Dunia Ini Rendah: Pelajaran Parenting dari Ayah Musa Hafidz Cilik Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim
Kemarin ketika buka facebook, ada postingan Musa Hafidz Cilik Indonesia (yang dikelola oleh ayahnya).
Musa sekarang sudah besar, sudah berusia 12 tahun. Wajah polosnya kini berubah menjadi remaja yang bertanggung jawab.
Postingan itu berbunyi bahwa Musa telah selesai mengkhatamkan seluruh hadits di kitab Bulughul Maram yang jumlahnya seribu lebih.
Masyaa Allah.
Jarang sekali ada remaja yang seperti ini. Kita tahu bahwa Musa hafal Al-Qur'an sekitar usia 6 tahun dan kini dia telah menghafal matan dan sanad hadits yang jumlahnya ribuan.
---
Ayah Musa adalah satu dari sekian juta ayah lainnya di muka bumi ini. Hanya saja, menurut pandangan saya, ayah Musa adalah satu contoh dari orang tua yang tidak kehilangan orientasi dalam mendidik anak.
Bayangkan ya Bapak Ibu, coba bayangkan.
Di zaman sekarang ini, ketika anak-anak lain disekolahkan, dibimbelkan kesana kemari, diikutkan les macam-macam agar tidak kalah kompetensi dengan anak-anak seusianya, ayah Musa tetap memilih anaknya menghafal fokus menghafal Al-Qur'an dan Hadits.
Kalau kita menggunakan logika orang sekarang, kebanyakan orang tua akan mengirim anaknya ke sekolah, membekali dengan tambahan les, itu semua agar apa?
Agar anaknya mampu bertahan dan mencari uang ketika dewasa nanti.
Maka tak heran, jika ada orang yang fokus menuntut ilmu agama, akan ada orang yang nyinyir,
"Mau makan apa kamu kalau belajar agama?"
See? Itulah realitas yang terjadi.
Logika kita pun tak dapat memungkiri bahwa kita takut anak-anak kita tak memiliki pekerjaan yang baik jika tidak kita sekolahkan atau kita bekali dengan berbagai macam keahlian yang memakan uang jutaan.
Tapi coba lihat ayahnya Musa. Tak sedikitpun muncul rasa takut bahwa anaknya di masa depan tidak bisa makan.
Sebagai tambahan informasi, Musa dan adik-adiknya tidak sekolah formal. Mereka belajar di rumah bersama ayah dan ibunya. Tentu tidak semua materi yang dijejalkan di sekolah mereka pelajari, hanya materi-materi yang mereka butuhkan saja yang mereka pelajari.
---
Melihat kenyataan ini, saya jadi semakin paham bahwa urusan akhirat itu sesuatu yang sulit dicapai.
Banyak orang mampu mendidik anak hingga meraih pencapaian duniawi seperti prestasi akademik atau gaji yang fantastis bagi sang anak, tetapi berapa orang yang berhasil mendidik anaknya menjadi seperti Musa?
Menjadikan anak pintar, berprestasi, meraih beasiswa luar negeri, itu hal lumrah. Kita dapati banyak orang berhasil melakukannya.
Tetapi menjadikan anak hafal Al-Qur'an, hafal hadits-hadits Nabi, bisa Bahasa Arab, tidak ada yang bisa melakukannya kecuali mereka yang dirahmati Allah Ta'ala.
Lihatlah. Lihatlah bahwa kedudukan dunia ini sangat rendah, oleh karenanya ia mudah dicapai.
Bahkan orang tua yang tak berperan langsung dalam pendidikan anaknya pun, hanya bermodal menitipkan anaknya ke sekolah terbaik atau guru les terbaik pun, bisa mencetak anak dengan prestasi duniawi tersebut.
Namun, urusan akhirat?
Lihatlah betapa banyak anak yang keluar dari pondok dan hafalannya tidak bertahan. Betapa banyak orang tua yang menitipkan anaknya ke pesantren atau lembaga tahfidz tetapi selesai menempuh pendidikan anaknya tidak seperti yang diharapkan.
Surga itu mahal.
Mendidik anak yang berhasil meraih pencapaian akhirat itu susah, kecuali bagi siapa yang Allah kehendaki.
Secara tidak langsung, kita bisa melihat bahwa mencetak anak seperti Musa itu tidak cukup dengan menitipkan ke sekolah atau lembaga tahfidz, orang tua harus terjun langsung dalan mendidik anaknya.
---
Terlihat jelas bahwa dunia ini tak ada harganya.
Jutaan orang mampu meraih berbagai prestige duniawi.
Namun, di antara sekian banyak orang yang mulai menghafal Al-Qur'an, berapakah yang berhasil?
---
Sungguh benarlah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dunia ini lebih jelek dari bangkai kambing.
Akankah fokus hidupmu, fokus pendidikan anak-anakmu hanya untuk mengejar dunia yang hina ini?
Melihat anak kuliah di luar negeri dengan beasiswa, menempati posisi strategis dan berpenghasilan fantastis memang membanggakan.
Namun, tak ada yang lebih membanggakan ketimbang berhasil mencetak anak yang mencintai agamanya lahir dan batin, berhasil menghafal Al-Qur'an dengan memahami maknanya, dan mengimplementasikan Al-Qur'an dalam kehidupannya.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
1 Ramadhan 1442H
Sangat disarankan melihat postingan ini karena membuat hati sangat terharu |
Comments
Post a Comment