Hargai Keyakinan Kami
Bismillahirrahmanirrahim
Dalam sharing tentang resign yang aku lakukan, aku selalu memulai dengan kalimat bahwa aku sedang tidak menyalahkan pilihan hidup orang lain.
Ceritaku adalah murni dari apa yang aku alami, aku yakini, dan aku pelajari.
Alasanku satu: aku tak ingin mengusik hati orang lain. Lebih tepatnya aku tak ingin mengganggu keyakinan orang lain.
---
Masalah keyakinan adalah masalah yang sangat sensitif dan begitu pribadi.
Maka sejak awal aku katakan bahwa aku memang condong pada pendapat bahwa pajak haram, tetapi aku tak menyuruh orang lain di DJP atau yang pekerjaannya bersinggungan dengan pajak untuk resign.
---
Sebagaimana aku (atau kami) menghormati pilihan orang lain dengan keyakinannya bahwa pajak itu baik-baik saja dan diterima, kami hanya ingin dihargai dengan keyakinan kami bahwa pajak haram.
Sebagaimana kami menghargai pilihan hidup orang yang ingin bekerja kantoran, kami hanya ingin dihargai dengan keyakinan kami bahwa tugas utama perempuan itu di rumah sehingga kami ingin kembali ke rumah.
Sudah, itu saja.
---
Apakah hanya karena kami minoritas maka kami bisa diserang begitu saja?
Apakah hanya kami berpandangan berbeda dari para tuan dan nyonya sekalian hingga kami diinjak-injak?
Keyakinan itu masalah yang sensitif dan jangan sekali-kali menginjak-injak keyakinan kami bahkan sampai mengklaim kami akan masuk neraka.
---
Ditulis di Surabaya
Dalam keadaan telah habis kata akibat apa yang dilakukan oleh seorang atasan hari ini pada sahabatku yg ingin resign
2 Rabi'ul Awwal 1443H
Comments
Post a Comment