Bersabarlah Sebentar Saja
Bismillahirrahmanirrahim
Kesulitan hidup itu pasti ada. Namun, satu hal yang pasti: Tidak ada kebahagiaan dan kesedihan yang abadi di dunia. Selama masih hidup di dunia, kebahagiaan ada akhirnya dan kesedihan pasti ada ujungnya.
---
Pasca resign dari Kementerian Keuangan, mendadak aku menjadi tempat curhat banyak orang. Tak kusangka, tulisanku tentang alasan yang membuat aku resign membuat banyak teman menumpahkan isi hatinya yang sejujurnya punya keinginan yang sama.
Satu dua orang mungkin memang kelihatan gelagat keinginan resignnya. Namun, yang membuat aku takjub, ternyata beberapa teman yang sangat tidak kelihatan ingin resign punya niatan itu dalam lubuk hatinya. Ohiya yang curhat cewek semua ya, aku ga menerima curhatan dari laki-laki non mahram.
Rata-rata mereka curhat tentang bagaimana cara meyakinakan orang tua. Ya, resign menjadi hal yang kompleks karena selain harus bergulat dengan batin sendiri, mau tidak mau kita akan menghadapi orang tua atau keluarga besar. Kita tahu bahwa di negara kita, rata-rata orang tua tak akan setuju.
Banyak alasan yang membuat orang tua tidak setuju. Di antaranya adalah karena alasan balas jasa yang ingin mereka terima. Puluhan tahun membesarkan kita, mereka ingin jerih payahnya dibalas dengan status pekerjaan kita yang mentereng. Obrolan antar sesama orang tua memang tidak jauh-jauh tentang kondisi anak saat ini. Sudah bekerja dimana adalah pertanyaan basa-basi yang kadang kala membuat kalangkabut untuk menjawabnya bagi mereka yang anaknya 'biasa-biasa saja'.
Sungguh tak heran jika mayoritas orang tua akan keberatan menerima keinginan ini. Apalagi jika muncul kekhawatiran dalam lubuk hati mereka tentang rezeki yang akan kita dapat pasca resign. Ya, mereka takut kita hidup susah. Mereka tak ingin melihat kita hidup terlunta-lunta. Bahkan ada bercerita kepadaku baru dibolehkan resign jika sudah punya rumah.
---
Halangan resign tak hanya muncul dari orang tua saja. Ada beberapa orang yang sudah disetujui orang tua tetapi terkendala dengan tanda tangan atasan. Ya, ada saja atasan yang tak ingin kehilangan pegawainya hingga tak mau merestui keinginan resign sang pegawai.
Hal ini mungkin mudah jika berita pengajuan resign belum tersebar di kantor. Namun, kalau sudah ada satu dua orang yang tahu dan membocorkan niatan resign yang tidak di-acc atasan kepada seluruh pegawai lantas membuat kita menjadi bahan omongan, siap-siap kena serangan mental hehe.
Mulai dari dicibir, dibilang tidak bersyukur, dikepo-in, bolak-balik ditanya 'udah yakin belum? udah dipikir mateng-mateng?' dll adalah hal yang mau tidak mau harus dihadapi.
---
Baiklah, setidaknya itulah hal-hal tidak menyenangkan yang akan terjadi selama proses resign. Kalau aku sendiri Alhamdulillah tidak mengalami penolakan atasan. Namun tetap saja, keinginanku pernah ditolak mentah-mentah oleh orang tua dan mertua. Aku pun juga pernah jadi bahan cibiran orang hehe.
Sakit? So pasti.
Aku pernah merasa lelah sekali dengan hidup karena keinginan resign yang tak kunjung terwujud. Rasanya saat itu susah sekali ya mau menaati Allah. Mengapa hidupku harus mengikuti keinginan orang lain padahal aku sendirilah yang bertanggung jawab di akhirat nanti. Bukankah tak adil jika hidup yang aku sendiri yang mempertanggungjawabkannya ini diisi dengan pilihan-pilihan hidup orang lain yang tak kusukai?
Lelah sekali rasanya. Lelah menghadapi diri sendiri juga yang kadang yakin tetapi kadang ragu. Secara syari'at yakin betul bahwa resign adalah pilihan terbaik, tetapi secara logika manusia rasanya masih berat melepaskan status sebagai PNS Kementerian Keuangan. Takut tak punya harta, takut jadi peminta-minta.
Saking lelahnya, aku sering berdoa dengan rintikan air mata.
Mungkin bagi yang belum pernah mengalami, terlihat lebai sekali. Namun sungguh masa-masa itu berat sekali. Sangat berat. Utamanya berat sekali legowo dengan komentar manusia yang selalu mengannggap aneh dan salah keputusan resign ini. Padahal mereka tak terdampak apapun dengan keputusan resign orang lain bukan?
---
Alhamdulillah itu semua sudah berlalu. Masa-masa sulit itu tinggal kenangan. Alhamdulillah akhirnya orang tua dan mertua mengizinkan resign. Alhamdulillah proses resignku berjalan cukup cepat, kurang dari tiga bulan. Alhamdulillah tak ada lagi rasa berat di hati untuk menanggalkan pekerjaan mentereng sekelas PNS Kementerian Keuangan.
Ketika sudah bisa resign, semua kesulitan itu tak berarti lagi. Semua komentar manusia yang menyakitkan itu tak bermakna lagi. Semua rasa sakit yang dialami tak terasa lagi. Yang ada tinggal kebahagiaan karena berhasil mewujudkan mimpi.
Kesedihan itu berubah menjadi kebahagiaan |
---
Hal yang ingin aku sampaikan di sini adalah: bersabarlah sebentar saja.
Ketika masa sulit itu lewat, semua rasa sakit dan penderitaan yang dirasa akan hilang begitu saja. Tak terasa dan tak bermakna.
Tulisan ini secara khusus aku hadiahkan kepada teman-temanku yang masih dalam masa-masa sulit untuk resign. Dan secara umum, tulisan ini untuk siapa saja yang sedang merasakan beratnya ujian hidup, apapun bentuknya.
---
Dalam hal apapun,
Bersabarlah sebentar saja.
Insyaa Allah semua akan baik-baik saja.
Karena ketika semua kesulitan itu berhasil dilewati, Insyaa Allah, Allah akan beri reward tak terduga.
Bukankah kita tahu bahwa selama hidup di dunia tak ada kebahagiaan dan kesedihan yang abadi?
Kesulitan yang terjadi ini pasti ada ujungnya. Pasti ada akhirnya.
Apakah kita ingin menuju akhir perjuangan dengan hati penuh penerimaan? Atau malah kita ingin sampai ke garis finish dengan penuh kedongkolan?
Bersabarlah sebentar saja. Karena Allah telah menetapkan sabar dan shalat sebagai solusi untuk menolong kita.
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesunggunya Allah beserta orang-orang yang sabar." - QS. Al Baqarah:153
---
Ditulis di Medayu, Rungkut, Surabaya
17 Shafar 1443H
Comments
Post a Comment