Yaa Allah, Terima Kasih Atas Segala Yang Terjadi di Tahun 2021 Ini
Bismillahirrahmanirrahim
Ya, demikianlah kehidupan berumah tangga. Tidak selalu indah. Tidak selalu menari bahagia. Terkadang ada hujan dan ujian. Terkadang ada petir yang menggelegar. Namun, bukankah hidup memang demikian? Bukankah ujian justru menunjukkan kualitas diri kita dan pasangan yang sesungguhnya?
Mengapa aku suka menulis rangkuman kejadian selama setahun? Karena rasanya sangat amazing ketika membacanya lagi di kemudian hari.
Namun, kali ini aku tidak ingin menggunakan kalimat "Terima Kasih 2021" dan semisalnya. Karena aku sadar, yang paling berhak mendapat rasa terima kasihku hanya Allah Ta'ala.
---
Bisa aku katakan tahun ini menjadi salah satu tahun terbaik dalam hidupku. Tahun ketika pada akhirnya aku bisa menjadi diriku sendiri.
Setengah tahun pertama ini aku lewati dengan begitu banyak kesedihan dan air mata. Tentang penolakan demi penolakan dari orang tua dan merta tentang keinginan resignku, tentang berobat yang tak kunjung terlihat hasilnya, tentang pergulatan batin luar biasa karena takut jatuh miskin, tentang menghadapi cemoohan orang sekitar akan niat resignku, tentang kebingungan yang tak kunjung usai atas pertanyaan 'setelah resign mau bagaimana?', tentang arah hidup yang tak jelas dan tak tentu muaranya.
Aku sempat berada di titik yang begitu lelah. Lelah dengan dunia. Lelah dengan manusia-manusia di sekitar. Sampai-sampai lelah dengan keluarga sendiri.
Aku yang terlalu banyak menuntut pada akhirnya membuat masalah besar hingga harus LDR kembali dengan suami. Masih teringat jelas hari itu. Berat sekali melepaskannya pergi. Setelah sekian lama berdua mengisi hari-hari di tanah rantau yang jauh dari saudara, saat itu aku harus kembali berjuang seorang diri. Sesaat sebelum dia pergi, aku masih menangis sejadi-jadinya. Betapa jahatnya aku yang karena ketidaksabaranku membuat hal berat itu terjadi.
Ya, demikianlah kehidupan berumah tangga. Tidak selalu indah. Tidak selalu menari bahagia. Terkadang ada hujan dan ujian. Terkadang ada petir yang menggelegar. Namun, bukankah hidup memang demikian? Bukankah ujian justru menunjukkan kualitas diri kita dan pasangan yang sesungguhnya?
---
Di hari-hari kembali sendiri di Bali, aku mencoba mengisi waktu untuk meng-upgrade diri. Kuliah kembali. Belajar kembali. Tak mudah ternyata kuliah di dua tempat dalam waktu yang sama. Sampai pada akhirnya aku sadar, proses belajar seperti ini tidak baik untuk dilanjutkan.
Alhamdulillah, betapa baiknya Allah yang memberi pertolongan kepada kami di saat terombang-ambingnya keadaan kami. Berkas resign yang aku tarik karena satu dan lain hal, akhirnya bisa aku ajukan kembali di bulan April, sesaat sebelum Ramadhan.
Aku menjalani Ramadhan dengan sangat antusias, mengingat itu adalah Ramadhan terakhirku di Bali. Alhamdulillah, Allah izinkan bertemu saudara baru di Muallaf Center Bali. Alhamdulillah, Allah pertemukan dengan banyak orang baik di Masjid Baitul Makmur Denpasar. Suasanya Ramadhan begitu hidup hingga aku lupa bahwa sejatinya aku ada di Pulau Bali.
Alhamdulillah di bulan itu, Allah izinkan aku kembali bersama suami. Kami melewati Ramadhan yang begitu indah dengan kenangan kebersamaan bersama umat Islam di Bali. Rasanya akan sulit menghapus kenangan ini. Rasanya memori ini akan terkenang dengan begitu mengagumkan di hati.
Alhamdulillah, Allah mengizinkanku memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dengan mengikuti lomba poster Ramadhan yang diselenggarakan oleh Masjid Al-Amanah Kemenkeu. Bahkan, bukan hanya mengikuti, Allah izinkan aku menjadi pemenang dalam lomba tersebut.
---
Waktu terus berjalan hingga sampailah aku pada hari yang dinanti. 30 Juni 2021. Saat terakhir kali aku berstatus sebagai Pe-En-Es. Bahagia sekali rasanya. Akhirnya aku akan bebas. Akhirnya aku bisa menjadi diriku sendiri.
Namun, tak dapat aku pungkiri. Ada rasa sedih meninggalkan Balai Diklat Keuangan Denpasar dan orang-orang di dalamnya. Ada perasaan kehilangan pulau Bali dengan segala kejutannya. Ya, aku menyayangi mereka. Kebersamaan bersama mereka mau tidak mau membuatku menyayangi mereka.
---
Kesedihan itu hilang sesampainya aku di Surabaya. Surabaya, my beloved city, kota dimana aku dilahirkan dan dibesarkan. Akhirnya aku pulang kembali setelah 7 tahun meninggalkannya.
Aku tahu mungkin masih ada rasa mengganjal di hati orang tuaku, maka dari itu, aku berusaha membuat ibuku bangga walau aku tak lagi bekerja kantoran. Alhamdulillah, Allah mudahkan aku menang beberapa perlombaan. Alhamdulillah, Allah mudahkan aku punya kegiatan mengajar. Alhamdulillah, Allah mudahkan aku mendapat uang dari berbagai arah yang tak aku duga sebelumnya.
---
Babak baru kehidupan PCOS ku pun dimulai. Kami sepakat berhenti berobat untuk sementara waktu. Setelah tangis luar biasa pecah sebagaimana kisahnya pernah aku tulis sebelumnya, kami rasa cukup sudah pengobatan dengan obat-obatan kimiawi yang telah berjalan lama tersebut.
Aku, mau tidak mau, harus rela tidak bisa lagi makan 'enak'. Aku terpaksa berinovasi membuat makanan enak tanpa micin, pengawet, pemanis buatan, pewarna buatan, dll. Sulit? Awalnya iya. Namun, seiring berjalannya waktu, Allah mudahkan proses penerimaan dalam diriku. Allah mudahkan aku untuk membuat berbagai masakan sehat. Allah mudahkan aku untuk sampai tidak ingin lagi makan makanan dari luar.
---
Yaa Allah, jika bukan karena kebaikan-Mu, aku mungkin akan tetap dzalim pada diriku sendiri. Aku akan tetap makan makanan manis kesuakaanku, aku akan tetap meracuni diriku dengan micin, pengawet, dll.
Terima kasih telah memberiku sakit. Terima kasih telah membuatku mau tak mau harus berhenti meracuni diriku sendiri.
Secara jujur, aku tak selalu sabar. Ada kalanya aku lelah dengan sakit yang Allah beri. Ada kalanya aku ingin membanting rantang-rantang yang membuatku repot tiap kali berpergian. Ya, aku hanyalah manusia biasa. Aku kadang lupa. Aku kadang tak mampu mengeja betapa kesulitan yang Dia beri adalah untuk kebaikanku sendiri. Maafkan aku Yaa Allah.
---
Akhir 2021. Aku tetaplah aku yang suka berlomba. Alhamdulillah Allah izinkan aku kembali menjadi juara dalam lomba esai ilmiah. Hal yang aku suka dari lomba esai adalah karena aku jadi terpaksa membaca. Aku jadi mengisi hari-hari dengan kegiatan yang berfaidah.
Di hari terakhir tahun 2021 ini, Alhamdulillah Allah izinkan aku kembali bertemu teman-teman Fun Arabic setelah libur sekian lama. Yaa Allah, tolong jagalah kami agar mampu istiqomah di jalan-Mu.
Terima kasih atas segala yang terjadi di tahun 2021 ini Yaa Allah...
Maafkan aku yang masih berproses ini.
---
Ditulis di Surabaya, 28 Jumadil 'Ula 1443H
Comments
Post a Comment