang lain. Apabila ingin mengambil yang jauh, kita ajarkan untuk minta tolong kepada orang lain.
π± Kita cegah untuk memandang makanan dengan tajam dan pada orang yang sedang makan. Apabila tidak suka, ajarkan untuk tidak membuang-buang makanan.
π± Kita biasakan untuk tidak tergesa-gesa dalam makan, mengunyah makanan dengan baik.
π± Kita biasakan untuk memakan makanan yang ada dan tidak mencari-cari makanan yang tidak ada. Kita mengajarkan bentuk qanaah. Kita harus jelaskan dengan cara yang baik.
π± Kita biasakan anak untuk membersihkan mulutnya dengan siwak atau sikat gigi. Kita harus sabar, kita jelaskan pentingnya membersihkan gigi.
π± Kita didik anak untuk sosiocentris, yaitu dengan itsar, mendahulukan orang lain dalam hal makanan. Dia mempersilahkan dulu temannya untuk mengambil terlebih dahulu. Biasakan untuk menawarkan makanan yang dibawa. Kita ajarkan adab supaya mendahulukan temannya, tetangganya atau kerabatnya.
π± Kita biasakan anak untuk mengucapkan tahlil, karena ini dzikir terbaik.
π± Kita biasakan anak untuk bertahmid. Misal habis bersin dan mendoakan orang lain yang bersin.
π± Kita melatih anak untuk menahan menguap. Ajarkan bahwa setan tertawa melihat orang yang menguap lebar. Boleh menguap tetapi kita tutup. Jangan sampai mengeluarkan suara.
π± Kita biasakan untuk berapresiasi, berterima kasih seremeh apapun yang diterimanya.
π± Membiasakan anak untuk tidak memanggil langsung namanya. Kita tidak boleh mengatakan jangan mengucapkan papa atau mama karena itu ada dalam Bahasa Arab
π± Kita biasakan agar tidak berjalan di depan kedua orang tuanya atau yang lebih tua darinya.
π± Kita biasakan anak berjalan di trotoar agar tidak berjalan sembarangan.
π± Kita biasakan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
π± Kita biasakan untuk mengucapkan salam dan membalas salam yang menyalaminya.
π± Kita biasakan talqin berkata-kata dan berbicara dengan bahasa yang benar.
π± Kita biasakan untuk menurut perkataan orang tuanya atau orang yang lebih tua asalakan hal yang mubah.
π± Kita berusaha memperbaiki apabila ada bandel. Ini baik, daripada dibiarkan dalam pembangkangan dan pembadndelan
π± Hendaknya orang tua apresiasi apabila anak menuruti perintah orang tuanya.
π± Tidak melarang bermaing selama masih aman, walaupun membuat bajunya kotor.
π± Kita didik anak untuk tidak beramin dengan mainan yang mengandung gambar-gambar haram, meskiupn ada khilaf di dalamnya.
π± Membiasakan anak untuk menghormati orang lain dengan tidak merampas mainan orang lain meski saudaranya.
---
Selesai diringkas di Monang-Maning,
Denpasar, Bali,
12 Ramadhan 1441H.
Comments
Post a Comment