Cordoba: Pelajaran Penting Mengapa Islam Tak Kunjung Bangkit di Sana
Bismillahirrahmanirrahim
Sejak lama aku telah mengagumi Cordoba. Entah pastinya sejak kapan, yang jelas yang aku ingat Cordoba adalah salah satu tempat yang ingin aku kunjungi ketika duduk di bangku kuliah awal.
Spanyol kini (source: @alhambragranada) |
Aku yang memang sangat kepo dengan sejarah gemar mencari tahu banyak hal tentang Cordoba dan kekhalifahan Islam lainnya.
Bahkan aku dulu pernah bertanya-tanya, "Jadi waktu Turki Utsmani berkuasa, Indonesia saat itu nasibnya gimana? Kan lagi dijajah tuh, apa peran Turki Utsmani sebagai kekhalifahan Islam?"
Baik, memang terdengar begitu berat bagi anak ingusan sepertiku waktu itu. Namun, karena aku suka sejarah, keingintahuanku begitu besar untuk mendapat jawaban dari semua pertanyaan yang ada di kepalaku.
---
Aku pernah berpikir, mengapa Islam di Spanyol tidak kunjung bangkit. Apa latar belakang dari keruntuhan Islam di Spanyol? Mengapa jejak Islam itu tersapu habis bahkan untuk sekedar dikenang sebagai sejarah?
Pertanyaanku ini tentu berlandasan. Sebagaimana yang aku baca dari literatur, sejarah Spanyol yang diajarkan di bangku sekolah di Spanyol adalah setelah abad ke-14, tepat setelah peradaban Islam runtuh. Mereka menganggap masa kejayaan Islam di Spanyol adalah masa pra-sejarah. Atau mungkin lebih tepatnya ada banyak pihak yang tak ingin anak keturunan Spanyol mengetahui asal usul mereka yang lahir dari rahim kaum muslimin.
Maka tak heran, warga Spanyol banyak yang tidak tahu tentang sejarah peradaban Islam yang begitu gemilang di sana. Bisa jadi kita sebagai warga Indonesia lebih tahu dari mereka karena tentu 'Andalusia', 'Granada', dan 'Cordoba' adalah hal yang sering kita dengar.
---
Lambat laun, Allah menuntunku mendapatkan jawabannya.
Dari buku "Bangkit dan Runtuhnya Andalusia" yang tebalnya sekitar 900 halaman, aku mendapat setitik jawaban mengapa peradaban Islam runtuh.
Nyatanya, para pendahulu kaum muslimin yang masuk ke wilayah Spanyol untuk melakukan ekspansi adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Ta'ala. Thariq bin Ziyad adalah pemimpin mereka saat itu. Peninggalan sejarah berupa Jabal Thariq atau dalam istilah barat disebut dengan Giblatar adalah saksi perjuangan para mujahid untuk menyebarkan Islam di tanah Spanyol.
Pelan tapi pasti Islam diterima oleh penduduk setempat. Maka sungguh Islam tak pernah melakukan penjajahan pada warga Spanyol. Warga Spanyol sendiri yang menerima Islam. Mereka yang dengan senang hati berpindah agama menjadi seorang muslim.
Ketika sejarah kebenaran terungkap |
Lambat laun Islam adalah peradaban paling maju di muka bumi saat itu. Cordoba bisa diibaratkan New York saat ini. Ilmuan muslim bermunculan dari Cordoba. Bahkan orang-orang asing pun datang untuk menimba ilmu di Cordoba.
Rasanya tak perlu aku sebutkan satu per satu nama ilmuwan muslim saat itu. Tentu kita sering mendengarnya dari berbagai literatur yang pernah berseliweran di hadapan kita.
Namun yang begitu aku sayangkan, lambat laun peradaban ini mengalami kemunduran sampai pada akhirnya tersapu habis dari Spanyol.
Mengapa? Mengapa bisa demikian?
Sungguh tidaklah kaum muslimin itu mengalami kemunduran kecuali karena meninggalkan agamanya.
Raja-raja yang berkuasa di akhir peradaban Islam di Spanyol adalah orang-orang yang cinta dunia. Istana Alhambra yang awalnya banyak bertahtakan lafadz Allah, perlahan diisi dengan syair-syair pujian terhadap keindahan Alhambra. Bahkan ada patung singa yang dibangun di istana tersebut.
What?! Patung singa?!
Tentu kita tahu ada hadits yang menyebutkan bahwa malaikat tidak akan masuk ke tempat yang ada patung atau gambar makhluk bernyawa. Kok bisa saat itu dibangun patung singa?
Jawabannya adalah karena kaum muslimin saat itu mulai jauh dari ajaran agamanya 💧💧
Sungguh inilah jawaban yang aku cari selama ini.
Adalah sebuah sunnatullah jika kita meninggalkan ajaran agama kita maka kita akan semakin terbelakang dan terpuruk.
Dan hal itulah yang terjadi pada kekhalifahan Islam terkahir di Spanyol. Hal yang juga terjadi pada pejabat-pejabat akhir di Turki sebelum runtuhnya Turki Utsmani.
Ini adalah sebuah keniscayaan. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Thaha ayat 124:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit."
Dan sungguh hari ini tentu kita bisa berkaca dari sejarah.
Mengapa kaum muslimin belum bangkit? Mengapa kita seolah menjadi kaum pesakitan yang terbelakang dari bangsa lain? Mengapa kita tak lagi menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban manusia?
Jawabannya adalah karena kita (belum sepenuhnya) kembali ke ajaran agama kita 💧💧
Dari literatur yang aku baca, Alhamdulillah memang ada sedikit muslim yang kini tinggal di Cordoba dan sekitarnya. Generasi muslim kedua yang merupakan keturunan asli Spanyol.
Namun sungguh aku sangat menyayangkan bahwasanya mereka belumlah kembali pada ajaran Islam yang sesungguhnya.
Mereka masih merayakan maulid, isra mi'raj, atau melakukan amalan-amalan yang tak diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Inilah sebabnya. Allah Ta'ala belum ridha kepada kita untuk bangkit karena kita sendiri meninggalkan ajaran agama kita yang sesungguhnya.
Sungguh inilah bahaya bid'ah. Bahaya membuat-buat hal yang baru dalam beragama.
Seolah kita berkata kita lebih tahu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, seolah kita menuduh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam belum sempurna dalam menyampaikan ajaran Islam.
---
Tulisan ini tak bermaksud nyinyir atau merendahkan muslim Spanyol yang saat ini berjuang terhadap eksistensi Islam di sana.
Tulisan ini adalah pengingat bagi kita untuk kembali ke ajaran agama kita yang sesungguhnya.
Tidaklah kaum muslimin ini menjadi baik kecuali dengan sebab yang menjadikan generasi awal itu menjadi generasi yang terbaik.
Untuk menjadi generasi terbaik maka kita harus kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah. Kembali kepada ajaran agama kita yang sesungguhnya.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
18 Dzulqo'dah 1442H
Comments
Post a Comment