Sudah Banyak Belajar tapi Masih Gini-gini Aja?

Bismillahirrahmanirrahim

Sudah berapa usiamu saat ini?
24? 25?

Tidak, bukan itu yang mau aku tanyakan sesungguhnya.
Yang mau aku tanyakan adalah...

Sudah berapa tahun kau berkutat dengan hal yang kau sebut belajar?

Ilmu adalah cahaya


---

Wajib belajar 12 tahun telah membuat kita menghabiskan waktu 12 tahun di bangku sekolah untuk mengenyam pendidikan yang kita sebut belajar. 

Tetapi, coba aku tanya sekarang...

Berapa persen dari pelajaran di sekolah yang masih menempel di kepala kita saat ini?
Berapa persen dari pelajaran di sekolah yang masih kau pakai?

---

Pertanyaan-pertanyaan di atas seolah menghantuiku beberapa waktu terakhir

Bukan tentang pelajaran di sekolah, tetapi lebih kepada hal-hal yang aku pelajari selepas kuliah.

Pertanyaan ini muncul sebagai renungan atas diriku sendiri yang kini telah menginjak tahun ketiga lepas dari yang namanya kurikulum pendidikan formal.

Ya, selepas lulus kuliah, aku merasa sangat bebas. Aku bisa belajar apapun yang aku mau. Tidak perlu belajar hal yang tidak aku suka seperti ketika sekolah maupun kuliah yang menggunakan kurikulum.

Tetapi, tahukah kamu apa boomerang dari itu semua?

Overload. 

Tidak terkontol.

---

Seolah semua kelas online ingin aku ikuti

Seolah semua informasi penting ingin aku lahap

Kulwap ini itu, seminar ini itu, kelas online ini itu...

Yang tak jarang berakhir dengan tabrakan jadwal, chat WA yang terasa penuh, atau diri sendiri yang merasa lelah menatap layar.

Ada yang merasakan hal yang sama?

---

Baiklah...

Pertanyaan ini kemudian membuatku mau tidak mau harus mengakui bahwa apa yang dikatakan suamiku itu benar

Dia pernah berkata kurang lebih,
"Jangan banyak-banyak ikut kelas online, nanti diri sendiri ngga kuat. Sedikit lebih baik, asal diresapi."

Dia pun yang mungkin mulai jengah melihatku minta izin ikut kelas online/kulwap/seminar ini itu, dia mencoba mencarikan aku alternatif kegiatan offline.

"Belajar baik online maupun offline itu baik. Tetapi dengan belajar offline, bukan hanya ilmu kognitif yang kita dapat, melainkan juga interaksi dengan orang lain. Dan itulah yang kita butuhkan di zaman ini," kata dia.

Dia pun menambahkan, "Dengan interaksi, kita dapat mengambil ibrah cerita hidup seseorang yang itu ngga akan kita dapat kalau belajar lewat zoom atau youtube."

#Jleb

I do know bahwa itu benar

Tapi terkadang rasa ingin tahuku begitu besar sampai aku tidak bisa menilai kemampuan diri sendiri.

---

Tidak...

Aku rasa bukan itu penyebab utamanya...

Penyebab utama mengapa aku ingin ikut kelas ini itu adalah karena aku takut tertinggal. 

Ya, setelah aku berdialog lebih dalam dengan diriku sendiri, aku takut tertinggal kompetensi dengan orang lain.

Dan ternyata itulah penyebab mengapa ilmu hanya lalu lalang tanpa sempat singgah di pikiran dan hati.

Ketika ikut kulwap ini, tidak semua materi atau sesi tanya jawab aku baca...

Ketika ikut seminar itu, tidak ada keinginanku untuk mencatatnya....

Ketika ikut kelas ini itu, raga dan jiwaku terasa berat sehingga tak jarang aku ingin kelas cepat selesai.

---
😢😢😢😢😢

Apa sih yang aku cari?

Pengakuan?

Rasa bangga karena lebih hebat dari orang lain?

Astaghfirullah...

Aku menemukan jawaban mengapa diriku masih begini-begini saja, mengapa kompetensiku rasanya tidak bertambah...

Itu semua karena niatku yang keliru...

Bersyukur Allah masih menyadarkanku lewat berdialog dengan diri sendiri

Bahkan ketika menuliskan ini pun rasanya lancar sekali, ya dialog dalam bentuk tulisan ini telah membuat aku menyadari kesalahanku.

---
Salah seorang ustadzahku, beliau memulai belajar Bahasa Arab di tahun 2014 dan saat ini beliau sudah sangat mahir, menjadi pengajar kelas baca kitab dimana-mana, dan ikut kuliah jarak jauh di Mesir dengan bahasa pengantar Bahasa Arab.

Seketika aku merasa rendah. Aku belajar Bahasa Arab dari tahun 2015, hanya selisih setahun dari beliau. Tetapi komepetensi kami berbeda jauh.

Mungkin inilah sebabnya. Niat yang belum bersih. Perasaan takut tertinggal dari orang lain.

---

Bagimu siapa pun yang membaca tulisan ini, semoga kau mendapat ibrah dari apa yang aku tulis.

Belajar boleh, tetapi ukur kemampuan dirimu.

Belajar boleh, tetapi luruskan dulu niatmu.

---

Ditulis di Denpasar, Bali

23 Rabi'ul Awwal 1441H








Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!