Pelajaran Berharga dari Mapres PKN STAN 2016

Bismillahirrahmanirrahim

Kisah ini ditulis sebagai bentuk healing untuk diri sendiri.

Semoga bisa diambil ibrahnya.

---

Saat itu tahun 2016.

Tahun dimana kampusku bertranformasi,

dari STAN menjadi Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN.

Banyak perbuahan yang terjadi saat itu.

Kalung jurusan yang warnanya berubah,

sistem kredit dosen yang berubah,

dll.

Gedung G PKN STAN

Di tahun itu pula ada ajang bergengsi bernama "Mahasiswa Berprestasi" yang baru pertama kali diselenggarakan.

Yup, Mahasiswa Berpestasi (Mapres) 2016 adalah ajang mapres pertama yang ada di kampusku.

Aku yang mengetahui tentang ajang itu ragu-ragu untuk mendaftar.

Aku takut keikutsertaanku dalam ajang itu akan memecah fokus belajarku ysng takut DO dari semester 4.

Yup, saat itu aku ada di semester 4 Jurusan Akuntansi, semester paling berat.

Singkat cerita, di hari-hari akhir pendaftaran aku pun menyerahkan berkas kelengkapan ke BEM PKN STAN.

Akhirnya aku mendaftar atas desakan beberapa teman, utamanya teman sekelas.


Selang beberapa hari, hasil seleksi administrasi pun muncul.

Alhamdulillah, namaku ada disana!

Tahap selanjutnya adalah Tes Tulis.

Aku ingat sekali, aku datang ke suatu ruangan saat itu dan bertemu dengan wajah-wajah asing.

Tes Tulis ini meliputi:
πŸƒ Tes Potensi Akademik 100 menit 120 Soal
πŸƒ Tes Pengetahuan Umum 50 Menit 100 Soal
πŸƒ Tes Academic English 50 menit 60 Soal (Error Recognition 30, Structure 15, Reading 15)
πŸƒ Tes Ilmu Keuangan 60 menit 60 soal


Singkat cerita, pengumuman Tes Tulis pun keluar.

Hasil Tes Tulis

Alhamdulillah, namaku kembali ada pada pengumuman itu.

Aku yang mendaftar di hari-hari akhir dan mendapat nomor pendaftaran 35 menjadi peserta terakhir dalan list itu.


Tahap selanjutnya adalah Tes Wawancara.

Deg.

Aku takut.

Aku takut tidak bisa menjawab.

Aku takut tidak bisa karena harus Bahasa Inggris.

Aku takut.

Aku takut.

Perasaan takut terus menghantuiku.

Tetapi, saat itu aku tetap maju dan berusaha melawan rasa takut itu.

Hari itu, ketika cuaca mendung, aku berjalan menuju kampus untuk Tes Wawancara.

Alhamdulillah, yang mewawancarai aku adalah dosenku sendiri.

Bapak Ahmad Toha, dosen Akuntansi Keuangan Menengah I di semster 3.

Keteganganku pun mulai turun. Aku menjalani tes itu sebagaimana aku berkomunikasi sehari-hari dengan dosenku.

Ada 7 aspek yang dinilai dalam Tes Wawancara:
1. Kepribadian
2. Interaksi Sosial
3. Edukasi dan Wawasan
4. Motivasi dan Kreativitas
5. Etika dan Penampilan
6. Kemampuan Bahasa Inggris
7. Interaksi Sosial

Selesai tes tersebut, aku pun pulang dengan perasaan lega.

Lega karena berhasil melawan rasa takutku sendiri.


Beberapa hari kemudian, hasil Tes Wawancara pun muncul.

Alhamdulillah, namaku kembali ada dalam daftar itu.

Aku resmi menjadi 18 besar Mapres PKN STAN 2016 yang berhak membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk tahap selanjutnya.

Pada tanggal 14 Ramadhan 1437H, sepulang dari seminar yang diadakan oleh MBM di Gedung G, aku menuju ruang kelas persiapan KTI.

Saat itu Bapak Tanda Setya menjadi pembicara dalam kelas KTI tersebut.

"Orang boleh pandai setinggi langit, selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat, ia akan hilang dari sejarah," ucap Pak Tanda.

Aku saat itu antara antusias dan tidak antusias.

Aku senang karena ini adalah pengalaman pertama aku mengikuti kelas KTI, tetapi di sisi lain aku takut tidak bisa mengerjakan.

Tahun terakhir menggunakan kalung biru


KTI tersebut diberi waktu selama satu bulan.

Saat itu sudah lebaran dan aku pulang ke Surabaya.

Aku mulai pusing. Bingung harus bagaimana, bingung harus menulis apa.

Saat itu aku terpikirkan sebuah tema, tetapi ternyata hipotesisku berlawanan dengan kenyataan.

Aku benar-benar clueless.

Aku berusaha pergi ke tempat pengolah data di Surabaya,

tetapi nihil.

Aku tetap tidak memiliki ide untuk ditulis.

Aku berusaha menghubungi teman yang berpengalaman di dunia KTI.

Tetapi tetap saja, KTI masih remang-remang bagiku.

Aku sedih.

Aku ingin menyerah.

Terlebih, saat itu sudah mendekati UAS semester 4.

Aku takut DO saat itu, sangat takut sekali.


Ketika kembali ke Bintaro, aku memutuskan tidak melanjutkan KTI yang sudah sedikit aku kerjakan.

Ya, aku kalah.

Aku kalah dari diriku sendiri.

Aku kalah dengan rasa takutku.

Aku memilih mencari aman dengan fokus belajar untuk UAS semester 4.

🌾🌾🌾

Jujur, jika dikenang, memang rasa penyesalan itu masih ada.

Mengapa dulu aku kalah dengan rasa takutku?

Mengapa dulu aku tidak minta bantuan dosen yang mengenalku?

Dan berbagai pertanyaan 'mengapa' lainnya.

Terlebih jika membaca catatanku, sesungguhnya ada banyak ide yang bisa dituliskan.

Tentang Akuntansi Sukuk yang belum ada misalnya.



Ternyata benar sebuah quote yang menyatakan bahwa "Seseorang akan menyesali hal yang tidak dia lakukan di masa lalu."

Yup, rasa penyesalan itu masih ada.


Tidak masalah sesungguhnya jika aku pada akhirnya tidak menang, asalkan pernah mencoba untuk menulis KTI itu.

Tetapi sayang, dulu aku bukanlah seorang pemberani.

Aku kalah dengan rasa takutku sendiri.


🌾🌾🌾

Ternyata benar ya, sebagai manusia, kita ini lemah sekali.

Jika Allah tidak memberi petunjuk, tidak memberi jalan, lalu kita bisa apa?

Aku yang cluless saat itu benar-benar merasakan bahwa semua yang kita lakukan itu adalah karena pertolongan Allah.

Bahkan perkara mengalahkan rasa takut saja ternyata tidak mudah jika Allah tidak membantu kita.

Yaa Allah 😭😭😭

Apa yang mau disombongkan dari diri sendiri yang lemah?

Semua pencapaian yang kita dapat adalah karena Allah memudahkannya.

🌾🌾🌾

Pelajaran berhara banget yang aku dapat dari peristiwa ini adalah tentang betapa pentingnya membangun mental.

Ketika Allah sudah memberi kesempatan, sudah membukakan jalan, tetapi kita tidak berani untuk melangkah, maka rasa sesal di kemudian hari-lah yang akan dirasa.

Berhasil atau tidak itu bukanlah hal yang utama,

hal utama yang harus kita lakukan adalah mencoba.

---

Ditulis di Depansar, Bali

14 Syawal 1441H.

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!