Terlalu Banyak Denial
Bismillahirrahmanirrahim
Denial.
Kata itulah yang sepertinya layak mewakili kita.
Kita terlalu banyak denial. Mengatakan bahwa maksiat dikit tidak apa-apa. Mengatakan bahwa tak sesuai syari'at akan tetap baik-baik saja.
...
Yakin?
Yakin baik-baik saja?
Yakin tidak terjadi apa-apa?
Setelah begitu banyak orang yang Allah buka aibnya atau Allah timpakan musibah kepadanya karena sebab melanggar syari'at?
---
Aku bukan hakim pada kehidupan orang lain. Namun, aku hanya mencoba merenungi apa yang terjadi dan mengapa bisa terjadi demikian.
Bukankah semakin dewasa kita bisa membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk?
Bukankah kita tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan?
Entahlah...
Satu hal yang aku yakini, ayat ini tidak mungkin salah,
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh baginya kehidupan yang sempit. Dan Kami akan membangkitkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." - QS. Taha: 124
Jadi kalau ada orang yang hidup seenaknya, tidak sesuai syari'at, mengklaim dirinya bahagia dengan hidup seperti itu, aku yakin itu DUSTA.
Mau tahu buktinya?
---
Ada orang yang mengatakan musik itu halal. Mendengarkan musik, bernyanyi, bahkan menjadi penyanyi lagu religi yang digandrungi banyak orang adalah hal yang ia lakukan.
Suaranya yang merdu membuat banyak orang tersihir. Orang-orang mengatakan bahwa dengan mendengar nyanyiannya mereka semakin ingat pada Allah.
Padahal sungguh mengingat Allah dengan cara hakiki tidak akan dapat tercapai jika tidak dengan cara yang Allah ridhai.
Penyanyi ini dianggap sebagai orang shalih karena kerap muncul dengan pakaian gamis.
Tahu seperti apa hidup penyanyi religi ini?
Anak gadisnya yang beranjak dewasa tak mencerminkan jati diri muslimah yang sesungguhnya. Pakaiannya tidak tertutup rapi, kerudungnya pendek, upload-upload foto ke media sosialnya.
Sungguh jauh dari kesan anak yang didik dengan cara Islami. Padahal ayahnya diklaim sebagai orang shalih.
Penyanyi ini pun bercerai dan menikah lagi dengan wanita yang jauh lebih muda.
Apakah itu yang namanya keberkahan? Apakah itu yang namanya 'baik-baik saja' walau bermusik? Apakah itu yang namanya 'tidak kenapa-napa?'
---
Aku bukan hakim. Namun aku sedang mencoba kita realistis dan berpikir.
Coba buka mata lebar-lebar. Lihatlah kehidupan para musisi. Lihat hancurnya rumah tangga mereka. Lihat betapa tak terurusnya anak-anaknya. Lihat kehidupan malamnya yang membuat ia jatuh dan maksiat satu ke maksiat yang lain.
"Musik adalah pintu menuju maksiat lainnya," begitu ungkap salah seorang mantan musisi yang bertaubat dan kembali pada fitrah beragama yang benar.
---
Contoh lain. Ada seorang muslimah tak berkerudung. Hidupnya mewah. Hartanya berlimpah. Perawatan tubuhnya berjuta-juta.
Sekilas tampak sempurna. Sekilas tampak baik-baik saja.
Namun, apa yang terjadi?
Ia terjerat narkoba. Ia memakai barang haram itu bersama suaminya.
Apakah ini yang namanya 'baik-baik saja'? Apakah ini yang namanya 'tidak terjadi apa-apa' walau tidak berkerudung dan berpakaian mini?
---
Ayolah, jangan denial.
Allah sudah mengatakan. Siapa saja yang tidak taat pada aturan Allah maka akan diberi kehidupan yang sempit.
Apakah kita mau mengatakan Allah berbohong?
Apa kita lebih percaya perkataan manusia yang mengatakan dirinya baik-baik saja walau hidup tanpa aturan Allah?
---
Coba lihat orang yang baru-baru ini tertangkap karena kasus narkoba. Ia pernah mengolok-olok Islam.
Apa ini yang namanya 'aman walau tak suka pada agama'?
Kalau balasan di dunia seperti ini, bagaimana dengan balasan di akhirat nanti?
Tidak ikut aturan Allah itu fatal sekali akibatnya.
---
Satu lagi. Kasus perselingkuhan.
Ada seorang perempuan yang mengatakan perempuan tak apa-apa bekerja kantoran campur baur dengan laki-laki.
Atas nama kesetaraan gender perempuan mengejar karir dan karir hingga lalai pada urusan utamanya di rumah.
Tahu apa yang terjadi?
Suaminya secara terang-terangan menunjukkan chat dengan selingkuhannya pada rekan kerjanya. Suaminya berdalih hanya main-main saja.
Itukah yang dimaksud 'tidak kenapa-napa'?
Itukah yang dimaksud 'hidup baik-baik saja dengan uang berjuta-juta walau tak ikut aturan-Nya'?
---
Sungguh heran sekali hati ini melihat banyak orang mengklaim baik-baik saja tanpa aturan Allah.
Ayo, ayo buka mata kita. Kasus perselingkuhan di kantor itu banyak sekali.
Bahkan terjadi pada salah orang yang aku kenal dan aku pikir dia tak mungkin seperti itu🥀🥀
Ada suami yang selingkuh karena jauh dari keluarga. Ia tak bisa mengajak istrinya menemani karena istrinya bekerja di tempat yang berbeda. Padahal sungguh ada opsi agar istrinya keluar saja dan menemani suaminya.
Hidupnya menjadi sangat rumit karena mengikuti gengsi dan apa kata orang kalau perempuan tidak ikut bekerja.
Ketahuilah, syari'at telah mengatakan bahwa jika suami safar, istri diperintahkan ikut membersamai suaminya.
Mengapa? Apa kita pikir syari'at ini salah? Apa kita pikir syari'at main-main dan malah merepotkan kehidupan kita?
Buka mata lebar-lebar. Laki-laki itu butuh sekali kebutuhan biologis. Apa kita pikir LDM dengan interval bertemu berbulan-bulan itu aman? Apa kita pikir tidak tinggal bersama-sama antara suami istri itu baik-baik saja?
---
Sekali lagi. Aku bukan hakim. Namun, aku mencoba merenungi segala sesuatu yang terjadi.
---
Ingin hidup bahagia? Ikutilah syari'at.
Namum jika ingin hidip seenaknya, siap-siap saja akan terjadinya hal buruk baik cepat maupun lambat.
---
Ditulis di Surabaya, 13 Shafar 1443H
Kebahagiaan hakiki hanya didapat dengan menaati Allah. Titik. |
Comments
Post a Comment