Cinta Pertama Anak Broken Home
Kata orang, cinta pertama seorang anak perempuan jatuh kepada ayahnya.
Tetapi, bagaimana dengan anak broken home?
--
Tulisan ini bermula dari banyaknya ucapan selamat hari ayah hari ini.
Ayah. Sosok yang tidak hadir dalam ingatan masa kecilku. Bukan. Aku sedang tidak bermaksud menyalahkan kedua orang tuaku karena perceraian mereka. Aku hanya ingin menuliskan apa yang mungkin bermanfaat bagi sesama anak broken home di luar sana.
Kalau boleh jujur, aku jarang sekali menangisi hal ini (baca: broken home). Keluargaku tidak utuh. Ya, benar, keluargaku memang tidak utuh. Tetapi aku memang pantang menangisi hal ini karena aku rasa tangisanku juga tidak mengubah apapun.
Sedih pasti pernah dirasa. Cemburu kepada anak perempuan lain tidak sekali dua kali terjadi. Se-nggak kenapa kenapa-nya anak broken home tentu saja mereka tetap kenapa-kenapa yang sering sekali mereka sembunyikan dari khalayak.
--
Jujur, ketika kecil, aku memang tidak merasakan perlindungan dari seorang laki-laki. Hidup berdua dengan ibu, aku terbiasa membela diri sendiri ketika ditindas orang lain. Aku terbiasa tidak mendapat pelukan hangat dari seorang ayah untuk menenteramkan jiwa, dll.
Bisa dibilang, Rahma kecil adalah sosok yang bisa menerima ketidakutuhan keluarganya. Dia adalah anak yang tegar. Dia adalah anak yang kuat.
Tetapi, ada suatu masa ketika perasaanku tak karuan ketika mengingat hal ini. Sungguh aneh, padahal saat itu usiaku sudah 22 tahun. Usia yang seharusnya lebih tegar ketimbang diriku di masa kecil. Tetapi saat itu aku merasakan rasa cemburu luar biasa kepada teman-teman perempuanku yang begitu terjaga dengan keberadaan ayah mereka.
“Yaa Allah, mengapa? Mengapa anak perempuan lain merasakan perlindungan dari ayahnya dan aku tidak? Mengapa anak perempuan lain bisa begitu terjaga dengan kehadiran ayahnya? Mengapa aku harus merasakan ini sejak kecil? Yaa Allah, apakah Kau tidak kasihan denganku? Apa aku tidak berhak mendapat hal yang sama dengan mereka?”
Aku ingat sekali, pertanyaan itu terjadi di salah satu malam Ramadhan tahun 2018. Aku sedih, aku kecewa, aku terluka. Tetapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Memang sudah takdirnya demikian.
Saat itu, untuk menenteramkan jiwa, aku mengingat ayat Allah yang artinya:
“Bukankah Allah adalah hakim yang seadil-adilnya?” (Surat At Tin: 8)
Tidak terasa air mata pun menetes di pipi. Ya, aku yakin. Allah Maha Adil. Kalau perlindungan seorang laki-laki tidak bisa aku rasakan sekarang, mungkin nanti. Kalau kasih sayang seorang laki-laki tidak aku dapatkan sekarang, masih ada hari esok. Begitu pikirku.
Mungkin di usia itu rasa sensitivitasku begitu tinggi. Rasa ingin disayangi, rasa ingin dijaga, hal-hal yang tidak aku dapatkan ketika kecil itu seolah mengamuk meminta haknya.
Dalam do’a yang kupanjatkan, aku meminta kepada-Nya laki-laki yang baik dan tulus cintanya. Kalau memang tangki cintaku tidak penuh ketika kecil, kalau memang aku tidak merasakan keutuhan keluarga sejak kecil, aku berharap Allah mengizinkan aku merasakan apa itu yang namanya keutuhan keluarga ketika aku menikah nanti. Begitu pikirku.
Dan Alhamdulillah, Allah Maha Adil. Allah mengabulkan permohonanku.
Kasih sayang dan perlindungan seorang laki-laki yang tidak aku dapatkan ketika kecil, kini aku dapatkan dari seorang laki-laki yang bersedia bertanggung jawab atas diriku, dialah suamiku.
--
Tulisan ini aku buat dengan tujuan…
“Hai kamu seorang gadis yang mengalami pahitnya ketidakutuhan keluarga, kamu adalah orang yang hebat, maka Allah mengujimu dengan ujian yang tak biasa. Kamu adalah orang yang tegar, maka ujianmu diluar batas ujian orang rata-rata. Aku tahu kamu sedih, aku tahu kamu kecewa, aku tahu kamu marah. Aku tahu semua yang kamu rasakan. Rasa yang tidak akan dimengerti oleh orang lain yang keluarganya baik-baik saja.
Mungkin kamu tidak tahu apa itu yang disebut cinta pertama bagi seorang anak perempuan, tetapi kamu tahu apa itu cinta kepada diri sendiri, cinta yang membuatmu harus tegar, harus kuat, harus bertahan.
Kamu yang begitu baik, kamu akan melihat keadilan Allah, entah besok, entah pekan depan, entah bulan depan, atau bertahun-tahun lagi. Allah tidak pernah meninggalkanmu.
Jikalau kamu merasa tidak ada laki-laki yang melindungimu, Allah ingin membuat kamu sadar bahwa sepantasnyalah kamu hanya bergantung kepada-Nya karena hanya Dia yang melindungimu.
Jikalau kamu cemburu bahwa anak perempuan lain mendapatkan cinta yang utuh dari kedua orang tuanya, Allah ingin kamu yakin bahwa Dia mencintaimu. Dan tidak ada yang lebih menyayangimu kecuali Dia.”
---
Ditulis di Denpasar, Bali
12 November 2020
24 Rabi'ul Awwal 1442H
credit to: freepik.com |
Comments
Post a Comment